The Queen Racing [telah revisi]

1K 138 4
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading


Setelah turun dari motor Ray, Jiji tersenyum tipis. "Thanks udah nganterin gue," katanya sambil melepas helm dan memberikan anggukan ringan ke arah Ray.

Ray hanya menggumamkan "Hmm" sebagai balasan sebelum dia langsung memutar motornya dan meninggalkan pekarangan rumah Jiji tanpa banyak bicara.

"Hati-hati!" teriak Jiji setelah melihat Ray yang sudah semakin menjauh, suaranya menggema di sepanjang jalan kecil menuju rumahnya. Dia selalu merasa nyaman dengan kehadiran Ray. Meskipun cowok itu jarang bicara, ada keheningan yang tenang ketika mereka bersama. Setelah sosok Ray benar-benar hilang dari pandangan, Jiji segera berbalik dan melangkah masuk ke dalam mansion keluarganya.

"Assalamualaikum. Jikhan yang cantik bin imut bin cute pulang. Uhuy!" seru Jiji keras, menggema di seluruh ruang tamu yang luas dan sunyi.

Teriakan itu langsung disambut oleh suara Evan dari lantai dua, "Berisik lo!" teriaknya dengan nada kesal, sambil melangkah turun dari tangga.

Jiji tertawa kecil melihat kakaknya yang jelas-jelas terganggu. "Mom and Dad mana?" tanyanya saat Evan sudah sampai di lantai bawah dan langsung duduk di sofa ruang tengah.

"Mereka udah ke California," jawab Evan sambil mengganti saluran televisi, seolah tidak peduli dengan kepergian orang tua mereka.

"Whattt? Bukannya mereka pergi tiga hari lagi?" Jiji terkejut. Ia tahu orang tuanya sering bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis, tapi keberangkatan mendadak seperti ini membuatnya kecewa.

Evan tetap fokus menatap layar televisi. "Jadwalnya dipercepat."

"Yah, kok gitu sih? Gue kan belum pamitan sama mereka!" keluh Jiji, duduk di sebelah Evan dengan wajah kesal. Baginya, perpisahan dengan orang tuanya selalu berarti jarak yang panjang. Sekali pergi, mereka tak pernah hanya sebentar; enam bulan paling cepat.

"Yah, gue juga mana tahu," balas Evan santai tanpa menoleh ke adiknya.

"Taik lo. Udah untung gue bantuin tadi," sahut Jiji sambil melirik ke arah Evan, sedikit kesal dengan sikapnya yang cuek.

"Bantuin apaan lo?" tanya Evan balik dengan nada acuh.

"Bukannya lo suka sama Ara? Gue bantuin lo deket sama dia tadi," ucap Jiji, setengah mengejek sambil tersenyum licik.

Evan yang tadinya santai mendadak terdiam. "Whatt? Lo tahu gue suka sama dia?"

"Tahu lah anjir! Gue bisa baca pikiran orang, jadi otomatis pikiran lo juga bisa gue baca," jelas Jiji sambil menyeringai dan menyandarkan tubuhnya di sofa.

Mata Evan melebar. "Semuanya lo dah dengar?"

Jiji mengangguk puas. "Iya. Bahkan rencana lo buat nembak dia, nikahin dia, plus punya anak sama dia. Semua gue tahu." Ucapannya keluar dengan nada santai, seolah ini hal biasa.

QUEEN : ANTARES [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang