Aku menyukai sudut-sudut bumi yang dihinggapi bayang semu sang mentari, sebab teduhnya selalu menjadi incaranku berdiam diri. Di sana aku bisa menata kembali puing hancur, tanpa peduli air mata yang terus mengucur. Aku suka ketika menjadi sosokku yang sebenar-benarnya aku, manusia lemah yang di titipi rapuh. Titik puncaknya adalah aku bisa melepas segalanya, baik duka maupun luka. Lantas jiwa yang turut memejamkan mata, menerima segenap kacau dengan kepasrahan raga. Lepas, semuanya terlepas. #JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA. √CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI. PLAGIAT DOSA√