Part 1

1.4K 152 27
                                    

Jangan lupa vote, coment, and share 💙

Terkadang, kenangan itu seringkali datang sendiri. Tanpa kita ingat, apalagi kita cari. Dan ternyata, bayangmu akan selalu mengiringi ke mana langkahku pergi.

---Zahra & Rakha 2---

"Yakin hari ini mau berangkat?" Lina bertanya disela kesibukan putrinya mengemas barang-barang.

"Yakin dong, Bun," jawab Zahra dengan semangat. Selain karena dorongan keluarga, dia pun sudah mendapatkan dukungan dari sang pacar.

"Hati-hati, ya," pesan Lina tersenyum haru. Sebenarnya dia tidak mau jauh dari Zahra, tapi apa boleh buat. Dia tidak mau menghalangi putrinya untuk mengejar impiannya.

"Bandung beneran?" Aldo yang sudah siap dengan pakaiannya pun kini menghampiri Zahra. Berniat mengambil barang yang sudah adiknya siapkan sejak semalam.

"Iya, A. Bandung dulu aku coba," balas Zahra. Usai merapikan bajunya, Zahra memakai tas punggungnya.

"Bunda ... Ara nanti pasti kangen," ujar Zahra dengan cemberut. Bahkan kini sudah bergelayut manja di pelukan sang bunda.

Lina tertawa. "Nanti ayah sama bunda ke sana sayang kalau kangen," ujar Lina, mengelus puncak kepala putrinya penuh sayang.

"Rakha nggak ikut antar kamu?" tanya Aldo penasaran.

Zahra menggelengkan kepala. "Enggak, nanti dia repot. Dia juga punya urusan sendiri, A," jawabnya. Anak itu segera mengikuti kakaknya menuju ruang tengah.

"Aa masukin ke mobil dulu."

"Ayaaah...," rengek Zahra, membuat Fahri tertawa.

"Mau mandiri, tapi masih kayak anak kecil. Gak malu kalau pacar liat?"

"Rakha juga nggak ada," kata Zahra dengan muka cemberut.

"Kata siapa?"

Zahra terkesiap. Dia segera menoleh, mendapati Rakha dengan baju kaos berwarna hitam dan dilapisi kemeja kotak-kotak.

"Kamu ...?"

"Di undang sama ayah," jawab Rakha.

Zahra terdiam, jadi bingung ingin menyahut apalagi. Kenapa bisa jadi begini?

"Sudah, sana berangkat," ujar Fahri.

"Ayah nggak ikut?"

"Enggak. Cuma Aa sama Rakha aja. Nanti kami menyusul kalau kamu sudah ada kabar bahagia," jelas Fahri, memberi pengertian.

"Aaaa, jadi terharu," ujar cewek itu memeluk Fahri dengan sayang.

"Doain, ya, Yah?" Fahri mengangguk, kemudian memberi satu kecupan singkat di kening putrinya.

"Peluk Bunda juga dong," pinta Lina. Berdiri sambil merentangkan kedua tangannya dengan lebar. Terkekeh geli, Zahra berhamburan ke dalam pelukan ibunya.

"Bunda, doain Ara yaaa."

"Pasti, sayang. Udah, nanti kalian kelamaan di sini," kata Lina, melerai pelukannya. "Baik-baik di sana. Belajar yang benar supaya lulus," pesannya.

"Aamiin. Ara berangkat, ya. Assalamualaikum...."

"Bunda, Ayah, kita berangkat ya. Assalamualaikum," ucap Aldo dan Rakha bergantian.

Ketiganya langsung masuk ke mobil. Membuka kaca mobilnya, Zahra melambaikan tangannya pada ayah dan ibunya. Rasanya sedih, ketika harus berjauhan seperti ini. Tetapi, impiannya sejak kecil tak boleh mati. Dia harus berusaha, agar keluarganya bangga.

Zahra & Rakha 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang