.
.
Renjana berjalan beriringan bersama Chandra. Langit yang meredup ditemani dengan angin lembut yang menerpa sekitarnya membuat keadaan sedikit menenangkan. Chandra berniat menemani Renjana untuk datang ke rumah Cahaya menemui sang ibu. Keduanya melakukan perjalanan dengan bus umum. Dengan perlahan, sorot mata Renjana telah mendapati Cahaya yang tengah menunggunya dan Chandra di depan rumah sambil melambaikan tangannya perlahan.
Grebb!
Cahaya memeluk Renjana erat, membuat Renjana membalas pelukan itu dengan perlahan.
"Ibu menunggumu di dalam, kak," ucap Cahaya pelan. Renjana tersenyum senang ketika ia men-dengar sebutan itu setelah tujuh tahun menghilang membuat begitu bahagia melebihi apapun.
Renjana masuk ke dalam sebuah rumah yang di penuhi bunga-bunga yang indah di luarnya, membuatnya nampak asri. Mereka masuk ke rumah itu dipimpin oleh Cahaya sang pemilik rumah di depannya.
"Renjana," Widya yang tengah menyiapkan maka-nan sontak memeluk Renjana dengan erat.
"Maafin Ibu," ucapnya dengan bergetar dalam pelukan Renjana.
"Ibu gak salah, ini takdir," ucap Renjana yang menenangkan sang ibu yang masih menangis.
"Ayo, makan! Ibu menyiapkan makanan khusus untukmu," ucap Widya sambil menarik lengan Renjana untuk duduk, begitu pula dengan Cahaya dan Chandra yang juga dipersilakan duduk.
Widya mengambil sesumpit daging dan meletak-kannya ke atas nasi milik Renjana dan memintanya untuk segera memakannya.
"Makanlah, agar kau cepat besar!" ucap Widya sambil memperhatikan putranya yang sibuk memakan makanan buatanya.
"Malam natal ini, bisakah kita makan bersama? Dengan Ibu, papa, mama, kakak, dan teman-teman yang lain? Aku mnginginkan itu," ucap Renjana pelan meminta sebuah acara makan bersama saat natal yang akan dilangsungkan seminggu lagi.
"Tentu, aku akan mengaturnya dengan yang lain," ucap Chandra menyetujui permintaan Renjana sambil memakan beberapa kue yang di hidangkan oleh Cahaya.
Drettt drettt!
Ponsel milik Widya bergetar beberapa kali membuatnya segera merogoh ponsel dari saku miliknya.
Chandresh.
Dengan segera Widya beranjak mengangkat panggilan dari Chandresh. Chandresh bukanlah tipe seseorang yang akan menelepon kapan saja. Ia hanya akan menelepon ketika hal itu benar-benar mendesak.
'Apa Renjana di tempatmu?" Suara berat itu terdengar sangat keras, membuat mereka yang duduk di depan meja makan terdiam.
"Iya, dia di tempatku, kenapa?" tanya Widya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ √ ] AMERTA ¦ Ft Huang Renjun
Fanfiction"....Amerta berarti abadi, sama seperti takdir tuhan untuk Renjun" "Pa? Renjun mau makan malem bareng papa lagi boleh?" Menceritakan kepahitan hidup yang ditakdirkan pada Huang Renjun, putra haram dari sang ayah membuat Renjun harus merasakan pahitn...