AP - 9

3.4K 507 31
                                    

Mereka berdua tahu dan sepenuhnya menyadari situasi seperti ini bukanlah sesuatu yang dapat mereka miliki setiap hari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka berdua tahu dan sepenuhnya menyadari situasi seperti ini bukanlah sesuatu yang dapat mereka miliki setiap hari. Keduanya tahu mungkin ini tidak akan berakhir dengan sesuatu yang baik.

Tetapi untuk hari ini, keduanya tidak ingin berurusan dengan konsekuensi tersebut.

Jeno menopang dagunya dengan tangannya di atas meja bar, menatap Mark yang tersenyum padanya.

Mark menggeser kursinya menjadi sedikit lebih dekat dengan yang lebih tua, paha saling bersentuhan.

Dia meniru seluruh gerak-gerik Jeno yang menyebabkan yang lebih tua tertawa. "Apa ini? Kamu adalah bayanganku?"

"Aku berharap begitu." Mark menjawab.

"Tapi aku sadar, aku tidak akan pernah bisa sehebat dirimu."

"Oh, apakah kita berada di level saling memperi pujian sekarang?" Jeno mengangkat alisnya, geli.

"Bukankah kita selalu begitu?" Mark bersiul, merasa puas dengan dirinya sendiri.

"Apakah aku terlihat cantik hari ini?" Jeno bertanya pada Mark, seperti menantang yang lebih muda.

"Apa kau bercanda?" Mark tertawa sebelum dia meminum birnya.

Jeno memutar matanya, "Jawab saja pertanyaanku."

"Buat aku terkesan, dasar kutu buku." Jeno tersenyum pada Mark, menyesap koktail yang dia pesan.

Mark membutuhkan lebih banyak alkohol dalam tubuhnya, untuk mendapatkan keberanian, jadi dia minum setengah gelas sebelum menjawab. "Kamu selalu terlihat cantik."

"Wow, pujian yang sangat anti-mainstream, Tuan Bang." Sarkasme Jeno, bibirnya mencebik sebal.

"Dengar, kata-kata sederhana paling baik digunakan saat menggambarkan sesuatu yang luar biasa. Tidak ada gunanya melebih-lebihkan, karena kau memang cantik." Mark menjelaskan dirinya sendiri sambil menghabiskan gelas bir keduanya.

Jeno mencoba menahan senyum. "Kau sangat pintar berkata-kata."

"Aku tahu." Mark memasang senyum kemenangannya.

Jeno membiarkan tangannya bergerak memegang tangan Mark yang entah sejak kapan bertengger di pahanya, menjalin jari-jari mereka. Mark hanya diam, membiarkan yang lebih tua melakukan apa pun yang dia inginkan.

"Sejujurnya, kau selalu berhasil membuatku kehabisan kata-kata." Mark menggenggam tangan Jeno lebih erat.

Jeno biasanya membenci kata-kata cheesy, tetapi suara Mark memiliki aura lain yang dapat membuatnya mendambakan kata-kata tersebut untuk keluar dari mulut Mark.

"Tolong terus puaskan egoku." Jeno menjawab, tertawa.

"Terutama ketika kamu tertawa seperti itu. Pikiranku langsung menjadi kosong."

Assistant Professor - MARKNOWhere stories live. Discover now