20

590 115 22
                                    

"Selamat pagi princess!" Sapa Tzuyu pada Jihyo yang baru saja bangun tidur. Gadis itu langsung melotot. Sejak kapan Tzuyu ada di sini?

Hari ini memang hari Minggu, hari yang bagus untuk bangun agak siang. Tapi Jihyo tidak menyangka kalau bangun agak siangnya kali ini akan disambut oleh Tzuyu di dapur rumahnya begini.

Sudah seminggu Tzuyu semakin dekat dengannya dan semakin gencar mencuri hati keluarga Park. Sudah seminggu juga Jihyo menjauhi Jeongyeon, menghiraukan cowok itu ketika berpapasan di sekolah. Ya memang Jihyo menjauh, tapi nyatanya Jeonyeon memang tidak pernah mendekat juga.

Jihyo mengernyit bingung. Dengan langkah gontai gadis itu menghampiri meja makan, duduk di hadapan Tzuyu yang sibuk membuka mangkuk kertas bento yang ia bawa lalu memindahkan isinya ke mangkuk beling. Di sebelah Jihyo ada sang Mama. Lalu di ujung meja ada papanya.

"Ini kak, nasi bebek peking spesial khusus buat Kak Jihyo!" Ujar Tzuyu. Jihyo masih belum paham. Ini ada angin apa Tzuyu mengajak sarapan bersama? Inisiatif kah? Jika iya, Jihyo akui inisiatif Tzuyu memang tinggi sekali.

"Ehm.. apanya yang spesial?" Tanya Jihyo begitu melihat isi mangkuk mereka semua sama. "Kayaknya sama semua!"

"Ya... Kalau di film-film kan gitu kak, kalau bawa makanan kan bilangnya spesial khusus buat orangnya gitu!" Jawab Tzuyu. Mama dan Papa Park terkekeh dibuatnya.

"Ah Jihyo kamu mah digodain nggak paham! Dasar udah terlanjur bucin sama Jeongyeon ya!" Papanya mengoceh, membuat Tzuyu seketika tersenyum getir. Rasa sesak memenuhi dadanya ketika sadar ia bukan siapa-siapa di rumah ini. Namun perasaan Jihyo juga tak kalah berantakan. Mengapa harus ada nama Jeongyeon di hari Jihyo yang masih pagi ini?

Berusaha mencairkan suasana, Tzuyu menyahut "Yah Om tau bahasa bucin juga? Astaga makin awet muda aja Om!"

"Hahaha iya dong Om memang awet muda! Bisa banget kamu ya!"

"Kalau si Om mah jangan dipuji terus, Tzuyu, suka kegeeran!"

"Mama juga sama aja!" Sahut Jihyo.

Suasana meja makan pun kembali ramai. Sejenak Jihyo kembali lupa dengan nama itu.

****

"Mau nonton film apa?" Tanya Jihyo seraya meraih remot di meja. Tzuyu menyengir lebar. Cowok itu duduk di sebelah Jihyo dengan senang hati. 

"Apa aja kak, gue suka semua film kalau nontonnya sama lo"

Sebelum ini mereka memang mengalami perdebatan. Tzuyu mau mengajak Jihyo jalan-jalan, tetapi Jihyo mau tetap di rumah saja. Akhirnya Mamanya mengusulkan agar mereka menonton film di rumah saja.

"Lo emang suka cengar-cengir gitu ya, Tzu?" Tanya Jihyo. Tzuyu mengangguk bangga.

"Ini adalah bukti bahwa gue lagi bahagia kak!" Ucap Tzuyu. Jihyo mengerucutkan bibirnya. Dalam hati ia mengumpat mengapa adek kelasnya itu konyol sekali. Ya meskipun Jihyo akui ia memang tampan walaupun konyol begitu.

"Nggak ada nyender-nyender ya!" Ucap Jihyo. Tzuyu merengut. Baru saja berencana untuk bersandar ke bahu Jihyo sudah digagalkan duluan. Mereka pun menikmati film yang sedang tayang.

****

"Kak..." Panggil Tzuyu. Sekarang sudah siang, mereka memilih bersantai di belakang rumah Jihyo seraya menyelupkan kaki ke kolam renang.

"Ya?"

"Lo belum cerita ya sama Mama Papa kalau pisah sama Kak Jeongyeon?" Tanya Tzuyu. Jihyo diam. Memang belum. Jihyo memang masih bingung kapan dan bagaimana harus bicara tentang ini pada orang tuanya. Akhirnya ia menggeleng untuk menjawab pertanyaan Tzuyu.

"Kapan kak? Gue pengen buru-buru jadi calon mantu!" Ucap Tzuyu asal. Pipi Jihyo bersemu merah. Ucapan konyol apalagi ini. Jihyo benar-benar bingung dengan Tzuyu.

"Gue tau ini bukan waktu yang tepat, tapi gue nggak tahan lagi kak, gue bakal ngungkapin perasaan gue sekarang. Dari awal lihat lo, gue udah jatuh cinta. Aura lo beda, gue suka. Senyum lo memikat, gue suka. Pokoknya semuanya tentang lo gue suka. Bahkan ini pertama kalinya gue mengejar cewek, biasanya gue yang dikejar. Gue sampe cerita ke Mama soal lo. Mama bilang dia pengen ketemu sama orang yang berhasil bikin gue jatuh cinta. Tapi waktu itu gue masih belum berani kak, gue tau lo udah ada yang punya. Jadi ya gue deketin sebisa gue. Dan setelah lo pisah sama Kak Jeongyeon, gue benar-benar merasa punya peluang. Gue pengen punya hubungan serius sama lo kak. Tapi sekali lagi lo nggak perlu bales sekarang. Seenggaknya gue lega karena gue udah ngungkapin perasaan gue secara benar."

Kata-kata yang Tzuyu ungkapkan masuk begitu saja ke telinga Jihyo. Tubuhnya stagnan. Ia mencoba mencerna semua yang Tzuyu ungkapkan. Sejenak memori bagaimana Tzuyu selalu ada untuknya selama ini terputar otomatis di kepala. Bagaimana bisa ia tidak membuka hati untuk Tzuyu sejak dulu? Bagaimana bisa ia bertahan sekukuh itu untuk Jeongyeon?

Tanpa Jihyo sadari air matanya luruh. Sebagai seorang perempuan yang selalu mengejar, Jihyo jelas paham apa yang Tzuyu rasakan. Tapi Jihyo tak bisa bicara banyak. Pun tak bisa bertindak banyak. Sakit hatinya belum sembuh. Ia belum pulih. Ia tak ingin gegabah dalam bertindak. Ia tidak ingin Tzuyu malah semakin sakit jika ia memaksakan.

Jihyo menyeka air matanya, lantas menatap Tzuyu lembut. "Gue nggak bisa jawab sekarang Tzu. Pastiin dulu gue jatuh cinta sama lo, baru kita menjalani hubungan. Is that okay?"

"Ya. Its okay. Take your time princess!" Ujar Tzuyu seraya tersenyum manis.

___________
09-01-2021

Deux (Jeonghyo - Jitzu)Where stories live. Discover now