27

1.9K 282 69
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...

Hari berganti dengan terasa cepat, saat ini usia kandungan Hinata sudah mencapai empat bulan. Perut wanita itu yang tadinya datar, kini sudah terlihat membuncit walau hanya sedikit. Keluarga Namikaze sangat antusias dengan kehamilan Hinata, mereka semua berharap jika anak pertama dari Naruto dan Hinata adalah seorang laki-laki, karena dari Saraa dan Nagato mereka mendapatkan cucu perempuan yang cantik sekali.

Hinata bahagia? Tentu saja, apalagi yang harus membuat hati wanita itu tidak bahagia? Hanya saja, Hinata tidak berkenan untuk tinggal di Mansion Namikaze, ia tetap memilih tinggal di paviliunnya, jadi Naruto lah yang pindah ke paviliun Hinata. Naruto merasa paviliun Hinata lebih nyaman. Tentu saja karena ada Hinata disana yang menghangatkan ranjangnya setiap malam. Bukan, bukan menghangatkan yang itu tapi Naruto sudah sangat puas melihat Hinata selalu tidur disampingnya sebelum ia beristirahat dan orang pertama yang Naruto lihat kala matanya terbuka. Namun, saat ini kedua pasangan itu sedang berdebat kecil.

"Ayolah, Naru," bujuk Hinata pada suaminya itu.

"Tidak, aku takut,"

"Tidak apa-apa..." bujuk Hinata lagi tanpa henti.

"Aku takut melukai bayi kita,"

"Ck...tidak akan, percaya padaku,"

"Percaya padamu?" tanya Naruto yang dijawab anggukan oleh Hinata.

"Tidak, aku bisa saja tidak sadar saat itu,"

"Ayolah, aku kedinginan," rengek Hinata manja dengan mata yang berair dan suara bergetar. Naruto menatap Hinata dengan ekspresi andalan wanita itu, memelas. Naruto bisa apa jika, Hinata sudah seperti itu?

"Baiklah," akhirnya Naruto hanya bisa mengalah saja dengan istrinya itu. Hinata menepuk sisi sebelahnya dengan semangat,memberi isyarat untuk Naruto tidur disampingnya. Setelah suami pirangnya itu berbaring disebelahnya, lengan Hinata melingkar memeluk Naruto.

"Sungguh, aku takut Hinata,"

"..."

"Apa kau tidak takut, hem?"

"Ck... Kau itu tenang jika tidur Naru. Tidak mungkin jika kau akan menendang perutku. Rasanya aneh saat kau selalu tidur disofa semenjak perutku mulai membesar."

"Kan jaga-jaga saja, siapa tau aku tidak sadar lalu menendang perutmu."

"Tidak akan, aku saja yang ceroboh bisa kok tidur tenang saat ini. Siapa sadar jika nanti aku tidur tengkurap, hayo? Sama saja Naru, aku suka tidur dalam pelukanmu." Safir biru itu memandang lekat Hinata yang berada dipelukkannya. Sama, Naruto juga sudah terbiasa tidur dengan memeluk Hinata. Lelaki pirang itu memeluk Hinata erat.

"Aku mencintaimu, Hinata." Wanita yang baru saja akan tertidur itu dengan cepat membuka matanya, hanya diam tidak menatap suaminya sama sekali.

"Tidurlah." Titah Naruto saat tidak mendapatkan jawaban atas pernyataan cintanya.

"Aku juga..." Cicit Hinata kecil, ia menyembunyikan wajahnya diketiak Naruto. Lelaki pirang ini terkekeh geli jadi, istrinya ini malu? Hinata punya malu juga yah?

Look at MeWhere stories live. Discover now