1-1 Nada Sousou

46 3 6
                                    

1-1: Nada Sousou

Setiap musim semi di Jepang, bunga-bunga sakura lebih dahulu bermekaran di Okinawa. Setelah itu baru merembet ke daerah-daerah lain. Waktu kecil saat pertama kali mengetahui fakta ini, Makoto membayangkan kejadiannya bagaikan sederet Marilyn Monroe bergaun pink dan putih yang dijejer di sepanjang kepulauan Jepang. Gaun-gaun itu pun melambai terbuka satu demi satu begitu ditiup angin sementara para Marilyn itu menjerit-jerit genit dan berusaha menurunkan gaun sembari merapatkan kaki-kaki ramping mereka. Jonah, si anggota Angkatan Laut Amerika, tergelak lalu mengacak-acak rambut Makoto dengan tangannya yang besar dan hangat saat gadis itu bercerita soal khayalannya.

"Kenapa young lady seumuranmu bisa tahu soal Marilyn Monroe, sih? Aku adukan ke ayahmu, loh."

Saat itu Makoto baru berusia 12 tahun.

"Aku malah tahu Maririn dari majalah-majalah koleksi lama ayah yang suka diintip-intip kakak-kakakku."

"Waduh. Kalau gitu harusnya kakak-kakak dan ayahmu yang kuadukan ke... ibumu?" goda Jonah sambil kembali meletakkan tangannya di atas kepala Makoto. Pemuda Angkatan Laut itu berjongkok dan menyamakan tinggi pandangan matanya dengan Makoto. Matanya yang sebiru laut menyedot Makoto untuk berkecipak di dalamnya. "Kamu nggak boleh lagi baca majalah-majalah seperti itu loh, Young lady."

Makoto suka bagaimana Jonah selalu menyebutnya dengan panggilan ojouchan yang berarti young lady. Biasanya para kakak laki-lakinya memanggilnya dengan sebutan "gaki" yang berarti "bocah".

Hei, Bocah! Anak kecil dilarang ikut-ikut!

Hei, Bocah! Awas kamu kalau ngadu sama ibu!

Bocah! Ambilkan bola basketku di kamar!

Kecuali Kak Yuuto, tentu saja! Kak Yuuto yang kalem terlalu sopan untuk memanggil Makoto dengan panggilan semenyebalkan itu. Dan Jonah mengingatkannya pada Kak Yuuto yang tak pernah lagi menghubungi rumah sejak memutuskan untuk belajar jadi dokter di Universitas Tokyo. Bukan sekadar dokter, tapi jadi dokter jiwa.

'Pecah perang' di rumah saat Kak Yuuto akhirnya berterus terang soal rencana pendidikan lanjutannya.

"Tapi aku kira kamu bakal menggantikanku mengurus kru kapal!" bentak ayah Makoto gusar. "Kalau mau kuliah, pilih saja Jurusan Perikanan. Lalu kamu bisa membantuku mengurus hiu-hiu hama itu! Jumlah mereka semakin banyak, mereka menggarong ikan di jala-jala nelayan seperti perompak...."

"Ayah kan selalu mengira aku bakal mengambil pilihan yang nggak akan pernah aku ambil." Kak Yuuto segera memotong ocehan ayah. Harus begitu, kalau tidak ayah akan mendominasi pembicaraan dan topik bisa berkembang ke mana-mana, lebih tak terkendali daripada virus cacar. "Lagian kapan sih aku tertarik sama ikan-ikan bodoh itu? Duh, aku bahkan benci makan ikan."

 "Mana ada orang Okinawa yang nggak suka makan ikan?!"

"Ada satu! Di sini! Karena itu tolonglah, jangan paksa aku mengurusi ikan-ikan sialan itu!"

"Jangan menghina ikan! Sekolahmu dibiayai mereka, tahu!" semprot ayah. Tak terima jika fauna yang jadi sumber penghasilannya dihina-dina.

Hari itu adalah pertama kalinya Makoto melihat kakak sulungnya itu begitu ngotot sampai berani menaikkan nada suara di depan ayahnya. Dan sungguh Makoto baru tahu kalau Kak Yuuto benci makan ikan. Selama ini dia kelihatan oke-oke saja dengan ikan-ikan hasil tangkapan ayahnya.

"Yang benar saja! Kamu buang keluarga cuma demi cewek gila itu?!"

'Cewek gila' itu merujuk pada gadis yang dipacari Kak Yuuto di sepanjang masa SMAnya. Menurut rumor para tetangga, gadis itu jadi agak kurang waras sejak ibunya memilih kabur bersama seorang tentara Amerika. Meninggalkannya sendiri menanggung neraka dunia bersama seorang ayah pemabuk yang suka melampiaskan kemurkaan padanya. Makoto hanya pernah sekali dua kali bertemu dengannya saat menemani Kak Yuuto ke festival musim panas. Entah perempuan bermuka sendu itu gila dari mananya. Dia begitu ramah, bahkan mentraktir Makoto takoyaki berkali-kali sampai kekenyangan.

Harukaze no Sekai (The World of Harukaze) - First Trial - RAWS CommunityWhere stories live. Discover now