36. Season Final [B]

2.8K 614 141
                                    

Sudah aing katakan bukan kalau aing pengin cepat-cepat ketemu di ending sama kalian. Jadi, selamat menerka 'siapa Alexon sebenarnya' 😈😈😈😈😈

Happy reading~

Alexon masih sibuk menyusuri jalan setapak yang sejak tadi dia ikuti jejak darahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Alexon masih sibuk menyusuri jalan setapak yang sejak tadi dia ikuti jejak darahnya. Namun, sang profiler seakan kehilangan arah saat dia tidak bisa menemukan jejak darah itu lagi. Cairan kental berwarna merah itu sudah tidak terlihat lagi.

Alexon kehilangan petunjuknya.

Alexon mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan dan menahannya untuk tetap berada di sana selama beberapa saat, sebelum akhirnya meninju udara dengan penuh kemarahan. Tidak lupa juga melampiaskannya dengan berteriak kencang dan langsung disambut dengan kepakan beberapa burung yang terkejut karena suara lantang sang profiler. Namun, suaranya tidak mampu mengalahkan gemercik sungai yang tadi sempat dilewatinya.

Alexon berjongkok saat merasa kakinya tidak mampu menahan beban tubuhnya lagi. Keputusasaan memenuhi pikirannya. Setitik harapan enggan terbangun di dalam keyakinannya. Jiwanya seakan hilang entah ke mana, meninggalkan raganya yang rapuh begitu saja.

Laki-laki itu menutup mata dan menarik napas dalam untuk sekadar membersihkan pikirannya saat ini. Bayangan asing mendadak muncul di balik kelopaknya. Dia melihat perwujudan sosok bocah laki-laki yang berlari ketakutan dari arah belakangnya, yang kemudian bersembunyi di balik batu raksasa yang berjarak tiga meter darinya saat ini.

Alexon membuka mata dan berdiri dengan perlahan, tanpa memutuskan pandangan pada batu raksasa di depan. Langkahnya diseret dengan sangat berat, mencoba untuk mengintip bocah laki-laki yang bersembunyi di sana. Ada goresan kecil di wajah dan lengannya. Serpihan daun kering dan ranting tersangkut pula di rambut hitam legamnya yang berantakan.

Tatapan keduanya beradu, seolah bocah itu ingin meyakinkan sang profiler kalau dirinya adalah Alexon di masa kecil. Lalu, tanpa mengatakan apa pun, bocah laki-laki itu kembali berlari, meninggalkan sang profiler dalam kebingungan yang canggung, sebelum akhirnya Alexon mengikuti langkah bocah laki-laki yang sudah jauh berada di depannya.

"Hei, tunggu!" Alexon memanggil bocah laki-laki di depannya, yang tentu saja dia tidak mendapatkan respons apa pun-karena yang laki-laki itu kejar adalah bayangannya sembilan belas tahun lalu.

Sambil berlari, Alexon terus memanggil bocah di depannya dan berharap bocah itu akan berhenti. Namun, yang sang profiler lakukan jelas sia-sia. Tidak peduli seberapa banyak dan keras dia memanggil, bocah itu tidak akan pernah berhenti berlari sebelum sampai pada tujuannya.

"Aish, kenapa larinya cepat sekali?" Alexon menggerutu saat dia tidak bisa menyamakan langkah dengan anak kecil di depannya. Jarak keduanya sama sekali tidak berubah sejak tadi, seolah keduanya mengambil langkah yang sama lebarnya, hingga Alexon tidak bisa menyusul. "Hei, tunggu!"

Alexon merasa malu pada dirinya sendiri karena tidak mampu mengejar bocah ingusan di depannya, bahkan yang lebih parahnya lagi sang profiler kehilangan bocah itu. Pandangannya mengedar untuk mencari keberadaan bocah itu, tapi Alexon tidak menemukannya.

PARTNER; Find the KillerWhere stories live. Discover now