Bagian 6

17.5K 2.4K 140
                                    

-

Saat ini suasana Aula Kerajaan menjadi hening serta tegang seketika saat Putera Mahkota tiba. tapi hal ini malah menjadi keberuntungan menurut gadis yang masih duduk dibawah lantai menahan gaunnya yang rusak itu, yah gadis itu Glade Merineth. mengetahui Chaiden tiba dia buru-buru berlari menghampiri Chaiden untuk meminta keadilan. gadis itu tau mungkin hanya Chaiden lah sosok yang dapat menolongnya setelah dia tau bahwa pria yang berstatus Putera Mahkota itu sangat risih atas keberadaan Callista.

"Yang Mulia, tolong beri saya keadilan. Nona Callista Edenburgh sengaja membuat saya malu hari ini Yang Mulia." isaknya didepan Chaiden.

Melihat akting Glade, Callista merasa mual. astaga apa tidak punya malu lagi gadis ini pikir Callista kala itu.

Chaiden Louiser memandang rendah Glade dengan tatapan yang tentu saja seakan ingin menusuk orang. tapi bukankah memang tatapan pria berambut perak itu sudah seperti itu?
Lelah mendengar Glade nangis yang membuat telinganya sakit, Chaiden memanggil pengawal disekitar Aula.

"Pengawal!!?"

Glade senyum semringah, gadis berstatus Puteri Viscount itu berharap bahwa pengawal yang dipanggil Chaiden datang menangkap Callista. namun...

"Ya Yang Mulia." serempak 4 pengawal berbadan besar lengkap dengan seragam dan tentunya pedang yang selalu menangkring disebelah kiri mereka.

"Lucuti gaun gadis itu, dia tidak pantas memakai gaun pemberian Puteri Duke." perintah Chaiden sambil menunjuk Glade, masih dengan tatapan menyeramkan. Callista yang melihat saja sampai merinding.

Perintah Chaiden itu seolah petir di siang bolong. otomatis seluruh tamu di Aula langsung berbincang betapa kejamnya Putera Mahkota mereka. tak terkecuali si Glade yang melotot kaget sampai matanya hampir copot. Apa dia tidak salah dengar?

Keempat pengawal tadi segera menjalankan perintah tuannya. mereka pun berjalan menghampiri Glade, mencoba melepas paksa gaun yang dipakainya. Glade bingung serta kaget tak tau harus melakukan apa, bahkan dia tidak bisa menggunakan sihir hitamnya itu. Mana mungkin dia melakukan aksi sihirnya itu melihat lebih dari satu bangsawan yang sudah menyatu dengan spirit pada tahap tingkat tinggi bahkan ada penyihir agung Gabriel Chester, otomatis mereka dapat melihat sihir gelapnya dan otomatis juga Glade bukan hanya dilucuti tapi dipenggal.

"Tidakk!!!! jangan!! jauhi tangan kotor kalian, aku adalah Puteri Viscount." teriaknya meronta-ronta hanya itu yang dapat dia lakukan.

Callista melihat Glade iba, tidak tau akan menjadi seperti ini. spontan Callista memberikan signal ke Rosita yang ternyata tidak jauh dari pandangannya. seolah tau signal yang dimaksud Nonanya, Rosita berlari keluar dengan tergesa-gesa tak tau apa isi signal tersebut yang membuat pelayan itu berlari secepat mungkin.

Melihat Rosita sudah pergi Callista mencoba merayu? tidak, memohon lebih tepatnya kepada Chaiden agar menghentikan perintahnya.

"Maaf sebelumnya Yang Mulia, ini sangat terlaluan menurut saya. melihat Yang Mulia baru saja tiba dari akademi hal ini akan menyebabkan gosip dan rumor buruk bagi anda. Bagaimana jika Glade Merineth diusir saja dari pesta penyambutan ini dengan begitu menurut saya sudah memberikan pelajaran penting baginya." pinta Callista sopan.

Chaiden menatap mata Callista yang berada disampingnya, mungkin gadis ini benar tak baik jika ada rumor buruk tentangnya yang baru saja tiba. tapi tiba-tiba Chaiden mendapat ide bagus sebelum menghentikan perintahnya.

"Baik akan ku lakukan maumu tapi harus ada syaratnya bukan?" bisik Chaiden tepat ditelinga Callista, membuat gadis itu merinding saat merasakan napas Chaiden.

"Syarat?"

"Benar, syaratnya kau harus berdansa denganku bagaimana?" bisiknya lagi. astaga Callista rasa sekarang hobi Chaiden adalah berbisik ditelinga orang. mempercepat waktu Callista mengiyakan.

Setelah melihat Callista mengiyakan syarat konyolnya itu langsung Ia hentikan perintahnya. nasib baik gadis itu punya kekuatan cukup untuk menahan pengawal kerajaan.

Sehabis menghentikan perintahnya, Rosita datang menghampiri Callista dengan membawa mantel yang dibawa Calli dari mansion.
Gadis berstatus Puteri Duke itu berjalan menghampiri Glade dan berjongkok membuat badannya sejajar dengan Glade lalu memakaikan mantelnya untuk menutupi punggung gadis itu.

"Pakailah dan pergilah sebelum kau bertambah malu." ucap Callista. melihat perilaku Callista seluruh tamu mulai memuji perilakunya.

"Astaga lihat, Puteri Duke memang berbeda. hatinya sangat lembut.. padahal sudah difitnah oleh gadis itu."

"Benar, tak salah julukan yang selama ini merekat padanya."

"Kyaaa.. Nona Callista sangat keren bukan? dia seperti angel di kekaisaran ini."

"Nona Callista sangat pantas menjadi Puteri Mahkota bukan? dengan hatinya yang lembut, visual yang indah, serta bakat dan kecerdasannya tidak diragukan lagi."

Kurang lebih seperti itu kalimat yang dilontarkan oleh tamu di Aula yang malah membuat Callista tertekan. Ayolah, Calli memang suka pujian mereka malah Ia sangat malu jika dipuji seperti itu tapi untuk bagian Puteri Mahkota itu sangat paling tidak disukai Callista.

"Apakah sudah selesai? aku menagih syarat tadi Nona Callista Edenburgh." ucap Chaiden menghampiri Calli lalu mengulurkan tangannya.

Mau tidak mau Callista harus berdansa dengan pria dihadapannya ini. musik pengiring kembali berbunyi, para tamu yang lain pun memulai kembali dansanya.
selama berdansa Callista tidak fokus, lebih tepatnya tidak berani menatap wajah Chaiden, Ia asik menengok kesana kesini mencari keberadaan Gabriel. seolah cenayang Chaiden tau apa yang dipikirkan Callista, "Mencari Si Penyihir Agung yang merepotkan itu?" tanyanya.

Callista salah tingkah, takut salah menjawab bisa-bisa kepalanya pisah. sepertinya hanya senyuman yang bisa menjawab, Callista pun menjawab dengan senyuman lalu menunduk.

"Apa wajahku kurang tampan? sampai kau menunduk seperti itu?" tanyanya

Deg

Ada apa sih dengan Chaiden? kenapa sikapnya berbeda, jika seperti ini pandangan Callista kepadanya nanti akan berbeda juga.

"Bukankah sudah menjadi tata cara berdansa untuk menatap mata partnernya?" ucap Chaiden yang terus menatap Callista.

Callista yang mendengar itu hanya bisa menggerutu dalam hati dan ingin berkata kasar rasanya.

Bangke - batin Callista

Hanya kata itu yang cocok untuk posisi gadis itu saat ini.

Tak mendapat jawaban dari Callista, Chaiden merapatkan badannya ke partner dansanya itu. "Kau.. kenapa menjadi menarik sekali Puteri.. Duke.." kali ini Chaiden berbisik kembali ke telinganya.

Ya Tuhan cobaan apalagi ini, walau perilaku Chaiden berengsek tapi Callista adalah gadis normal yang sangat lemah pada ketampanan.

kuatkan hatimu Calli, jangan jatuh cinta padanya.. jangan jadi Callista kedua dinovel.. big no?!!! batin Callista untuk mempertahankan keimanannya.

Callista ingin rasanya menyudahi dansa ini, tapi semakin Ia mencoba menjauh selalu saja pinggangnya ditarik lagi oleh Chaiden. 

Matilah aku

Callista Edenburgh mengkomat-kamit melafalkan kata matilah aku.. hal itu membuat Chaiden tertawa kecil. astaga, gadis didepannya ini sangat banyak berubah sepertinya. kenapa dia sekarang menggemaskan seperti ini? beda sekali diwaktu dulu yang membuat risih dirinya.

Apakah Chaiden akan jatuh hati pada Callista yang sekarang?
...

The Protagonist Villain

The Protagonist Villain (Terbit dan sudah TEREVISI di E-book)  ✔ Where stories live. Discover now