Pandangannya menunduk, kaki nya begitu rapat mengapit jemari yang kini terasa begitu dingin, bahkan ia merasa jika buku- buku jemari nya mungkin membeku dengan iris yang sesekali bergerak ke arah lorong lain dan mencari keberadaan pria yang memiliki iris berwarna cokelat. Pria itu mengatakan akan membuat cokelat panas untuk nya— Ia hendak membantu, tetapi tak ada keberanian membuat nya hanya mengangguk dan pergi ke ruang utama lebih dulu.
Jantungnya kini berdetak cepat serta kaki yang bergerak terlihat gelisah walaupun rasa takut tak lagi menyelimuti nya, hanya saja— sisa rasa itu masih ada membuat nya menghela napas, mencoba mengatur pernapasan, berharap jika tak ada rasa gugup untuk nya ketika Kim Taehyung datang hingga suara langkah kaki pun membangunkan lamunan nya dan melirik, menemukan Taehyung di sana.
Iris cokelat itu menatap nya, membawa dua cangkir hingga pemuda beriris hitam itu menerima cokelat panas dengan aroma yang begitu khas dan Taehyung dengan aroma vanila nya. Hal itu membuat Jungkook membungkukkan tubuh nya singkat sebagai tanda terima kasih membuat Taehyung tersenyum tipis, menyadari jika Jungkook masih gelisah ketika menghadapinya, pemuda itu ketakutan.
"Jika aku meminta maaf lagi, apa itu membuat mu merasa lebih baik?"
Tubuh nya sedikit berjengit ketika mendengar suara itu membuat nya melirik dengan iris yang membulat dan bilah bibir yang sedikit terbuka membuat Taehyung tersenyum tipis dan menunggu jawaban hingga Jungkook pun menggelengkan kepala nya, lalu menunduk membuat Taehyung menatap sendu— Trauma yang Jungkook alami, tidak terlalu parah, tetapi mengganggu.
"Aku— memang seperti ini, bukan?" ucap Jungkook yang kini melirik ke arah Taehyung dengan cokelat panas yang menguap di hadapannya hingga mulut gelas itu tampak sedikit basah. Tatapan Taehyung membuat jemari nya yang terasa tegang sedikit membaik hingga Jungkook mampu tersenyum.
"Melihat orang marah, bertengkar, dan membentak— Itu menyeramkan hingga aku tak bisa bekerja di perusahaan besar dan berkarir di sana" sambung Jungkook yang kembali menunduk, memutuskan pandangannya pada Taehyung. Namun, pria itu memilih untuk mengangguk— Taehyung mengetahui nya dengan baik.
"Ayah— selalu membentak tanpa alasan, terkadang dia juga tiba- tiba menghina membuat ku takut melakukan banyak hal" ucap Jungkook yang kini menatap ke arah jendela yang memperlihatkan rintik salju yang masih setia menemani malam natal nya sebelum ia melirik ke arah Taehyung yang mengangguk sambil bersandar.
"Jadi, saat Ayah sakit— aku merasa sedikit bebas— tak ada lagi yang melarang ku melakukan apapun" sambung Jungkook yang kini tertawa kecil dan menunduk, mengusap mulut gelap yang begitu basah serta iris yang membayangkan hari- hari yang menyeramkan itu, tetapi membuat Jungkook merasa rindu untuk saat ini.
"Walaupun, bentakan itu semakin sering aku terima dan mental ku terjun payung setiap kali mendengar bentakan" ucap Jungkook sambil menggerakkan jemari nya seolah ia terjun payung membuat Taehyung menganggukkan kepala nya dengan senyuman kotak musik yang begitu khas hingga Jungkook pun tertawa kecil.
"Tapi— Itu membaik setelah bertemu dengan mu, Taehyung-ssi" ucap Jungkook yang kini tersenyum tipis turut bersandar dengan kaki yang kini terangkat ke atas meja dan membiarkan cokelat panas di atas perut nya. Posisi ini benar- benar membuat nya mengingat masa lalu— Kim Taehyung yang duduk tepat di sampingnya dan mendengar seluruh cerita yang ia punya.
"Terima kasih telah membawa ku ke psikologi waktu itu" ucap Jungkook yang kini membungkuk singkat membuat Taehyung tertawa kecil dan menggelengkan kepala dengan iris cokelat yang menatap ke arah rintik salju, lewat jendela dengan tirai yang terbuka hingga Jungkook pun menunggu jawaban, menatap Taehyung yang begitu tampan bahkan ketika pria itu mengalami demam.
"Jangan terus berterima kasih, aku tidak melakukan apapun dan kau yang berusaha untuk itu" ucap Taehyung membuat Jungkook menganggukkan kepala nya dan kembali menatap ke arah rintik salju yang tak berhenti ketika malam natal hingga Taehyung pun melirik pada Jungkook yang tengah menyesap cokelat panas nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Beautiful Apologize
RomansaSecangkir cokelat hangat, churros dan juga film yang berputar di televisi itu menjadi saksi bisu bagaimana mereka menghabiskan waktu malam natal begitu membahagiakan hingga mereka tetap merindukannya, setelah dua tahun, empat tahun, hingga enam tahu...