第十五部:Saksi Mata (见证人)

23 11 17
                                    

Backsong ~ Biarkan Aku Melindungimu (Rang Wo Shou Hu Ni)

Darah menjadi bunga, kamu jangan takut
Cinta adalah cara untuk keluar
Biarkan aku gunakan seluruh kekuatanku untuk melindungimu, oke?

Darah menjadi bunga, kamu jangan takutCinta adalah cara untuk keluarBiarkan aku gunakan seluruh kekuatanku untuk melindungimu, oke?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Debaran bercampur rasa takut terus berlanjut. Jika saja tubuhnya tidak terikat dengan tali yang kencang ini, mungkin saja dirinya sudah berlari menerjang Hao Wei yang mendekat. Jia Qi memandang lurus ke arah laki-laki setinggi 174 sentimeter itu. Tatapannya sedih bercampur takut. Harapannya untuk membiarkan Hao Wei pergi sudah sirna. Laki-laki itu kini melibatkan diri ke dalam bahaya bersamanya.

Tidak pernah Jia Qi sangka selama ini Chen An membenci dirinya. Sahabat yang dianggapnya berarti siap untuk melukai tanpa peduli apa pun akibatnya. Jia Qi hanya berharap semua ini segera berakhir, baik dirinya mati atau selamat. Sekali pun harus menyusul Chen Ming, mungkin itu yang terbaik.

"Apalagi yang kamu inginkan Hao Wei?" Suara Chen An bernada kesal.

Dengan sisi samping belati yang ditekan ke leher, Jia Qi kesulitan menelan ludah. Bahkan dirinya yang ingin meneriakkan nama Hao Wei jadi sulit untuk dilontarkan.

"Kenapa kamu ingin melukai Jia Qi? Apa salahnya?" tanya Hao Wei masih berusaha memperlambat, dan mengalihkan perhatian.

"Apa salahnya? Karena Jia Qi, Chen Ming ge meninggal. Jia Qi tidak pernah mencintainya. Sampai hari terakhir Chen Ming ge, Jia Qi tidak juga membalas cintanya. Jia Qi yang telah membunuh Chen Ming ge karena membuatnya sakit hati," jelas Chen An.

Jia Qi tidak berani menggerakan kepala.

Hao Wei berusaha tetap tenang. Jika belati tidak berada di leher Jia Qi, bisa saja dirinya bergerak cepat. Untuk saat ini, ia hanya bisa bersabar. "Jadi, kamu ingin balas dendam? Apa setelah ini kamu bisa hidup tenang, Chen An? Kamu harus sadar, Chen Ming sudah meninggal. Biarkan dia tenang, dan lepaskan Jia Qi."

"Tidak akan aku lepaskan," teriak Chen An. "Aku tidak peduli. Aku tidak akan biarkan orang yang telah menyakiti Chen Ming ge bisa hidup tenang."

"Chen An, kamu yang paling tahu Chen Ming mencintai Jia Qi dengan tulus. Dia juga yang paling mencintai kamu. Dia tidak akan bahagia melihat kamu melakukan ini, Chen An."

"Kamu diam, Hao Wei! Kamu tidak tahu rasanya kehilangan orang yang paling kamu cintai. Oh, kamu ingin tahu rasanya? Hahaha." Chen An melirik Jia Qi, lalu melihat kembali Hao Wei.

Ketakutan semakin bergumul dalam pikiran Jia Qi.

Hao Wei melirik Jia Qi cemas, tapi ia berusaha terus tenang. Jangan sampai melakukan kesalahan yang malah berakibat buruk untuk Jia Qi. "Kalau begitu, kamu lakukan saja!"

Mendengar itu, Jia Qi merasa sedikit kecewa. Namun, percuma saja bersedih. Hubungan dirinya dengan Hao Wei tidak akan berlanjut jika kematian yang lebih dulu memisahkan.

"Kamu dengar Jia Qi! Hao Wei yang menyatakan perasaanya padamu, sekarang bersikap tidak peduli." Chen An tersenyum puas.

"Tapi sebelum kamu lakukan itu, Chen An. Kamu harus tahu bahwa saat ini aku adalah saksi mata. Setelah kamu lakukan tindakan keji itu, aku bisa segera berlari dan berteriak. Apa kamu mau itu terjadi?" Hao Wei menatap tenang mata Chen An. Tidak ingin segala rencana yang sudah ia buat disadari begitu saja.

"Lalu apa maumu? Apa kamu ingin aku membunuhmu?" Chen An tersenyum licik.

Tidak. Jia Qi tidak ingin Chen An melakukan itu pada Hao Wei. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Dalam keadaan seperti ini, ia merasa sangat tidak berguna. Apa sih yang dipikirkan Hao Wei?

"Seharusnya kamu melakukan itu lebih dulu padaku. Kamu tenang saja, aku tidak akan melawan," balas Hao Wei. "Kamu juga ingin balas dendam padaku bukan karena aku dekat dengan Chen Ming."

"Kamu!"

"Kamu tidak suka, bukan, aku berteman baik dengan Chen Ming? Kamu tidak suka aku lebih banyak waktu bermain dengan Chen Ming? Aku tahu itu, Chen An. Kamu hanya adik manja yang selalu bersembunyi dibalik perlindungan Chen Ming." Hao Wei mencoba memancing emosi Chen An.

Hal baru yang Jia Qi ketahui. Ternyata dirinya masih belum mengenal Chen An. Bagaimana bisa Chen An tidak suka dengan Hao Wei?

"Benar, aku tidak suka padamu! Aku sudah lama membencimu. Kalau begitu, aku akan membunuhmu lebih dulu. Aku juga ingin Jia Qi merasakan kehilangan seseorang di depan matanya." Meski sudah setuju, Chen An tidak langsung menjauhkan belati dari leher Jia Qi.

Hao Wei mendekat, berhenti dengan jarak dua langkah dari depan Jia Qi. "Kalau begitu, lakukan. Kamu tidak harus menunggu lama lagi."

Chen An ternyata begitu licik. Ia tidak begitu saja menggunakan kesempatan itu. Ia memikirkan sesuatu yang menarik, yang membuatnya lebih merasa puas. Dua orang yang ia benci saling melukai. Hmm... Menarik bukan?

"Kenapa diam?" tanya Hao Wei saat melihat Chen An hanya diam. "Kamu takut? Aku tidak akan melawan." Ia mengangkat tangan ke kepala.

"Baiklah kalau kamu ingin menyerahkan dirimu lebih dahulu, Hao Wei. Tapi, bukan aku yang akan melakukannya. Bagaimana kalau Jia Qi yang melakukan itu? Menyenagkan bukan melihat orang yang kamu sukai menggunakan tangannya untuk membunuhmu?" Saat ini seperti pesta bagi Chen An. Ia merasa sedang bergembira, puas.

Jia Qi menelan ludah. Hal gila apa lagi ini? Jelas saja Jia Qi tidak mau melakukan itu. Tidak akan pernah mau. Ia melirik Hao Wei. Tidak ada ketakutan dari laki-laki itu. Sementara dirinya masih ketakutan. Malah bertambah takut dengan adanya permainan ini.

"Baiklah, aku setuju." Hao Wei memandang Jia Qi, mengalirkan ketenangan. Dirinya berharap Jia Qi bisa kuat menghadapi ini. Kemungkinan kecil rencana yang disusunnya bisa berhasil. Cuma ini satu-satunya cara menjauhkan belati dari leher Jia Qi. Ia tidak takut terluka, tetapi melihat Jia Qi berada dalam posisi sulit seperti sekarang ini membuat hatinya terluka.

Jia Qi memang perempuan bodoh yang tidak mengerti cinta, tidak bisa melawan, tidak pandai mengungkapkan perasaan. Namun, kepolosan dan kebaikan Jia Qi mampu membuat hatinya bahagia. Mungkin seperti itu juga yang dirasakan Chen Ming.

Jika dirinya harus berakhir di tangan Jia Qi, mungkin itu lebih baik daripada Chen An yang melakukannya.

"Bagaimana Jia Qi, apa kamu keberatan? Sepertinya begitu. Tapi kamu harus mengabulkan permintaan Hao Wei untuk yang terakhir kalinya. Kalian berdua akan memiliki kenangan yang tidak akan terlupakan." Chen An tertawa, meluapkan kebahagiaannya. Bahagia menyiksa perasaan orang lain.

Hao Wei dan Jia Qi saling pandang. Seperti mereka sedang mengutarakan sesuatu. Saling menenangkan. Saling menguatkan.

Chen An yang menyaksikan mereka saling tatap, merasa geram. Ia tidak sabar untuk melihat tangan Jia Qi memegang belati, bergerak maju untuk menusuk Hao Wei. "Ni men man yi le ma?" Ia sengaja mengganggu aktivitas yang menurutnya sangat menyebalkan.

================================

Ni men man yi le ma? = Sudah puas kalian?

Oh tidaakkk!

Gimana nasib Hao Wei? 😰

Ditunggu cerita selanjutnya....

Terlambat Mengerti 后来我才明白 (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang