16

2.2K 333 324
                                    

Naruto©Masashi Kishimoto
.
.
.
Selamat Membaca...

Shion pulang ke Mansion Namikaze, rasa lelah seakan menguasai dirinya. Wanita itu dengan pelan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tetapi harus terhenti saat Ibu mertuanya memanggil namanya.

"Ada apa, Bu?" Wanita itu memutar malas tubuhnya kearah sang Ibu mertua.

"Kau baru pulang?" Shion mengeryit heran dengan pertanyaan dari Ibu mertuanya itu. Tidak biasanya seorang Namikaze Khusina menanyainya seperti ini.

"Ya...baru saja." Jawab Shion pada akhirnya, meski dalam benaknya masih bertanya-tanya apa tujuan sang Ibu mertua.

"Menjelang pagi seperti ini? Bagaimana bisa kau memiliki anak dengan putraku, kami membutuhkan penerus Shion." Ujar Khusina dengan datar. Sudah Shion duga jika, Ibu dari suaminya ini pasti memiliki sesuatu yang ingin disampaikan. Dan itu adalah hal tidak penting untuk Shion. Naruto yang suaminya saja tidak keberatan, lalu apa masalahnya?

Dengan tenang Shion menjawab, "aku dan Naruto-kun sudah membicarakan hal ini, Bu. Dan Naruto-kun tidak keberatan jika, kami menundanya."

"Aku yang menuntut cucu darimu. Kau istri putraku, aku ingin cucu laki-laki dari kalian." Khusina berujar tegas, wanita baya itu membalik badannya hendak pergi meninggalkan Shion. " Shion, aku berharap bukan mendapatkan cucu laki-laki dari wanita Hyuga itu. Bagaimana pun, dia juga isteri putraku. Tidak menutup kemungkinan mereka melakukan hubungan intim dan menghasilkan keturunan. Maka, kau akan terancam." Khusina memperingatkan hal itu pada Shion tanpa membalik badannya. Tapi, Shion hanya terkekeh ringan, mana mungkin suaminya mau menyentuh wanita dekil seperti Hinata.

Khusina yang melihat respon Shion hanya tersenyum devil. Rasanya ia akan mendapatkan cucu dari wanita Hyuga itu. Dirinya beberapa hari ini, memergoki putranya setiap malam menuju paviliun sang Hyuga. Harapan Khusina hanya satu, semoga saja putranya itu bisa memilih. Sebenarnya Khusina tidak menyukai Hinata karena latar belakang, tetapi saat sering memperhatikan Hinata dari jauh serta mengawasi tingkahnya, Khusina jadi tahu, wanita macam apa menantu pertama dari putra bungsunya itu. Setidaknya, Hinata menuruti apa yang diperintahkan oleh Khusina yaitu tidak memasuki area Mansion Namikaze. Itu sudah mencerminkan bagaimana patuhnya Hinata.
.
.
.

"Tuan..." Hinata membangunkan Naruto yang terlelap disampingnya.

"Hm." Dengan masih terpejam Naruto menyahuti Hinata.

"Tidak kembali ke kamarmu? Ini sudah hampir pagi, nona Shion pasti sudah pulang." Kelopak tan itu terbuka, menampakkan safir biru yang lelah. "Kau mengusirku?"

"Iya... Sudah sana kembali ke kamar, Tuan. Bisa heboh jika Nona Shion tidak mendapatimu di ranjang."

"Jujur sekali." Naruto malah melingkarkan lengannya pada tubuh Hinata. Wanita dipelukkan Naruto ini membeku. Mengapa rasanya sangat hangat dan nyaman didalam pelukan suaminya. Manik bulannya menatap pada wajah tampan yang kembali terlelap itu.

"Tuan...bagaimana kalau aku jatuh cinta padamu?" Tanya Hinata yang hanya mendapat respon hening dari sang suami, dikarenakan pria itu sudah kembali terlelap dalam tidurnya. Kepala cantik itu menoleh pada jam dinding ditembok sampingnya. Jam menunjukkan pukul satu dinihari. Wanita itu tersenyum aneh sendirian, mengingat durasi mereka yang ternyata sangat lama saat bercinta tadi. Tiga jam... Hinata hanya terkikik mengingat itu, bagaimana ia bisa dengan berani meminta berbagai macam gaya bercinta pada suaminya. Dan satu hal yang baru Hinata tau, ternyata Naruto tidaklah sehebat itu dalam bercinta. Wanita itu terkekeh sedikit keras, membuat tubuhnya bergetar pelan.

Look at MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora