Chapter 18

1K 97 9
                                    

Changwook mengangkat kepalanya. Terasa sangat berat ketika ia membuka mata. Lelaki ini sudah tertidur 3 jam lamanya setelah meneguk beberapa kaleng bir yang berada di satu kantung plastik yang sama dengan Ayam yang Jiwon bawa.

Saat ini lelaki itu sudah tersadar dari mabuknya. Kosong, rumahnya sangat kosong. Hanya dirinya yang berada disana. Jiwon pergi entah kemana. Tentunya rasa khawatirnya kini datang. Wanita itu, benar benar menghilang dari pandangannya.

Mungkinkah ia pergi kerumah Seojun? Bermalam dengan lelaki itu? Bagaimana jika Jiwon melakukannya dengan Seojun? Berbagai pertanyaan terus menerus menghantuinya. Ia sangat mengkhawatirkan Jiwon.

Sepersekian detik lelaki ini sadar, bahwa mereka sudah sepakat untuk bercerai. Rasanya ia ingin menarik ucapannya 3jam yang lalu itu. Mana mungkin dirinya sanggup hidup tanpa seorang Kim Jiwon disisinya?

Changwook beranjak naik kelantai atas, dirinya langsung membuka kamar Jiwon. Kamar yang rapih pada hari ini. Jarang sekali ia melihat kamar ini rapih, mengingat Jiwon memang wanita teledor yang senang membuang barang barangnya ke sembarangan tempat.

Teringat beberapa hari setelah mereka menikah dulu, Changwook selalu kaget melihat kamar Jiwon yang berantakan.

Kenapa sangat berantakan?

Astaga! Kau ini perempuan atau bukan sih?

Ya! Kenapa kau tidak membuang kaleng soda ke tempatnya? Aku sudah membelikan tempat sampah untuk kamarmu!

Sekarang tidak ada lagi wanita yang bisa ia marahi seperti itu. Tidak ada lagi Jiwon dirumah ini. Bahkan tidak ada lagi wanita yang bisa ia sebut sebagai seorang istri.

Changwook berjalan menuju kasur Jiwon, ia teringat beberapa hari yang lalu saat dirinya fokus melihat Jiwon yang sedang tertidur. Sudah gila dirinya, membayangkan Jiwon saja seakan itu nyata.

Salahnya ia mengikuti rasa penasarannya. Saat itu, ketika dirinya sudah menanamkan untuk saling menjaga privasi satu sama lain, Changwook malah tidak bisa menahannya. Ia lantas membuka ponsel Jiwon yang saat itu tidak ia kunci dan melihat beberapa notifikasinya.

Semua pesan suara tak terjawab datang dari Park Seojun Sajangnim. Lelaki yang selalu Jiwon sebut sebagai tipenya, Lelaki yang dulu pernah menghubungi Jiwon saat mereka berbulan madu. Changwook masih ingat sebelum dirinya mandi, ia sempat memberikan ponsel istrinya itu dan menyuruhnya mengangkat panggilannya.

Ia melihat dengan jelas bahwa panggilan itu dari Park Seojun Sajangnim. Dulu dirinya tidak begitu curiga. Terlebih lagi setelahnya mereka bercinta semalaman, membuat Changwook melupakan kejadian itu. Namun lelaki tersebut terus menerus menelfon istrinya.

Sempat ia pikir lelaki itu hanya mengganggu, maka dari itu Changwook hanya diam. Selagi Jiwon tidak meladeni lelaki ini, ia masih aman.

Tapi tadi siang, ia melihat Jiwon yang keluar dari mobil Seojun dengan wajah yang ceria membua Changwook sangat terpukul. Apalagi beberapa hari ini Jiwon tidak mau bicara dengannya. Wanita itu ternyata lebih bahagia bersama Sajangnimnya ketimbang dengan suaminya.

Itulah fakta yang tidak bisa Changwook hilangkan.

Lelaki itu menangis. Merelakan Jiwon adalah kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan. Sekarang, entah bagaimana ia melewati harinya tanpa Jiwon disampingnya.

•●•

Yoojin hari ini berkunjung kerumah besannya dengan membawakan lasagna yang ia masak di pagi hari. Resep yang baru ia coba. Karena tidak ada orang lain dirumahnya, maka dirinya mengajak Sarang untuk makan bersamanya.

Promise✔Where stories live. Discover now