29. Warning!

1.9K 116 17
                                    

I don't wanna lose you!
— Freya Dhafina Galandra.

Udara yang dingin terasa memenuhi kamar dengan desain dan perabotan mewah itu. Jendela-jendela yang menjulang setinggi dinding dibiarkan terbuka hingga gorden yang menggantung itu mengembang disapu angin.

Gilly berdiri dan memandangi halaman mansionnya dari balkon kamarnya. Mata Gilly menyorot pada sebuah mobil dengan plat khusus yang sangat dikenalinya. Itu mobil Agra dengan plat khusus Hwaidi-nya.

"Agra datang ke sini?" gumamnya. Gilly merasa senang. Ini kali pertama Agra datang menemuinya. Gilly tak bisa menahan senyumannya. Ia lantas berlari masuk menuju walk in closetnya. Ia sudah memutuskan untuk mengganti bajunya, ia memilih sebuah mini dress berwarna putih dengan desain off shoulder.

Usai mematut dirinya di depan cermin, segera Gilly keluar dari kamarnya.

"Nona muda, Tuan Agra datang ingin menemui Anda." ucap Teresse, kepala maid di mansionnya.

Senyuman Gilly merekah sempurna. "Aku tau, Teresse. Siapkan anggur terbaik untuk kami. Dan taruh di ruang galeri. Biarkan ruangan itu gelap dan buka lebar jendelanya. Aku hanya ingin disinari oleh bulan yang cantik malam ini." ucap Gilly. Teresse mengangguk mengerti.

"AGRA!" seru Gilly dengan suara yang mengalun manja. Agra tersenyum dan berdiri dari sofa lalu berjalan menghampirinya.

Gilly langsung memeluknya. Tak ada protes dari Agra membuat Gilly semakin senang. "I miss you, Agra." bisiknya menggoda.

Agra mengusap bahu Gilly dengan lembut. Gilly merenggangkan pelukannya. "Apa kau punya waktu untukku malam ini?" Agra menatapnya dengan kilat mendamba. Gilly yang begitu mencintai Agra lantas mengangguk, yah ia akan selalu memberikan waktunya untuk Agra. Agra cintanya. Agra pemilik hatinya.

***

Kiano mampir ke rumah Freya malam ini, ia baru saja dari tempat bimbingan belajarnya. Kiano merasa khawatir karna Freya seharian tidak membalas chat ataupun menerima panggilan teleponnya.

Tidak biasanya Freya seperti itu. Bahkan jika Freya sakit pastilah gadis itu akan menelpon Kiano untuk datang menjenguknya. Pertanyaan yang seharian bersarang di kepala Kiano harus di jawab oleh Freya. Maka Kiano kini sudah duduk di pinggiran ranjang Freya.

Terlihat di mata Kiano—wajah Freya yang memucat, seperti orang sakit dengan bagian bawah matanya yang menghitam samar. Kiano menggenggam tangan Freya.

"Lo kenapa, Frey? Gue khawatir liat lo kayak gini? Kalau sakit yuk gue anterin kita ke dokter." gumam Kiano.

"Gue nggak sakit, Ki." Freya memaksakan senyumnya. Kiano tidak suka senyum Freya kali ini.

"Jangan bilang lo lagi berantem sama Kak Agra?" tatapan Kiano penuh selidik. Freya menggeleng.

"Trus lo kenapa? Ada masalah apa sih, Frey? Yang gue kenal, lo nggak pernah yah jadi pendiam gini. Atau lo takut kalo januari nanti Dispatch umumin kalau si Jamil dating?"

"Jimin, Ki! Bukan Jamil. Ah lo kenapa sih nggak hafal-hafal nama bias gue." sambar Freya. Kiano terkekeh lalu mengusap pipi Freya.

"Nah, gitu dong! Ngegass. Tapi, lo mending jawab pertanyaan gue dulu, Frey. Ada apa sih sampai lo kayak gini?" Kiano menatap sahabatnya itu dengan prihatin.

Freya menghela napasnya. Ia memang takkan bisa mengatakan kalau ia sedang baik-baik saja. Freya butuh dukungan, agar dia tetap kuat.

"Gilly..." gumam Freya. Dahi Kiano membentuk gelombang samar. Kiano menatap Freya dengan tatapan; ada apa sama Gilly?

Suamiku Bucin Banget!✔️Where stories live. Discover now