3.

2.1K 356 162
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...

Kerja hari ini sangat melelahkan bagi Hinata. Entah mengapa hari ini kafe ramai sekali, setiap hari memang ramai tapi hari lebih-lebih ramai. Apalagi Hinata harus bertemu dengan suami kuningnya juga di kafe. Membuat fokus Hinata hilang, saat matanya dengan tidak sopan selalu saja melirik atensi suaminya. Yang sialannya, juga selalu menatap dirinya. Astagah... Rasanya seperti tersengat listrik setiap mata biru itu beradu dengan mata bulannya. Tuhan, tolong...!

Bertambah lelah-lah Hinata hari ini, karena jarak antara Kafe dan Mansion Namikaze lumayan jauh. Dan Hinata harus bersepeda setiap hari pulang dan pergi. Seperti saat ini, gadis cantik ini mengayuh sepedanya dengan pelan karena lelah yang menderanya. Kafe tutup pada jam delapan tepat. Perutnya berbunyi minta diisi, melihat-lihat sekitarnya, siapa tau aja ada yang cocok untuk menjadi menu makan malamnya. Jika harus memasak tidak akan keburu. Wajah Hinata berseri melihat kedai ramen, malam-malam makan ramen sepertinya tidak pa-pa. Okey, Hinata memutuskan untuk mampir ke kedai ramen itu. Membelokkan stang sepedanya kearah kedai. Lumayan ramai juga.

Hinata duduk sendirian di meja tamu sambil membaca buku menu. "Wah, pilih yang mana ya?" Hinata bermonolog ria.

"Tang ting tung mana yang beruntung." Layaknya anak kecil yang bingung saat memilih, Hinata menggunakan cara penentu yang baik. Dan jari telunjuknya terhenti di menu ramen biasa.

"Ahaa... Ramen jumbo dengan topping udang kelihatannya enak." Tidak konsisten sekali. Menimbang-nimbang dengan menu pilihannya, tidak buruk juga. Akhirnya Hinata memesan ramen jumbo spesial.

"Nee-san." Hinata melambaikan tangan pada salah satu pelayan kedai. Pelayan cantik dan muda itu mendekat pada Hinata. "Iya, sebutkan pesanan Anda Nona." Ujar Pelayan itu dengan ramah.

"Nee-san, aku pesan ramen jumbo dengan topping udang, ya." Ujar Hinata. Pelayan itu mengangguk pelan, tangannya menulis pesanan Hinata dan pergi berlalu menuju dapur.

Hinata menunggu dalam diam, tubuhnya saja yang diam tapi, matanya melirik sana sini memperhatikan dekorasi kedai yang cukup nyaman. Hingga telinganya mendengar obrolan beberapa gadis yang dengan sangat jelas membanggakan suaminya.

"Kau tau Namikaze Naruto itu sangat berkharisma. Dingin dan  cool."

"Hei, cool dan dingin apa bedanya?"

"Bahasanya..."

"Tidak jelas sekali. Tapi, aku setuju dengan opinimu itu. Namikaze Naruto memang sangat berkharisma. Tampan, macho, tinggi, kaya dan misterius. Bahkan hanya sedikit orang pernah melihat senyum sang bungsu Namikaze itu."

"Benar sih tapi, aku lebih suka diamnya yang dingin-dingin empuk itu."

Dan ocehan para wanita itu masih terus mengalir. Hinata jadi berfikir juga, bila diingat-ingat memang pria yang berstatus suaminya itu sangat jarang tersenyum. Dirinya bahkan belum pernah melihat senyum sang suami.

Pesanan ramennya datang, membuat mata Hinata berbinar melihat mangkok ukuran jumbo serta kepulan asap yang menguar dari dalam mangkuk. Ah, rasanya tidak sabar melahap mie kenyal itu.

"Pesanan Anda Nona."

"Ha'i. Arigatou nee-san,"ujar Hinata dengan semangat. Menarik lebih dekat mangkuk ramennya. Liur Hinata sudah berkumpul, terlihat sekali jika ramen ini sangat enak. Bau khas rempah dan juga warna merah kental yang pasti bisa memuaskan rasa lapar diperutnya.

Look at MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang