"Masak apa ya?" Bella membuka kulkas, "Lah gak ada bahan makanan."
Bella baru ingat, selama seminggu ini, mereka selalu go-food.
Ah agaknya kata 'mereka' berlebihan. Mungkin hanya Bella yang go-food dan makan sendiri di apartemen, karena Rey lebih banyak menghabiskan waktu di kampus.
Biasa anak organisasi, Presiden Mahasiwa lagi, gak kayak Bella yang lebih banyak mainnya. Terlebih jurusan Bella Design Fashion, lebih banyak jalan-jalan. Tapi karena Bella gak suka keluar, dia lebih suka mendisign dari rumah.
"Mau masak?"
Bella menoleh, Rey baru keluar kamar.
"Tapi gak ada bahan makanan. Ayo ke mall belanja."
"Yaudah sana mandi."
Rey yang sudah mandi pun duduk di sofa. Sambil menunggu Bella, Rey membuka ponselnya membaca-baca chat di grub.
"Bella udah belum, lama banget."
"Iya bentar."
Tak lama Bella keluar dengan senyum mengembang. Rey memperhatikan penampilan gadis itu. Stylenya sederhana, tapi terlihat anggun dan berkelas. Mungkin karena Bella anak Fashion.
"Iya gue tau gue cantik, tapi gak perlu segitunya kali liatin gue," ucap Bella sambil mengibaskan rambut.
Rey berdiri, menghampiri Bella dan mencium aroma tubuh gadis itu, "Kok gak wangi?"
"Hah? Masa sih?" Bella menciumi ketiaknya, wangi kok.
"Lo sih kalah sama gue, badan gue aja wangi. Coba cium baju gue."
Bella mendekati Rey, hidungnya sudah bersiap ingin mengendus baju bagian dada Rey, namun diluar dugaan Rey justru mencium keningnya.
Bella terbelalak, "Lo cium gue?"
"Hah masa sih? Jidat lo kali yang nempel di bibir gue. Udah ayo berangkat."
Rey menyeringai, lalu berjalan meninggalkan Bella yang masih bengong.
"Bohong kan lo, Rey lo cium gue tadi..."
Bella berteriak membuat Rey lari menghindar. Sekarang mereka berkejaran di koridor. Begitu sampai di lift Bella mukul-mukul lengan Rey.
"Bell astaga tenaga lo kuat banget," Rey menahan tangan Bella agar tidak memukulnya lagi, gadis itu mendengus, menarik tangannya.
"Lo sih main nyosor. Nanti make up gue jadi rusak."
Rey terkekeh, "Nanti gue beliin lo make up baru."
"Beneran?"
"Iya, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
"Let me kiss you."
"Ih nyosoran."
"Mau gak? Pilih make up apapun yang lo mau, gue yang bayar."
Ini tawaran yang menggoda, Bella tidak bisa melewatkan ini. Lagian cuma cium kan, toh Bella gak dirugiin.
"Oke. Cium gue sepuas lo. Nanti gue mau beli make up apapun yang gue mau," Bella tersenyum senang. Demi make up.
Rey menarik Bella mendekat dengan posisi membelakanginya. Tangan kiri Rey terulur sepanjang leher Bella, sedangkan tangan kanannya mengenggam tangan Bella.
"Rey kok posisinya aneh gini. Mau cium ya cium aja. Tapi lo--" kalimat Bella tertahan saat tiba-tiba Rey mencium pipi kanannya. Merasakan debaran aneh di dada, Bella mencengkeram erat tangan Rey.
"Rey lo--" satu ciuman lagi membuat Bella bungkam.
"Rey nanti ada yang masuk lift, kita--" Lagi-lagi Bella tak sanggup melanjutkan kalimatnya saat Rey menempelkan bibir di pipinya. Ada rasa hangat dan sedikit basah di pipi Bella. Ada rasa geli juga saat hidung bangir Rey perlahan turun dari pipi Bella menuju ke lehernya.
"Rey geli ih. Rey lo ngapain sih, jangan digigit, Rey--" Bella bisa merasakan Rey menyesap kulit lehernya, gak sakit hanya geli, rasanya aneh, tidak bisa Bella deskripsikan.
Mungkin Rey gak akan berhenti mencium Bella jika pintu lift tidak terbuka. Harusnya Bella seneng Rey berhenti, tapi anehnya Bella merasa kecewa, tubuh gadis itu seperti ingin Rey menyentuhnya lagi.
Dua ibu-ibu masuk ke dalam, Bella ingin menjauh, tapi Rey menahannya di tempat. Tangan Rey berpindah merangkul pundak Bella, menarik lebih dekat hingga Bella menempel di dadanya.
"Mas, Mbak tinggal di sini?" tanya salah satu ibu-ibu itu.
Rey tersenyum ramah dan mengangguk.
"Kalian masih pacaran?" tanya salah satu ibu. Senyum Rey luntur. Dari tatapan itu, Rey tau kedua ibu itu sedang men-judge yang tidak-tidak pada mereka.
"Istri saya, Bu," Rey mengangkat tangan Bella dan tangannya yang terdapat cincin dijari manis keduanya.
Ibu itu mengangguk-angguk. Mereka sempat berpikir kedua pasangan itu adalah pasangan mesum.
"Nikah muda, Mas?"
Rey mengangguk lalu mengusap lengan Bella dengan sayang.
"Emang udah kerja kok nikah muda?"
"Atau jangan-jangan hamil di luar nikah."
Lalu mereka tertawa, tawa mengejek. Bella yang mendengar itu terkaget. Jelas itu tidak benar, tapi melihat tatapan menghakimi mereka, entah mengapa Bella jadi takut.
"Seseorang berkata kepada saya 'kalau tidak tau apa-apa, lebih baik tutup mulut, karena kalau ucapan kita gak seusai kenyataan, jatuhnya fitnah'," Rey tersenyum kepada kedua ibu tadi, lalu menarik Bella keluar begitu pintu lift terbuka.

YOU ARE READING
Ketua BEM and His Secret Wife
RomanceCerita ini tentang kehidupan pernikahan Reynand Malik Narendra Presiden Mahasiswa Liberty University dan Isabella Putri Ayunda seorang mahasiswa design. NOTE: Cerita ini 18+. Genre: romance Start: 22 Desember 2020 #part sudah tidak lengkap