16. Rahasia Tania

4.1K 166 6
                                    

Otakku berpikir keras. Siapa wanita dalam foto ini? Mungkin teman wanita Bapak Edi? Atau jangan-jangan mantan kekasih?

Jika benar ini gambar mantan kekasih Bapak Edi, lalu hubungannya dengan Bian apa? Kenapa sampai pemuda begajul*n itu menyimpannya?

Dari cerita, Ega bilang jika dia bertemu dengan Bian akibat terkena gempa. Mereka satu nasib. Sama-sama kehilangan kedua orang tuanya.

Apakah ... wanita dalam foto ini ibunya Bian? Dan Bapak Edi dengan Bian punya pertalian darah? Ohhh ... kenapa aku bisa berpikir sejauh itu?

Aku menepuk jidat. Mertua lelakiku adalah orang yang baik. Rasanya tidak mungkin jika dia punya wanita simpanan.

Namun, bukankah Ibu Gina memang tidak bisa mempunyai keturunan. Makanya mereka mengadopsi Ega. Mungkin kah alasan itu yang membuat Bapak Edi berselingkuh. Dan tahu kah beliau tentang asal usul Bian?

Aku harus mencari tahu. Foto lawas ini aku masukkan ke kantung piayama. Lalu mulai melangkah menuju meja makan kembali. Ternyata Ega dan Tania sudah selesai makan malamnya.

Gadis tengil itu bahkan sudah menumpuk piring kotor di wastafel. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sama sekali selama menumpang di sini. Paling sedang cari muka dia di depan Ega.

"Lama banget di kamar mandi. Tidur, ya?" sindir Ega menatapku jutek, "bantu Tania noh! Kesian lagi hamil," suruhnya sambil menunjuk Tania yang terlihat mulai membasuh piring.

"Biasanya juga aku yang ngerjain. Tania mana mau bersih-bersih," sungutku to the point.

Ikut terbawa nada bicara Ega yang ketus tadi. Sayangnya pria itu tidak peduli. Dirinya ngeloyor pergi begitu saja tanpa mau mendengar omonganku.

"Nih ... terusin!" Tania langsung cuci tangan begitu aku mendekat. Tanpa ragu lagi dia pergi juga meninggalkan ruangan ini.

Walau mendengkus sebal, tetap saja pekerjaan ini kuselesaikan. Bayangan foto Bapak Edi kembali berkelindan di mata. Sambil mencuci piring kucoba membandingkan wajah Bian dengan Bapak mertua. Tidak ada kemiripan. Mungkin kah Bian memang mirip ibunya?

Tugas membersihkan piring telah selesai. Usai mengelap tangan agar kembali kering, foto lawas tadi kuambil kembali. Mengamati lebih mendalam. Benar ... wajah Bian ada kemiripan dengan paras wanita dalam foto. Garis senyumannya sama.

Ketika aku menuju ruang keluarga tempat itu kosong. Ke mana Ega dan Tania? Penasaran langkah kutuju depan. Kebetulan pintu ke luar juga terlihat terbuka sedikit. Mungkin keduanya tengah asyik ngobrol di teras depan.

Dugaanku salah tidak ada mereka di sini. Namun, ketika aku melihat sosok Tania di dekat ayunan sedang menerima telepon. Rumah kami memang ada taman bunga kecil lengkap dengan ayunan keranjang.

Dilihat dari gerak-geriknya, Tania seperti tengah menghindar. Rasa penasaran ini membuatku mendekat. Gadis itu kan memang banyak menyimpan sesuatu, wajar kalau aku perlu mengawasi.

"Mas Galih tenang saja. Rencana kita pasti berhasil. Ega yang-"

BRAK!

Sial! Aku justru menabrak pot bunga. Karena jalan yang meleng akibat fokus memandang Tania. Untung tidak pecah. Hanya jatuh saja. Dan Tania otmatis menoleh. Wajahnya seketika berubah keruh melihat kedatanganku.

"Nguping lagi ... nguping lagi! Kayak gak ada kerjaan lain saja," sindirnya menatapku sinis.

"Bebas dong! Rumah-rumah sendiri," balasku cuek. Walau sebenarnya ini jempol kaki sakit juga kesandung pot tadi. "Aku nyari Ega," jujurku mendirikan pot kembali.

"Ega masuk kamar. Dia bilang capek." Tania menyahut cepat. Dia seperti terlihat mengusirku. Sebenarnya apa yang dia sembunyikan. "Ngapain masih berdiri di situ? Kan udah kukasih tahu Ega di mana," tegurnya tampak keki melihatku.

Disentuh Tanpa Cinta (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang