Chapter

29.8K 1.3K 314
                                    

Gak rame gua nangis nih😭

happy reading🌻
.

Tasya berjalan dengan gugup menuju ruang kepala sekolah. Ia benar-benar khawatir dengan hasil pendaftarannya di Oxford. Akankah dia berhasil?

Devan sendiri menunggu Tasya didalam mobilnya yang terparkir didepan sekolah. Ia sangat berharap Tasya berhasil lolos ke Oxford. Dengan begitu, dirinya tidak perlu lagi LDR bersama dengan istrinya itu.

Ketika telah sampai didepan ruangan kepala sekolahnya, Tasya mengetuk pintunya. Setelah mendapatkan izin untuk masuk, Tasya pun masuk kedalam.

"Selamat pagi pak"

"Pagi. Silakan duduk Nataya" ucap pak Henry.

Tasya mengangguk dan duduk dikursi dihadapan kepala sekolahnya. Pak Henry menaruh kacamatanya dan menatap kearah Tasya.

"Begini, hasil pemdaftaran kamu di Oxford dan UGM, telah keluar, dan hari ini akan bapak berikan kepada kamu"

"Iya pak"

Pak Henry mengambil sesuatu di lacinya. Dua amplop yang nampak berbeda. Dia pun menyerahkannya kepada Tasya.

"Bapak belum lihat isinya, mungkin bisa kamu lihat sekarang"

"Baik pak" Tasya membuka amplop yang dari UGM.

Tasya membaca dengan seksama setiap tulisan di lembaran tersebut. Matanya berbinar ketika mengetahui dia lolos di UGM.

"Bagaimana Natasya?"

"Lolos Pak" jawab Tasya dengan antusiasnya.

"Wah, bapak bangga sama kamu. Selamat ya!" ucap pak Henry.

Tasya mengangguk. "Terima kasih Pak"

Tasya pun bersiap membuka amplopnya yang dari Oxford. Dia sangat gugup membukanya. Dalam hatinya Tasya terus mengucapkan doa-doanya.

***

Devan terus melihat kearah sekolah, namun Tasya belum juga nampak. Devan mendengus pelan dan memilih untuk mengechat Tasya. Karena tak sabaran, Devan memutuskan untuk turun dari mobilnya dan menyusul Tasya kedalam sekolahnya.

Namun ia urungkan niatnya ketika sudah melihat Tasya yang barusaja keluar dari gerbang dan berlari kecil menuju mobilnya. Ketika telah memasuki mobil, Tasya tak berkata apapun dan langsung memakai seatbelt-nya.

"Tasya" panggil Devan.

"Hm?"

"Gimana hasilnya?"

Tasya terdiam. Gadis itu merongoh slimbag-nya untuk mengambil kedua amplopnya. Setelah itu dia memberikannya kepada Devan dan langsung diterima oleh Devan.

"Kok dua?"

"Cadangan satu" jawabTasya.

Devan mengangguk dan langsung membuka amplopnya. Yang pertama doa buka adalah amplop dari Oxford, karena dia snagat penasaran dnegan hasilnya.

Dia membacanya dengan seksama, hampir sama seperti surat yang ia terima satu tahun lalu. Mata Devan berbinar membacanya, dia menatap Tasya dengan semringah.

"Serius?? Lo diterima???"

Tasya mengangguk membenarkan. Devan sangat bahagia mendengarnya. Dia ingin memeluk Tasya, namun susah. Dia tak bisa mendeskripsikan kebahagiaannya saat ini. Itu artinya tidak perlu lagi menjalankan hubungan jarak jauh dengan Tasya.

"Yeah!"

Tasya juga ikut tersenyum dan berkali-kali mengucapkan puji syukurnya. Impiannya tercapai dan tidak adalagi LDR-an.

My Life With Him [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang