Bab 6

659 91 37
                                    

Hai hai, akhirnya aku kembali di tengah malam🤧

Selamat membacaa, maaf updatenya ngagetin wkwk❣️

~~

~From Everything to Nothing~

Bab 6 - Luka yang ia simpan di balik tawanya.

🍂🍂

Di suatu tempat, sesuatu yang hebat menunggu untuk diketahui.

Hanya kata itu, kata yang menjadi acuan bagi Alvaro untuk bisa bertahan di tengah-tengah situasi yang kadang tak kunjung berpihak kepadanya. Hidup sebagai pemeran pendukung di dalam kisah seorang Davian memanglah terbilang tidak mudah. Di mana orang tua, dan keluarga besarnya selalu membuat definisi sempurna yang ditujukkan pada Davian. Padahal, yang Alvaro ketahui, setiap anak, setiap orang memiliki sisi sempurnanya masing-masing. Tidak, menyebut suatu hal dengan sempurna, rasaya sangat tidak layak, karena bukan kah pada dasarnya, tidak ada yang sempurna di dunia ini? Dan segala sesuatu yang tak jarang dianggap semupurna pun, nyatanya selalu memiliki setitik kecacatan untuk mematahkan definisi sempurna itu sendiri.

Lantas, walaupun tahu hal itu, kenapa Alvaro resah dengan semua tekanan yang datang padanya? Tekanan yang secara tidak langsung datang dan memaksanya menjadi sempurna, sementara di sisi lain, seseorang membatasi segala hal yang ia lakukan, guna menjauhkan definisi sempurna yang ingin Alvaro raih atas keinginan kedua orang tuanya.

Ia, terjebak, benar-benar terjebak.

"Semuanya selalu dimulai dari hal kecil, Var. Bahkan bumi yang kita tempati sekarang, cuman setitik debu nggak berarti di hamparan luas alam semesta. Tapi siapa yang nyangka, kalo setitik debu ini, justru menyimpan banyak hal yang luar biasa dan berarti. Mimpi, harapan, dan cita-cita yang kita agungkan ini, ada di dalam setitik debu yang nggak berarti.

Lo, dan gue nggak bisa menyangkal itu. Bahwa usaha sekecil apapun, sesepele apapun, pasti akan memberikan hasil. Jangan sepelein hal yang kecil, karena kadang, sesuatu yang kecil lah yang justru menyimpan sesuatu berharga di dalamnya."

Hush...

Alvaro meniupkan asap rokok yang sedari tadi di hisapnya. Hujan yang turun dengan deras itu, menjadi saksi, tentang bagaimana dua anak manusia yang tengah meyakinkan diri di tengah-tengah situasi sulit yang menghimpit.

Alvaro dengan segala batasan yang ditetapkan kakeknya, dan Rizal dengan segala kekurangan finansial dan dukungan keluarganya. Ya, sekilas mereka hampir sama. Sama-sama hidup di bawah tekanan yang mengurung; jika apa yang Alvaro lakukan dibatasi karena tidak boleh menyaingi pencapaian Davian, Rizal justru dipaksa mengubur mimpi-mimpinya karena keterbatasan biaya.

"Gue inget," Alvaro nampak membuang puntung rokok yang sedari tadi dihisapnya, kemudian beberapa detik setelah itu, ia menelan salivanya dengan sulit. "Setiap bintang bisa jadi matahari buat orang lain," ucapnya, kemudian pria itu tertawa. "Itu kata Carl Sagan. Tapi, buat manusia yang bahkan nggak berguna buat dirinya sendiri kayak gue, itu nggak lebih cuman sekedar quote aja."

°°

"Kok baru pulang, Bang? Dari mana dulu?"

Wanita yang masih terlihat muda dengan wajah khasnya yang anggun itu, menghampiri sang putera yang baru muncul di balik pintu besar berwarna cokelat yang ada di sana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

From Everything to NothingWhere stories live. Discover now