Dua Belas: My (contract) Wedding

70.2K 4.9K 164
                                    

"Nara lo liat bulan itu?" Aku menunjuk ke arah bulan yang bersinar terang.

"Yes. Gue kan punya mata jelas lah gue liat."

Aku memukul bahunya Nara dengan kesal.
"Dengerin gue dulu, bego."

"Iya, Senja Kinara."

"Bulan itu gue," kataku sambil nunjuk ke arah bulan.

"Bersinar banget, muka lo kan gelap," gumam Nara pelan.

Aku melotot ke arahnya, mungkin dia pikir aku tidak dengar apa yang dia bilang ya?

"Sialan lo."

"Emang bener."

"NARA DENGERIN GUE DULU DONG."

Aku mencubit pinggangnya sekali lagi dengan sebal.

"IYA IYA GUE DENGERIN SAYANG."

"Cie manggil sayang," sorakku senang.

Nara mendengus salah tingkah. "Udah buruan cerita. Tadi keceplosan aja gue ngomong sayang. Gak usah geer."

Aku menahan senyumku, apalagi melihat Nara yang terlihat salah tingkah ketika ku tatap.

"Oke, jadi bulan itu gue. Dan bintang kecil disamping bulan itu jodohku," kataku.

Nara mengangguk paham.

"Mungkin cowok-cowok yang dulu deket sama gue itu bintang bintang yang lainnya. Yang bertebaran selain yang paling terang dan dekat sama bulan itu. Gue gak tau Kalau kita-"

Aku menunjuk diriku sendiri dan kemudian Nara. "Jodoh apa enggak. Jadi mungkin lo bintang yang itu."

Lalu aku menunjuk lagi bintang lain yang lumayan dekat dengan bulan.
Nara terdiam. Mungkin dia sedang meresapi apa yang aku bicarakan.

"Gimana kalau bintang yang dekat bulan itu ternyata gue?" Kata Nara dengan suara sangat pelan, nyaris tidak kudengar.

Aku langsung menoleh ke arah Nara kaget.

"Gue gak tau," balasku jujur.

Kenapa aku jadi deg degan ya?

Nara dalem banget sih nanyanya.

Kemudian keheningan menyelimuti kami berdua. Aku masih setia menatap langit, musiknya Nara juga tidak berhenti. Masih mengalun denganlembut. Yang terputar sekarang lagunya Katy Perry yang Unconditionally.

Aku ikut bernyanyi pelan. Sedikit tidak menyangka Nara suka juga lagu seperti gini. Yang kesannya cewek sekali.

Saat aku sedang menatapin langit tiba-tiba ada sekelebat cahaya yang lewat dengan cepat.

"NARA ADA BINTANG JATUH!" pekikku dengan girang.

"MANA?!" Nara ikut panik celingukan mencari bintang jatuh yang aku bilang.

"LO KAN PUNYA MATA MASA LO GAK LIAT? MAKE A WISH BURUAN!"

Aku segera menunduk dan memejamkan mata. Mengucapkan permohonanku dengan segera. Setelah selesai aku langsung mengadah dan menatap Nara. Ia juga sudah membuka matanya.

"Done."

"Lo minta apa?" tanyaku penasaran.

"Well, gue minta buat nyokap bokap terima gue jadi gay mungkin?" sahutnya santai.

Hatiku mendadak hancur berkeping keping. Kenapa dia tidak minta untuk menjadi normal atau malah melupakan Dave?

"Lo minta apa?" tanya Nara.

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang