Part 29: Pamit

1K 211 120
                                    

Media: Tulus — Pamit
P.s: Disarankan banget play lagu ini :)

×××

"Mark, Hoon"

Mark dan Jihoon yang sedari tadi bermain games di handphonenya, mengangkat kepala melihat Hyunjae yang memanggil keduanya.

"Titip Arsha dulu ya. Gue sama Papa mau balik ke rumah. Nanti malem kesini lagi kok" Lanjut Hyunjae. Mark dan Jihoon mengangguk mengiyakan.

"Ohiya, nanti kalo Arsha udah bangun, tolong bujuk dia lagi biar mau makan" Tambah Papa.

Setelah memastikan Mark mengangguk, Hyunjae dan Papa langsung pulang ke rumah setelah itu. Keduanya akhirnya bisa pulang setelah hampir tiga hari di Rumah Sakit, melepas semua tugas kantor dan hanya fokus pada kesembuhan Alea.

Jihoon bertukar pandang dengan Mark di sampingnya. Berkomunikasi tanpa suara. Sampai akhirnya Mark mengarahkan dagunya ke pintu. Jihoon mengangguk, laki-laki itu membuka pintu dan celingukan ke kanan-kiri memeriksa situasi. Saat dirasa aman, laki-laki itu kembali masuk dan berdiri di depan Mark.

"Aman. Udah pergi. Tapi Arsha masih tidur, gimana?" Tanya Jihoon.

"Nggak apa-apa, gampang itu. Yang penting lo cari dia dulu. Gue tunggu di depan kamar" Mark ikut beranjak dari duduknya. "Kemaren gue udah nyari sama anak-anak, tapi dia nggak ada di banyak tempat. Kalo prediksi gue bener, dia lagi di rooftop rumah sakit. Lo cek kesana dulu. Kabarin gue Hoon, baik kalo ketemu atau nggak ketemu" Jihoon mengangguk mengerti mendengar penjelasan Mark.

"Gerak sekarang, waktu kita nggak banyak"

Jihoon mengangguk sekali lagi. Dua laki-laki itu lalu keluar dari kamar rawat inap Alea. Mark duduk di kursi yang ada di seberang pintu ruangan sedangkan Jihoon sudah berlari kecil menuju lift rumah sakit. Laki-laki itu menekan angka 9, lantai teratas sebelum rooftop.

Jihoon kembali berlari kecil saat pintu lift terbuka. Terburu-buru dianikinya anak tangga yang mengarah pada rooftop lalu membuka pintunya. Kepalanya menoleh kesana-kemari mencari, tapi yang ia menemukan apapun.

Helaan nafasnya terdengar, baru akan berbalik dan kembali, tapi matanya menangkap punggung seorang laki-laki dengan topi cap hitam sedang berdiri dibalik tembok. Saat Jihoon mendekat, helaan nafasnya terdengar lega. Dia tidak salah orang.

"Gue cariin kemana-mana, taunya disini"

Laki-laki dengan topi hitam itu, Wooyoung, menoleh saat tiba-tiba mendengar suara. Jihoon sedikit tersentak saat Wooyoung menoleh. Wajah laki-laki itu pucat dengan matanya yang sayu. Tak jauh berbeda dengan kondisi Alea yang juga sedang tak baik. Ternyata Wooyoung pun sama. Batin mereka seperti terhubung.

"Jihoon?"

"Iya, gue" Jihoon tersenyum, ikut berdiri di samping Wooyoung, dan ikut menatap langit sore ibukota. "Lo ngapain disini? Ruangan Arsha di bawah"

Wooyoung tersenyum samar. "Iya, tau"

"Kebawah gih, Papa sama Kakaknya lagi pulang ke rumah"

"Gue yang bikin dia kaya gini, jadi rasanya nggak pantes kalo gue kesana"

Jihoon tersenyum remeh. "Arsha mungkin nggak ngomong, tapi gue tau, dia butuh elo. Lo juga gitu, nggak usah sok nggak mau ketemu. Lo juga butuh dia. Bukan masalah pantes atau enggak"

Melihat Wooyoung masih diam tak merespon, Jihoon kembali membuka suaranya. "Dia nggak mau makan. Masih susah minum obat. Yang bujuk juga bukan satu atau dua orang, tapi dia tetep nggak mau. Menurut lo siapa yang bisa kalo bukan elo sendiri?"

Jihoon menepuk pundak Wooyoung. "Ayo kebawah, gue jagain sama Mark"

Wooyoung terlihat terdiam sebentar sebelum kemudian mengangguk lemah, membuat Jihoon tersenyum senang. Dirangkulnya bahu lemah itu dan membawanya turun ke lantai ruangan Alea berada. Mark yang melihat keduanya berjalan mendekat langsung berdiri.

Our Way: Jung WooyoungWhere stories live. Discover now