13. Bian

4K 175 3
                                    

Melihat kelakuan busuk Tania tentu saja hati ini meradang. Enak saja rumahku dijadikan sarang mesum. Ini tidak bisa dibiarkan. Ega harus tahu.

Sayangnya lelaki itu teramat polos. Apapun yang dikatakan Tania, dia akan menelannya mentah-mentah. Sedangkan permintaan Tania, ibarat titah yang harus dikerjakan.

Oke. Aku tetap harus main cantik.

Untuk meredam emosi, aku menarik napas dalam-dalam. Lalu membuangnya perlahan. Tidak lupa beristighfar. Agar bisikan setan untuk melabrak Tania bisa aku kendalikan.

Tanganku gegas merogoh ponsel dalam tas panjang berwarna hitam ini. Di depan sana Tania dan pemuda yang tidak kuketahui wajahnya, masih asyik bercengkerama. Saatnya mengabadikan kebersamaan mereka.

CEKREK!

CEKREK!

CEKREK!

Mendengar bunyi flash dari ponselku, sontak Tania dan sang pemuda langsung menoleh. Wajah Tania terlihat menegang. Pastinya dia ketakutan karena telah terpegok olehku. Namun, entah kenapa sang cowok tampak santai saja. Bibirnya bahkan melengkungkan senyum untukku.

Dalam hati aku mengutuk kebodohan. Kenapa juga harus menyalakan lampu kamera? Sehingga ketahuan oleh Tania dan kekasihnya.

"Mik ... kapan datang?" sapa Tania berbasa-basi. Gadis itu melangkah maju untuk mendekat.

"Sudah dari tadilah. Sudah puas juga lihat kelakuan menjijikan kalian." Walau mencibir, tetapi aku tetap berusaha kalem.

Bibir Tania mencebik. Tidak diduga, tiba-tiba gadis cantik itu menubruk. Membuatku terjungkal. Alhasil ponsel di tangan terlempar lumayan jauh.

"Taniaaa!" Refleks aku berteriak marah karena ditabrak begitu saja oleh dia.

Mendengar aku berteriak lantang, Tania menatapku dingin. Bukannya minta maaf, gadis itu justru menginjak ponselku hingga hancur berkeping-keping dengan ganas. Parasnya yang selalu menampilkan wajah lembut kini terlihat beringas.

"Taniaaa! Apa-apaan sih?!" geramku langsung bangkit berdiri. Emosiku sudah tidak bisa dibendung lagi. Benar-benar memuncak. Keterlaluan sekali gadis ini! Dia tidak bisa dikasihani ternyata.

"Aku sudah cukup sabar menghadapimu, Mika," tuturnya dingin, "jangan sampai aku menggunakan kekerasan untuk mendepakmu dari rumah ini!" ancamnya dengan sorot mata setajam silet.

"Apa kamu bilang?!" Aku mendelik sebal.

"Dengar! Jangan sampai sesuatu menimpamu saat kamu bepergian!" Tania mengancam dingin.

Di sana sang pemuda menyengir kuda.

Aku sendiri ternganga. Baru kali ini aku tergetar membalas tatapan Tania. Mungkin seperti inilah wajah asli dia yang sesungguhnya. Dingin dan penuh kebencian.

Tidak!  Aku harus berhati-hati. Tania benar-benar berbahaya.

TIN TIN!

Di luar klakson mobil Ega bergema. Aku, Tania, dan sang pemuda refleks menoleh ke arah pintu. Berapa menit kemudian, suara mesin mobil terdengar dimatikan.

Ega sudah pulang. Aku harus melaporkan kebusukan Tania ke padanya. Dia harus percaya agar tidak terus-menerus diperdaya.

"Egaaa!"

Tidak diduga lagi Tania curi start. Dengan menampilkan wajah memelas, jalang itu mendekati Ega. Tangannya langsung meraih lengan suamiku dengan manja.

"Ga ... maafin aku," ucapnya segera.

"Kenapa?" tanya Ega mengernyit. Pastinya bingung tiba-tiba dimintai maaf. Ketika tangan Tania menyelusup ke dalam lengannya, Ega menepisnya pelan. Tumben!

Disentuh Tanpa Cinta (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang