8

554 130 56
                                    

Pagi-pagi koridor gedung kelas XI sudah ramai dengan berita akan ada study tour di sekolah. Jihyo yang baru datang bersama Jeongyeon lantas menyelusup di antara keramaian tersebut, mencoba mencari tau apa yang sedang terjadi melalui mading sekolah. Setelah mendapat informasi, ia segera mundur lagi, menghampiri Jeongyeon yang ternyata masih di sana dan sedang berdiri sambil bersandar ke tembok.

"Ada study tour, Jeongie" ucap Jihyo ceria. Jeongyeon mengernyitkan alisnya.

"Masa?" Tanya Jeongyeon.

"Iya, ikut yuk! Kapan lagi kita bisa jalan-jalan bareng."

"Bodo!" Lanjut cowok itu seraya berjalan melewati Jihyo. Jihyo mendengus kesal. Bukankah tadi Jeongyeon berdiri di sini untuk menunggu informasi? Lalu ketika diberitahu malah begitu. Kalau tau begitu Jihyo lebih baik diam saja tadi.

"Pagi kak!" Sapa Tzuyu seraya tersenyum manis. Entah datang dari mana cowok itu Jihyo pun heran.

"Pagi— lho kok di sini lo?" Tanya Jihyo bingung. Masalahnya ini koridor kelas XI, persimpangan jalan menuju gedung kelas X sudah lewat dan tidak ada alasan anak kelas X bisa lewat sini kecuali memang ada kepentingan.

"Emang kenapa? Nggak boleh?" Tanya Tzuyu.

"Ya enggak, bingung aja ada urusan apa lo di gedung kelas 2..." Gumam Jihyo.

"Ada urusan sama lo kak!" Ucap Tzuyu.

"Lho, gue?"

"Iya, daftar study tour yuk! Kapan lagi kita bisa jalan-jalan bareng" ajak Tzuyu tiba-tiba. Ini aneh. Dunia semakin terasa lucu. Tadi bukankah ia mengucapkan itu pada Jeongyeon? Lalu sekarang Tzuyu mengucapkan ini untuk dirinya.

"Kok ngajak gue? Temen seangkatan lo nggak ada yang mau ikut emang?" Balas Jihyo.

"Ya ada sih, cuma kayaknya lebih seru sama lo kak. Kalo kita ikut bareng kan bisa duduk bareng waktu di bus" Jihyo tampak berpikir sebentar. Sebenarnya ia juga ingin ikut dan pergi bersama Jeongyeon akan tetapi cowok itu sepertinya tidak minat. Lalu sekarang malah ada Tzuyu, adik kelas tampan idola seluruh cewek-cewek yang mengajaknya ikut. "Atau lo udah mau duduk bareng kak Jeongyeon?"

"Sebenernya tadi gue ngajak dia tapi kayaknya dia nggak minat ikut" ucap Jihyo akhirnya. Ia rasa Tzuyu perlu tau juga agar tidak ada yang ditutup-tutupi.

"Nah ya udah, sama gue aja kak!"

"Tapi...." Jihyo menunduk, meremas-remas kedua tangannya karena gugup "Gue takut lo mikirnya gue jadiin lo pelarian"

Tzuyu terkekeh, lantas mengacak poni Jihyo lembut, "Ya kan cuma masalah duduk di bus, kak. Kayak apa aja sih lo! Gue nggak masalah dan nggak mikir ke arah sana sama sekali"

Ah iya cuma masalah duduk di bus, kenapa pikiran Jihyo malah kemana-mana. Ia merutuki dirinya sendiri karena sempat berpikir macam-macam. Untung adik kelasnya itu juga menanggapi dengan pikiran positif.

"Tapi kalo misal di dunia nyata gue jadi pelarian lo juga nggak papa sih kak, gue rela."

****

Seharian ini Jihyo tidak bisa berkonsentrasi karena kata-kata Tzuyu di koridor tadi pagi.  Pikirannya terus berputar di kalimat 'Tapi kalo di dunia nyata gue jadi pelarian lo juga nggak papa sih kak, gue rela'. Kalimat itu benar-benar mengacak-acak perasaannya.

Jihyo bukan cewek bodoh yang nggak mengerti maksud perkataan itu. Jihyo tau Tzuyu melihat dirinya lebih dari seorang kakak kelas, cowok itu melihat dirinya sebagai seorang perempuan. Awalnya ia kira kebaikan Tzuyu hanya sebatas adik kelas ke kakak kelasnya, tetapi semakin ke sini tingkah Tzuyu semakin jelas ke arah yang lebih dari itu.

Jihyo tau pahitnya cinta tak terbalas itu seperti apa. Oleh karena itu ia tidak ingin ada orang lain yang merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan. Apalagi seorang Tzuyu, cowok baik yang jadi idola satu sekolah. Jihyo pikir dirinya sama sekali tidak pantas untuk Tzuyu.

Lalu Jihyo harus bagaimana? Haruskah ia menjauh dari Tzuyu? Tapi menurutnya itu aneh dan tidak sopan. Atau sebaiknya ia mulai membuka hati untuk adik kelasnya itu? Huh sungguh ini sangat membingungkan.

Bel pulang sekolah berdering, mengembalikan pikiran Jihyo ke dunia nyata. Ia membereskan barang-barangnya dengan enggan. Entah mengapa rasanya ia kehilangan semangat hidup.

Satu persatu teman sekelas Jihyo berpamitan duluan. Kini tinggal dirinya sendiri di dalam kelas. Cewek bermata bulat itu keluar kelas dengan langkah gontai.

"Lelet!" Umpat seseorang yang bersandar di dekat pintu. Orang yang sangat Jihyo kenal, Yoo Jeongyeon. Cowok itu entah sejak kapan sudah berdiri di sana.

"Lo nungguin gue?" Tanya Jihyo bingung. Jeongyeon hanya diam dan menatapnya tajam. Dari situ Jihyo tau bahwa jawabannya adalah iya. Jihyo tau, pasti Jeongyeon menghampirinya hanya untuk bilang ia tidak bisa mengantar Jihyo pulang. Jihyo sudah hapal di luar kepala.

"Iya gue tau lo nggak bisa nganter gue, nggak usah ngomong! Gue bakal naik bus—"

"Berisik!" Potong Jeongyeon. Cowok itu berjalan duluan meninggalkan Jihyo "Ayo pulang!"

Tersenyum geli gadis itu lantas mensejajarkan langkahnya dengan langkah Jeongyeon. Ia heran, entah ada angin apa Jeongyeon tiba-tiba mau mengajaknya pulang bareng.

Keberadaan mereka berdua menarik atensi seisi sekolah. Memang tiap kali mereka jalan bersama semua orang akan memperhatikan seperti ini. Jeongyeon dan Jihyo dikenal sangat serasi, membuat semua orang iri. Padahal kenyataannya tidak begitu.

"Siapa yang nyuruh lo duduk bareng cowok tengil itu di bus?" Tanya Jeongyeon tiba-tiba. Jihyo mengernyitkan dahi karena bingung. Apa Jeongyeon melihat daftar nama peserta yang ingin ikut study tour? Tapi untuk apa?

"Tzuyu maksudnya?" Tanya Jihyo

"Ya siapa lagi?"

"Dia bukan cowok tengil. Lagian nggak ada yang nyuruh, inisiatif aja!" Jawab Jihyo enteng.

"Inisiatif lo jelek!" Umpat Jeongyeon seraya melempar helm pada Jihyo dengan kasar. Mereka memang sudah sampai di parkiran sekolah. Jihyo menggerutu kesal, tak bisa kah Jeongyeon sekali saja bersikap lembut?

"Kenapa emang? Urusan lo apa? Lo aja nggak mau ikut study tour kan?" Omel Jihyo seraya naik ke jok belakang motor Jeongyeon.

"Ya heran aja gue!" Jeongyeon mulai menstater motornya "Kok lo makin jago aja godain cowok, belajar nge-jalang dari mana?"

Mata Jihyo memanas. Kata-kata itu benar-benar menyakiti perasaannya. Sebenarnya apa yang Jeongyeon inginkan sih? Apa serendah itu Jihyo dimatanya?

"Gue nyontoh Yora. Kenapa hah? Masalah buat lo?" Balas Jihyo ketus, membuat Jeongyeon terdiam dan langsung menjalankan motornya. Ia pikir perdebatan bisa dilanjutkan nanti di rumah Jihyo.

Di sisi lain seorang cowok jangkung melihat kejadian itu dari kejauhan. Ia mengepalkan kedua tangannya untuk menahan emosi. Meski tidak tau mereka membicarakan apa, tapi kedekatan keduanya membuat dirinya kesal.

Sabar Tzu, dikit lagi bisa. Yang lo butuhkan cuma kesabaran.

___________
25-12-2020

Wah wah ternyata mayoritas pada Jitzu ya! Tapi ada beberapa yang Jeonghyo juga. heum... menarik.

Deux (Jeonghyo - Jitzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang