第十九部:Tidak Bertemu (没有见面)

30 11 17
                                    

Backsong ~ Zhong Yu Deng Dao Ni

Akhirnya aku menunggu kamu, untungnya aku tidak menyerah
Kebahagiaan datang sangat tidak mudah
Dapat membuat seseorang lebih dihargai

Akhirnya aku menunggu kamu, untungnya aku tidak menyerahKebahagiaan datang sangat tidak mudahDapat membuat seseorang lebih dihargai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidur tidak tenang, dahi mengerut, kepala bergerak ke kanan dan ke kiri. Jia Qi tiba-tiba membuka mata, memandang kegelapan. Ia biarkan keringat yang mengalir di dahi. Jantungnya berdebar tidak karuan. Semenjak peristiwa lalu, dirinya sering bermimpi buruk.

Baru saja, ia mengalami mimpi menusuk Hao Wei, melihat tangan berdarah. Ia pun mengatur napas agar detak jantung kembali normal. Sudah berlalu, tapi dirinya masih ketakutan dengan mimpi yang sering menganggunya setiap malam. Sadar sudah pagi, ia segera turun dari tempat tidur, memakai sandal rumah, menyalakan lampu, pergi ke kamar mandi cuci muka.

Selain kenangan yang mengerikan, Jia Qi juga memikirkan Hao Wei yang terluka karena menolongnya. Sudah beberapa hari ini, dirinya dan Hao Wei tidak masuk sekolah. Orangtuanya masih trauma dengan kejadian itu dan menyuruhnya untuk izin beberapa hari. Sementara, Hao Wei diketahuinya masih di rawat di rumah sakit.

Jia Qi memandangi cermin, memandang dirinya yang mulai terlihat lebih baik. Ia sempat mengalami trauma setelah peristiwa penculikan yang dilakukan Chen An terhadapnya. Selama dua hari, ia sering menangis, ketakutan, hingga histeris. Lalu, orangtuanya membawa ke psikiater untuk konsultasi. Berkat penanganan psikiater dan kesabaran orangtuanya, Jia Qi bisa mengontrol emosi dan menghilangkan ketakutan berlebih, tetapi belum bisa menghilangkan mimpi buruk yang sering datang.

Karena keadaan sudah mulai membaik, ia memutuskan untuk menemui Hao Wei. Terakhir, ia menjenguk Hao Wei setelah pulang dari konsultasi. Kondisi Hao Wei sudah sadar saat itu, tetapi ia tidak bisa bertemu lama karena orangtuanya memintanya untuk segera istirahat di rumah.

Setelah merapikan diri, dan membantu mamanya membersihkan rumah, Jia Qi meminta izin untuk menjenguk Hao Wei. Melihat anaknya sudah terlihat membaik, orangtua Jia Qi memberikan izin dengan syarat tidak pergi lama-lama, dan segera menghubungi jika terjadi sesuatu.

Sebelum berangkat, Jia Qi coba menghubungi Hao Wei, tetapi tidak diangkat. Beberapa hari, ia kehilangan komunikasi dengan Hao Wei. Namun, ia tidak berpikir aneh-aneh karena menganggap Hao Wei sedang fokus dalam penyembuhan. Meski tidak ada jawaban, Jia Qi tetap memutuskan untuk pergi menjenguk Hao Wei.

Jia Qi pun naik taksi. Ia berbicara pada sopir, "qu Jinyang Hospital." Setelah dirinya memberi tahu lokasi yang dituju, sopir melajukan mobilnya menginggalkan jalan Qiuxue.

Dua puluh menit kemudian, Jia Qi telah sampai di Jinyang Hospital yang berada di jalan Jinyang bagian selatan. Ia membayar taksi, lalu keluar dan berjalan menuju rumah sakit yang luasnya mencapai 7.33 hektar tersebut. Karena lupa di mana tepatnya kamar rawat Hao Wei, Jia Qi menanyakan pada petugas pendaftaran. "Qing wen yi xia, hu shi, di kamar nomor berapa Yu Hao Wei dirawat?"

"Tunggu sebentar, saya cek terlebih dahulu," jawab suster sambil mengecek data pasien. "Mohon maaf, pasien bernama Yu Hao Wei sudah keluar rumah sakit sejak tiga hari lalu."

"Shen me?" Jia Qi merasa kecewa mendengar kabar tersebut. "Apakah kondisinya sudah pulih?"

"Masih belum, tetapi keluarga pasien ingin memindahkannya saat itu," jawab suster tersebut.

"Lalu, apa ada informasi Hao Wei dipindahkan ke rumah sakit mana?" tanya Jia Qi penuh harap.

"Mohon maaf, untuk informasi tersebut tidak dapat diberitahukan kepada orang lain. Ini atas permintaan keluarga."

Jia Qi berusaha memohon untuk mendapatkan informasi keberadaan Hao Wei, tetapi tidak berhasil karena suster sangat menaati peraturan. "Baiklah. Terima kasih." Dengan kekecawaan, Jia Qi pergi meninggalkan rumah sakit.

Dari rumah sakit, Jia Qi mencoba pergi ke apartemen Hao Wei, berharap laki-laki itu sudah berada di sana. Namun, setelah bertanya pada resepsionis, dia mendapat kabar jika Hao Wei sudah seminggu lebih tidak kembali ke apartemen. Sambil berjalan pulang, Jia Qi mencoba menghubungi Hao Wei, tetapi tidak tersambung. Ia juga mengirim pesan, tetapi tidak ada balasan. Pesan sebelumnya juga tidak mendapat balasan.

Jia Qi kembali ke rumah dengan wajah murung.

"Kamu kenapa?" tanya Fan Ma yang langsung datang menyambut.

"Hao Wei sudah keluar dari rumah sakit, Ma," jawab Jia Qi lesu.

"Kamu tidak bertemu dengannya?"

Jia Qi menggeleng.

Fan Ma langsung memeluk anaknya, mengajaknya duduk di dekat meja makan. "Kamu doakan, semoga Hao Wei baik-baik saja. Bukankah sewaktu kita melihatnya terakhir kali kondisinya sudah membaik." Fan Ma menuangkan segelas air putih, lalu memberikan ke Jia Qi.

Jia Qi mengambil gelas tersebut, dan langsung menenggaknya. "Suster bilang kondisinya belum membaik. Aku khawatir padanya, Ma." Ia taruh gelas ke meja, lalu kembali merenung. Ia sangat ingin tahu bagaimana keadaan Hao Wei. Lambat laun, ia merasakan pelukan hangat dari mamanya, serta usapan lembut di kepala. Rindu pada Hao Wei yang beberapa hari ini dirasakan, belum bisa ia lepaskan karena tidak berhasil bertemu dengan laki-laki itu.

***

Karena kondisi semakin membaik, Jia Qi sudah diperbolehkan masuk kembali ke sekolah. Teman-teman sekelas yang sebelumnya tidak begitu akrab jadi mengerumuninya, bertanya-tanya keadaannya. Namun, ketika ia bertanya mengenai kabar Chen An atau Hao Wei, tidak ada yang bisa menjawabnya. Begitu juga ketika ia bertanya kepada guru, tidak ada yang mau memberitahu.

Meski teman-teman banyak yang mulai baik terhadapnya, Jia Qi masih merasa sendiri. Ia masih belum bisa melupakan Chen Ming. Sambil mengenang Chen Ming, ia merapatkan tangan di depan wajahnya, lalu memanjatkan doa agar Chen Ming tenang di alam sana. Ia sedikit takut mengingat Chen An, tetapi ia juga memanjatkan doa untuk adik Chen Ming itu. Tidak lupa, ia juga memanjatkan doa untuk kesembuhan Hao Wei, dan berharap bisa bertemu dengan laki-laki itu.

Sesekali, Jia Qi melihat ponselnya untuk memastikan apakah ada balasan pesan dari Hao Wei atau tidak. Namun, nihil. Ia memilih membaca novel untuk mengalihkan kerinduannya.

Setelah selesai pelajaran, Jia Qi dipanggil oleh wali kelas, seorang guru laki-laki berumur sektiar empat puluh tahun. Guru tersebut menyampaikan turut berduka atas musibah yang dialami sebelumnya, juga menyampaikan selamat karena sudah kembali masuk ke sekolah. Guru tersebut memberikan sebuah amplop putih panjang kepada Jia Qi.

"Ini apa, lao shi?" tanya Jia Qi sambil memandangi amplop yang sudah diterimanya. ia membolak-balik benda itu untuk memastikan adanya petunjuk, tetapi yang tertulis hanya "Untuk Fan Jia Qi".

"Saya juga tidak tahu. Itu diberikan untukmu oleh keluarga Hao Wei?" jelas guru laki-laki itu.

Hao Wei? Jia Qi merenung memikirkan Hao Wei. "Siapa yang memberikan ini?"

"Dia tidak ingin aku memberitahumu. Kamu akan tahu setelah melihat isi surat itu."

Jia Qi mengangguk sambil memasukkan amplop tersebut ke dalam tas. "Terima kasih, lao shi. Saya akan melihatnya di rumah." Setelah berbincang sebentar dengan gurunya, Jia Qi pamit pulang sambil membawa pertanyaan apa isi amplop tersebut.

================================

qu = pergi ke
Qing wen yi xia = permisi, ingin bertanya sebentar
Shen me = apa
lao shi = guru

Duh, Hao Wei ke mana, ya? 🤔

Terlambat Mengerti 后来我才明白 (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang