Bab 35 - Bergantian Jatuh Sakit

34.6K 5.5K 269
                                    

Aku meregangkan badanku sejenak masih dalam posisi duduk. Mataku memandang ke luar jendela ruang kerjaku yang masih terbuka. Langit sudah mulai berubah warnanya dari jingga menjadi gelap.

Tak terasa waktu cepat berlalu saat aku sedang sibuk menyusun anggaran keuangan istana. Kalau menggunakan microsoft excel pastinya akan selesai dalam beberapa jam saja, kalau secara manual bisa seharian. Tanganku sungguh pegal.

"Sudah malam," gumamku sambil menopang dagu masih dengan pandangan ke luar jendela. Perutku tidak kelaparan sama sekali padahal aku belum memberikan asupan pada cacing-cacing di lambung sejak siang tadi.

"Jalan-jalan sebentar ah sebelum tidur." Aku lalu beranjak bangun dari kursiku, mengambil jaket panjangku ya bisa dibilang mirip jubah juga karena sangat panjang sampai ke kaki.

Udara malam di musim dingin cukup dingin bahkan terkadang angin yang berhembus pelan saja dinginnya itu loh sampai terasa menusuk ke tulang-tulang. Bukan hiperbola tapi memang kenyataannya begitu.

Aku berjalan-jalan tanpa tujuan, kakiku melangkah ke arah gazebo yang terletak di taman utama istana. Samar-samar dalam kegelapan dengan sedikit pencahayaan dari rembulan, aku melihat siluet manusia sedang berdiri termenung di sana memandangi langit malam.

"Siapa ya?" Aku bertanya-tanya siapa yang cukup gila berada di taman selarut ini. Selain aku tentunya.

Dengan kedua tangan saling memeluk, aku berjalan perlahan mendekati siluet itu. Mendengar derap langkah kakiku yang bersentuhan dengan salju di tanah, dia langsung menoleh. Pendengarannya sungguh tajam.

Sinar mata merahnya langsung menatapku dengan penuh kewaspadaan lalu berubah melunak.

Ini kan si Felix, sedang apa dia di sini?

"Baginda, apa yang sedang Anda lakukan di tengah malam dengan cuaca dingin begini di sini?" tanyaku begitu sudah sampai di hadapannya.

"Aku sedang tidak bisa tidur. Lalu kau, Ratu? Sedang apa berada di luar selarut ini?" ucapnya dengan jujur.

Sudut bibirku spontan terangkat karena sekarang aku sangat jarang mendengar Felix bertanya kembali tanpa menjawab dulu, "Sedang refreshing sebentar."

"Refreshing? Apa itu?" tanyanya dengan polos dan aku baru ingat kalau aku menggunakan kata modern dari dunia nyata.

"Eh, maksudnya sedang menjernihkan pikiran dan tubuh," tukasku dengan cepat.

Mulutnya membentuk huruf 'O' lalu kami berdua terdiam cukup lama dengan pikiran masing-masing.

"Sebentar lagi tahun akan berganti. Waktu tidak terasa begitu cepat berlalu. Apa Anda merasakannya juga?" kataku membuka percakapan.

"Ya, aku juga merasakannya," balasnya yang lalu menatapku dengan lekat dan tatapannya itu membuatku hampir salah tingkah.

"Erhh... Baginda, apa ada sesuatu di wajah saya?" tanyaku menatapnya balik seraya menunjuk wajahku searah jarum jam.

Kami saling berpandangan. Bola mata merahnya yang jernih membuatku hampir terhanyut ke dalamnya. Bisa kurasakan kesedihan, kelelahan, dan kelegaan tercampur aduk semua di dalamnya.

Felix tersadar dengan tingkahnya dan dengan cepat memalingkan wajah ke arah lain, "Tidak ada. Ekhem.." elaknya.

Aku menyipitkan mata, orang ini kenapa?

Butiran salju turun lagi menghiasi bumi disertai dengan hembusan sepoi-sepoi angin, kombinasi pendingin alami melebihi dinginnya AC. Aku secara refleks memeluk kedua tanganku lagi, kali ini dengan sedikit menggigil.

Kaisar, Tolong Abaikan Saya! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang