BAB 13. Kemarahan

8.6K 962 154
                                    

UPDATE!!!

Siapa yang nunggu chapter hari ini? Mana suaranya??

Seharusnya update beberapa jam yang lalu, tapi sesuatu terjadi. Semua ketikanku hilang dan yang ada di revision history, hanya beberapa paragraf (intinya ga ke save). Padahal udah mau selesai chapternya, tapi malah ilang. Sedih dan kesel bgt sampe2 ga mood lagi nulis. Niatnya mau up besok *maksudnya hari ini*, tapi gajadi karna takut gabisa tidur gara2 ada perasaan ngeganjel. Jadi ya ... aku paksakan mata dan kedua tanganku untuk bekerja ekstra.

Jadi pelajaran buat kalian, mending ngetik di word dulu ya ...

btw yg kedua tulisannya sepertinya banyak typo, jadi kalo ada yg typo mohon dimaklumi dan abaikan saja ...

Oke langsung aja ke cerita, semoga kalian suka dan happy reading 😁😁

Vote comment share

Follow recommend

Love,
DyahUtamixx


Luciano berdiri di atas balkonnya dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luciano berdiri di atas balkonnya dalam diam. Manik abu tajamnya mengawasi bambolinanya tanpa berkedip sedikitpun. Ia pun mengawasai seluruh lantai dansa. Jika saja Ia tidak berada disini, melainkan disamping Ivan duduk, sudah bisa dipastikan Luciano akan mengusir semua pria yang berusaha menarik perhatian wanitanya. Apakah para pria itu tidak bisa melihat cincin serta tanda kepemilikannya? Luciano sudah memilih pakaian terbosan yang Ia temukan agar Danielle tidak menjadi pusat perhatian, tapi seberapapun Ia berusaha, bambolinanya adalah wanita yang sangat cantik dan pasti akan tetap menarik perhatian semua pria.

Luciano mengeratkan genggamannya di pembatas balkon, tapi fokusnya teralihkan ketika mendengar suara pintu ruang kerjanya diketuk. Ia menoleh sekilas dan melihat Stephano menganggukkan kepala. Senyum kecil perlahan tercetak di bibir Luciano dan matanya memancarkan kekejaman yang tidak Ia tutupi. Luciano merenggangkan seluruh ototnya dan berjalan menghampiri sang Capo Bastone. "Semua sudah siap, Capo."

Luciano menyeringai puas mendengar laporan Stephano. "Pastikan Ivan menjaga Danielle, lalu beritahukan Marcello untuk berjaga di sekitar area Lucifer. Tidak boleh ada yang tahu mengenai aktivitas kita." Stephano memgangguk singkat dan setelah itu mereka keluar bersama dari ruang kerja Luciano. Dengan diikuti oleh dua anak buah Luciano, mereka menyusuri lorong sepi yang terkesan gelap dan muram, walaupun dihiasi dengan berbagai macam barang mewah. Mereka berjalan dalam keheningan, hanya suara ketukan sepatu yang bertemu dengan lantai marmer mengiringi mereka.

Luciano mengarah ke sebuah lift pribadi yang terletak sedikit tersembunyi. Lift yang memiliki keamanan seperti tempat lainnya hanyalah satu-satunya akses bagi siapapun untuk memasuki lantai dua. Luciano mengeluarkan kartu tanda pengenalnya dan menempelkan benda itu mesin pemindai, setelah akses diterima, pintu besi lift terbuka dan mereka melangkah masuk. Tidak lama kemudian mereka telah tiba di lantai bawah.

Limerence : RedemptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang