Bab 41

26.4K 1.3K 66
                                    

"I am your new GP teacher, cikgu Iwanaina and you can call me cikgu Naina, so any question?," umumku di bilik kelas yang sangat asing.

Ya, ini lah kelas baru akan ku ajar mulai sekarang. Berpopulasikan 15 orang, dari penampilan mereka. Mereka tak ada lah nakal sangat. Atau ini semua hanya helah?

"Yes?," soalku bila melihat tangan yang dinaikkan ke atas, ingin bertanya soalan agaknya.

"How old are you?," soal murid baru ku, maaf ya. Aku masih tak tahu siapa Hazim, siapa Arif, siapa pulak Muaz atau nama dia Muiz?

"28,"

"Oh,"

"Yes?," kataku lagi bila melihat tangan orang lain yang terangkat.

"Cikgu orang mana?,"

"Brunei," Apa jenis soalan tu?

"Kenapa cikgu Aaron tak ajar kami lagi?,"

"Dia...dia dah gantikan tempat cikgu dalam mengajar,"

"Dan bekas kelas cikgu adalah?,"

"Kelas enam atas repeaters,"

Keadaan mula riuh dengan bisikan dan celotehan di antara pelajar-pelajar enam atas jurusan sastera II ni.

"Susah tak?,"

"Tak,"

"Habis mengapa cikgu pindah?,"

"Pihak atasan yang arahkan,"

"Mesti mereka rasa tersinggung,"

Ya, mereka rasa tersinggung.

"So, now we start our lesson wit-,"

"One question, cikgu," soal budak yang berambut terpacak ke atas. Entah berapa banyak botol gel yang dia gunakan untuk hari ni.

"Ok, last question,"

"Senior kami tu ganas tak?,"

Aku diam sebelum tersenyum mekar.

"No, sebenarnya mereka baik sangat, selama kurang dua bulan bersama, cikgu sepenuhnya faham dengan perangai mereka masing-masing,"

Semua pelajar baruku mendiamkan diri. Mungkin ingin mendengar lebih lanjut.

"Mereka mungkin rasa dikhianati di atas pemindahan cikgu ke kelas ni tapi for some reason, cikgu tak dapat lontarkan kata-kata selamat tinggal untuk mereka, ucapan terima kasih atas penerimaan mereka dulu dan ianya memang menyedihkan,"

"Dan, cikgu langsung tak rasa menyesal atau takut malah bangga menyatakan mereka adalah pelajar yang berwibawa yang cikgu pernah mengajar mereka," kataku ingin menyudahkan perbualan ini. Kalau aku menangis kat sini mesti lawak ni.

"Why don't you say it now?," soal suara yang datang dari depan pintu kelas enam atas jurusan sastera II.

Semua pelajar-, semua bekas pelajarku kini berbaris di hadapan kelas. Termasuk Khairul.

Malunya!

"Oh, tak sangka pulak cikgu sayangkan kami," usik Harun, membuatkan aku tergelak janggal.

"Well, I do," ucapku bangga.

"It's ok cikgu, cikgu Aaron dah pretty much convince kami yang cikgu terpaksa pindah kelas," kini Roy yang bersuara.

"Yeah, so jangan risaukan kami," Hakim.

"Aww, Hakim comforting," usik Roy.

"Shut up!," marah Hakim. Pelajarku yang lain tertawa.

"Ni, kamu ke mari cikgu Aaron yang suruh ke?,"

Oi, umurku 28!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora