Prolog

19.1K 1K 95
                                    

Info penting:
Sebelum membaca tolong perhatikan urutan bab lebih dulu ya, karena urutannya acak-acakan. Sudah diperbaiki, tapi masih juga kacau. Terutama untuk Bab 7 dan seterusnya.

***
Happy reading!

***

POV Cila

Hai, nama gue Cyrilla Larisha Arman. Orang-orang yang nggak terlalu dekat akan memanggil gue Cyrilla atau Cyr. Sementara mereka yang udah kenal baik akan mengikuti panggilan orang tua gue, yaitu Cila. Sebenernya nggak ada yang spesial sih tentang gue, cuma murid biasa yang nggak begitu populer. Gue bukan the most wanted, apalagi juara kelas. Kelebihan gue cuma satu, gue punya pacar yang digilai oleh semua siswi di sekolah ini. Rainard Aditama atau lebih dikenal Rain. Soal bagaimana kami bisa berpacaran, lain kali akan aku ceritakan.

Hari ini, seperti biasa gue duduk di pinggir lapangan basket menemani Rain yang sedang latihan. Kulihat, Lala selaku ketua cheers mendekati Rain, memberikan handuk dan botol minum. Gue tau, Lala cinta mati sama Rain, itu juga yang bikin dia nggak mau temenan sama gue.

"Kok bisa sih lo biasa aja lihat cowok lo ditempelin lintah? Kalau gue sih, udah tak injek-injek mukanya." Ini Mayang, si tukang protes setiap kali gue diem saat Rain didekati oleh cewek lain. Dia yang paling nggak terima, padahal gue pacarnya.

"Biarin ajalah, cuma gitu doang." Gue masa bodoh. Gue bukan manusia yang suka mempermasalahkan hal-hal kecil, apalagi Rain cukup bisa dipercaya.

Pria yang gue percayai itu berlari mendekat, tersenyum begitu teduh. Bisa gue lihat sorot penuh benci dari mata Lala saat ini. Rain duduk di sebelah gue, mengambil handuk yang semula dititipkan. "Minta minum dong, haus banget." Dia menadah.

Gue membuka tutup botol minumnya dan langsung memberikan pada yang punya. "Udah selesai latihannya?" Gue bertanya dengan santai.

"Udah. Mau langsung pulang atau kita makan dulu?" tanyanya.

Gue pura-pura mikir, sambil menaruh telunjuk di bawah dagu. Dia terkekeh geli. "Makan dong!" Gue berseru. Siapa yang nggak bahagia ditraktir makan setiap hari? Sama pacar sendiri pula!

"Ya udah yok." Rain menarik tangan gue agar berdiri.

"Ehhh, ganti baju dulu. Kamu bau keringat." Gue memencet hidung mengejeknya. Memang bau keringat, matahari bercampur parfume. Meski tidak bau, tapi tetep aja jorok.

"Oh iya lupa." Rain terkekeh. Dia lantas mengambil tas ranselnya. Mengeluarkan seragam sekolah. Seketika keadaan di sekitar sana menjadi ramai melihat Rain bertelanjang dada. Gue hanya bisa menggelengkan, "apa gunanya ruang ganti, Rain?"

Rain tertawa pelan. Selesai berganti, dia menarik tangan gue agar berdiri. "May, mau ikut nggak?" tanyanya pada Mayang yang selalu nggak berkutik bila Rain sudah berjarak dekat dengannya.

"Ng-nggak deh. A-aku udah janjian sama Bowo." Bowo adalah pacarnya Mayang.

"Oh ya udah. Duluan ya!" Rain tersenyum tipis.

"May, duluan ya." Gue pun berpamitan pada si kepang kuda yang pasti sedang membayangkan otot-otot perut Rain tadi. Sahabat mesum!

Terkadang bingung juga kenapa Rain lebih milih gue dibanding Mayang. Padahal bila disandingkan, kami sangat jauh berbeda. Mayang itu the most wanted, seorang selebgram yang fans-nya di sekolah jangan ditanya sebanyak apa. Sementara gue cuma dikenal setelah berpacaran dengan Rain. Awalnya, siapa sih Cyrilla?

"Kamu wangi banget sih." Ini modus Rain saat ingin merangkul. Langsung gue cubit pinggangnya sebagai peringatan kalau kami sedang di Sekolah. Dia tertawa, mengganti rangkaian dengan mengusap puncak kepala gue.

"Mau makan di warung Mpok Atik atau Mang Oleh?" tanya Rain setelah kami sampai di samping motor sport-nya.

"Mang Oleh aja, kangen teh manis gratisnya," jawab gue sambil tercengir.

"Dasarrrr cewek gratisan." Kebiasaan Rain menjadikan pipi gue korban saat dia merasa gemas, ditarik sampai bibir ikut melebar.

***

"Cil, kok bisa sih lo tahan pacaran dua tahun ditempelin sama Lintah terus?" Si tukang protes kembali menghasut.

"May, udah deh. Terpenting buat gue, Rain tetep setia sampai detik ini. Lihat aja gimana cueknya dia sama Lala." Gue menunjuk ke arah Lala yang sedang mencari perhatian pada Rain, tapi seperti biasa nggak pernah mendapatkan respon. Itu sebabnya gue selalu percaya sama Rain, karena dia nggak pernah bersikap ramah sama cewek selain gue.

"Hati nggak keras kayak batu kali, Cil. Lama-lama bakalan nyerah juga kalau dipepet terus."

"Gue yakin Rain kuat iman." Mayang tertawa terbahak-bahak.

"Lo yakin, Rain bakal kuat iman kalau itu Lintah telanjang?" tanya Mayang dengan alis naik turun.

"Hei!" Gue menepuk jidat lebar Mayang. Dia tertawa dengan kerasnya. "Rain bukan cowok yang kayak gitu. Selama dua tahun gue pacaran sama dia, dia nggak pernah kurang ajar dan minta lebih."

Mayang memicingkan matanya. "Emang paling jauh kalian ngapain?" selidiknya.

"Cium pipi," gue menjawab santai.

"Ah, bohong banget. Masa dua tahun cuma cium pipi." Bukan hanya Mayang, gue yakin semua orang tidak akan percaya dengan fakta itu.

"Kalau nggak percaya ya udah." Gue nggak peduli tanggapan orang lain, toh yang menjalani kami berdua. Faktanya memang hubungan gue dan Rain benar-benar selurus jalan tol. Baik dia ataupun gue, nggak pernah sampai memikirkan hal-hal di luar batas.

Kami juga tidak pernah bertengkar, apalagi untuk hal-hal kecil yang nggak penting. Pokoknya adem ayem, sampe temen-temen di sekolah nanya, "kalian beneran pacaran nggak sih?" Gue cuma ketawa nanggepin pertanyaan itu.

Eh, pernah sekali. Waktu itu Rain lagi marah karena gue bohong soal tidur, padahal lagi nonton sama Mayang. Demi apapun itu akan menjadi kebohongan pertama dan terakhir gue, karena Rain kalau marah serem banget.

***

Haloooooo, untuk mengisi liburan akhir tahun kalian, Momi persembahkan cerita terbaru yang fresh (baru keluar dari kulkas🤭). Ini akan menggantikan Cold Woman yang sudah tamat.

Mantan Rasa Pacaran ini berkisah tentang sepasang anak muda yang tetap berhubungan baik meskipun sudah putus, bahkan nyaris tidak terlihat kalau mereka ini cuma sepasang mantan.

Dibaca ya, jangan lupa add to library's kalian, Vote dan juga Komen.

Love,
24 Desember 2020 (Publikasi pertama)

Mantan Rasa Pacar (TAMAT)Where stories live. Discover now