Danger Boy 32

76.5K 5.8K 139
                                    

Gagal ke konflik guys haha😆

Tapi, dipart kali ini kalian bakalan tau sesuatu!

Penasaran? Cusss langsung bacaa!

ENJOY:)

JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA! BAGI YANG UDAH BACA CERITA AKU TAPI BELUM FOLLOW, FOLLOW DULU YA MANTEMAN:)

HAPPY READING❤





Gavin yang baru saja keluar dari mini market sambil menenteng kantong plastik yang berisikan cemilan. Ketika Gavin ingin memakai helm fullfacenya, tatapannya terhenti melihat ke arah perempuan yang tengah duduk sambil menundukkan kepalanya.

"Butuh bantuan?" Tanya Gavin ketika sudah berada di hadapan perempuan itu.

Perlahan perempuan itu mendongakan kepalanya, matanya menyipit karena matahari yang begitu menyorot.

"Lo abis di rampok?" Gavin mendapati wajah perempuan yang kini ia tak tahu namanya banyak lebam.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya.

Gavin mengangkat satu alisnya, "Terus, muka lo kenapa lebam gitu?"

Perempuan itu kembali menggelengkan kepalanya.

"Bisu kali, dari tadi geleng-geleng mulu," gumam Gavin.

"Aku gak bisu!"

"Lah, bisa ngomong ternyata," gumam Gavin terkekeh.

"Kalo gak bisu, ya ngomong dong!" Ujar Gavin, lalu ia duduk di samping perempuan itu.

"Kenalin gue Gavin," ucapnya seraya menjulurkan tangannya.

Perempuan itu menatap manik mata Gavin, "T-amara,"

"Tamara, kayak nama pohon," gumam Gavin.

"Itu cemara!" Tukas Tamara.

Gavin terkekeh, "Jadi, kenapa muka lo banyak lebamnya gitu?"

Tamara mengalihkan pandangannya seolah ingin menghindari pertanyaan yang Gavin lontarkan.

"Gue baik, kalo lo mau cerita, cerita aja," kata Gavin.

"Muka aku abis di tampar," ucap Tamara.

"Di tampar?" Beo Gavin, "Sama cowok lo?"

Tamara menggelengkan kepalanya, "Sama ibu, ayah dan abang,"

Gavin menatap tidak percaya pada gadis yang berada di sampingnya. Apakah benar keluarganya sendiri yang melakukan itu? Rasanya tidak mungkin. Itulah yang berada di pikiran Gavin.

"Karena?"

Tamara tersenyum kecut, "Mereka bilang aku anak haram, aku bukan anak kandung mereka. Setelah bertahun-tahun aku hidup dan baru tau kenyataan pahit ini."

"Ayah sama abang juga pernah mau ngelecehin aku. Beruntung waktu itu ada tamu dateng, dan aku berusaha keluar dari rumah itu."

"Mereka juga bilang, karena adanya aku hidup mereka jadi sial," Tamara terkekeh lirih, "Apa semenjijikan itu hidup aku? Terlahir tanpa diinginkan oleh keduanya."

Gavin hanya diam, ia membiarkan Tamara mengeluarkan semua unek-uneknya yang selama ini Tamara pendam. Tetapi, walaupun hidup Tamara hancur, gadis itu tidak menteskan air matanya, walau hanya satu bulir saja.

"Lo hebat, berpura-pura kuat di depan orang banyak, dan rapuh di saat sendiri," ucap Gavin. Tangannya terulur untuk mengusap bahu Tamara.

"Sekarang lo ngapain disini?"

Danger Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang