9

216 32 2
                                    

Langit sangat gelap, hujan pun masih turun dengan derasnya.Cherry berlari dengan penuh perasaan khawatir. Ia berlari menuju kelas 11 ipa 4, kelas Joo dan Ray. Cherry pikir, mungkin mereka tau, kalau pun tidak tau, ia bisa meminta bantuan karena sepertinya ia tau siapa pelakunya. Giselle. Tidak ada lagi orang lain yang pernah mengganggu Yuna selain Giselle.

Saat Cherry sudah dekat dengan kelas 11 ipa 4, ia melihat Joo, Ray, dan Giselle berjalan bersama. Segera Cherry berlari kearah mereka. Ia mencengkram lengan Giselle lalu memutar badan Giselle dengan kasar saking kesalnya sampai Giselle kaget ditarik tiba tiba dan merintih kesakitan.

"Dimana Yuna!" Seru Cherry.

"Aaww! Lepasin tangan gue!" Giselle langsung menghentakkan tangannya.

Ray yang mendengar perkataan Cherry barusan langsung merasakan sepertinya ada masalah, "Yuna kenapa?" Ray langsung bertanya khawatir.

"Ada apa ini? Yuna hilang?" Tanya Joo yang juga khawatir.

"Kok Yuna hilang, kita yang didatangi?" Ucap Giselle dengan nada heran.

Ray dapat melihat ekspresi Cherry yang sudah berkaca kaca memandang kesal Giselle.

"Giselle, dimana Yuna." Ray menatap Giselle dengan tatapan serius dan suara merendah.

"Kok tanya gue!?" Ujar Giselle kesal melihat Ray yang seperti mengintimidasi dirinya.

"Ya karena lo pelakunya! Jangan pura pura bego deh lo! Tadi katanya Yuna dipanggil pak sejarah," Cherry mengatur nafasnya, sekarang ia sangat emosi, Giselle sudah keterlaluan. "tapi dia gak kembali kembali sampai sekarang! Kata teman sekelas gue, teman lo yang bernama Rita itu yang bilang kalau Yuna dipanggil! Lo jangan ngelak lagi!"

Joo dan Ray langsung menatap Giselle tidak percaya. Giselle langsung menatap balik kedua lelaki itu, "kenapa!? Gue gak tau!"

"Giselle, lo apain Yuna!?" Suara Joo mulai meninggi.

"Lo kenapa sih! Ini juga bukan urusan lo!" Giselle masih tetap kukuh pada pendiriannya. Sampai Ray menatapnya dengan datar dan tersirat emosi terpancar dari sorot matanya.

"Dimana Yuna." Tanya Ray sekali lagi dengan penuh penekanan. Ini pertama kalinya Giselle melihat Ray berekspresi begitu didepannya. Ia langsung ketakutan dan mulai menangis.

"Cepat beritahu Giselle!" Joo sudah habis kesabaran. Ia tidak mau ada kejadian tidak mengenakkan lagi yang menimpa Yuna yang baik dan penuh semangat.

"Huhu...gudang olahraga..."

0.1 detik setelah Giselle mengatakan lokasi Yuna, Joo, Ray, dan Cherry berlari memuju gudang olahraga.

Pintunya digembok dari luar. Tidak ada waktu lagi untuk kembali dan menanyakan kunci dimana. Ray dan Joo langsung celingak celinguk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk melepas gembok tersebut.

Cherry menggedor gedor pintu gudang sambil berteriak memanggil Yuna, "Yunaa!!! Lo didalam kan!! Jangan takut, kita bakal segera buka!."

Tapi tidak ada jawaban dari Yuna. Hening. Pikiran negatif langsung menyerbu Cherry.

"B-bagaimana kalau Yuna pingsan? Atau kenapa kenapa!? Didalam kan gelap dan pengap!" Air mata Cherry terjatuh, ia semakin memukul mukul pintu dengan harapan bisa terbuka.

"Hentikan itu, gue udah dapat batu untuk hancurin gemboknya. Semuanya mundur." Ucap Ray sambil membawa batu bata. Ia langsung menghancurkan gembok tersebut dengan sekuat tenaga menggunakan batu bata tersebut. Dengan 2 kali pukulan, gembok langsung hancur.

Joo dan Cherry langsung berhambur masuk. Mereka kemudian menemukan Yuna yang terkapar diatas matras olahraga. Cherry langsung berlari menghampiri, "Yun! Bangun! Lo gak papa kan!" Cherry mengguncang guncang tubuh Yuna lalu menampar nampar pipi Yuna agar Yuna segeta tersadar.

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang