19. Alergi

5.8K 409 15
                                    

Sesuai perkataan Zein hari ini dia lagi mengadakan sebuah pesta kecil-kecilan untuk merayakan pernikahannya dengan Winda dan sesuai janji juga Zein akan menyuguhkan makanan yang Leon suka apalagi kalau bukan rendang. Sekarang Leon dengan santainya menyantap rendang yang ada di piringnya dengan sesekali menatap tak suka Zein dan Winda yang tengah bersalaman dengan para tamu.

Leon lebih memilih makan daripada harus menemani mereka menyambut tamu, lihatlah sekarang Leon dengan tidak sukanya melihat para teman-teman Zein yang sedang memuji-muji Radit dan Bryan. Sedangkan dirinya? Bahkan dirinya tidak pernah sedikit pun ditegur sama teman-teman Zein. Dasar lucnut!

"Hey bro, kenapa nih manyun aja kerjaannya?" sapa Devan seraya menepuk bahu Leon, Leon yang sedang asyik-asyiknya makan langsung terganggu.

"Jangan ganggu gue dulu deh Dev, mood gue lagi buruk nih!"

"Kayak cewek aja, lo!" ejek Devan.

"Biarin, sana! Sana! Pergi dari hadapan gue, gue mau makan juga. Ganggu aja." Leon mengomel sambil sesekali memakan makanannya.

"Btw, makan apaan, lo? Biasanya lo makan rendang, kok malah beda sekarang." Devan melihat makanan Leon dengan penasaran karena bentuk makanannya beda.

"Gue udah makan rendang lima piring, sekarang gue mau coba makanan yang di pesan Bryan."

Memang benar Leon sudah memakan rendang lima piring, nggak sampai lima piring sih. Itu hanya akal-akalnya Leon doang, masak sih dia bisa makan lima piring, bukan manusia lagi namanya kalau ia bisa. Ngomong-ngomong makanan yang dipesen Bryan, Bryan memang memesan makanannya sendiri karena tidak suka makanan yang Zein pesan, dan dengan lucnut nya Leon memakannya kan itu bukan miliknya. Belum dapat karma dia tuh,belum izin lagi sama pemiliknya.

"Bagilah dikit." Devan mendekati Leon untuk mencicipi makanan yang ada di tangan Leon tapi dengan cepat Leon menjauhkan tangan Devan.

"Enak aja, gue yang nemu ini." Leon dengan mentah-mentah menolak untuk berbagi dengan Devan, karena baru kali ini Leon merasakan makanan seenak ini.

"Lah itukan punya Bryan, jadi bukan milik lo dong!" ujar Devan tak terima.

"Bryan siapa sekarang?"

"Abang lo."

"Nah kan tau tuh, jadi makanannya makanan gue juga, kalau lo mau makanan ini suruh aja bokap nyokap lo cerai terus suruh bokap lo nikahin tu emaknya si Bryan ama Radit."

Devan pemuda itu langsung menoyor kening Leon. "Sekate-sekate lo kalau ngomong!"

Tatapan Leon langsung berubah jadi tajam "Udah sana pergi!"

"Teman lucnut lo! Awas aja kalau gue udah nemu makanan yang terlezat disini, gue nggak akan bagi-bagi sama lo." ancam Devan lalu pergi begitu saja, percuma juga diundang kesini tapi nggak makan.

"Cari aja sampe dapat!"

----------

Setelah melewati satu hari perayaan pernikahan Zein dan Winda, sedari Leon merasakan sesuatu yang tidak enak di badannya, dengan tenaga yang begitu lemah, Leon berjalan menuju kamarnya. Tubuhnya langsung ia hempaskan ke kasur king size nya tanpa mengganti pakaiannya yang ia pakai saat di pesta tadi.

"Eh, kok gatal-gatal sih," kesal Leon sembari menggaruk-garuk seluruh badannya, bahkan sekarang tubuhnya sudah dipenuhi ruam-ruam.

"Sesek lagi nih dada gue, gue kenapa ya?" tanya Leon pada dirinya sendiri, karena ia bingung. Apakah dia salah makan? Tapi nggak mungkin.

Cklek!

"Dek makan dulu yuk." Leon mengenali suara itu, itu suara Radit tapi mengingat dirinya begitu lemah, jadi dia tidak bisa bangun.

"Dek, loh kok belum mandi sih? Ini juga kok masih betah aja pake pakaian tadi?"

"Shhh! Sa-sakit." Erang Leon karena tidak tahan lagi.

Mendengar itu Radit langsung kalut, dengan segera ia naik ke kasur king size nya Leon membantu pemuda itu bersandar, dahi Radit mengerut kala melihat wajah Leon yang sudah penuh ruam kemerahan, ditambah dengan wajah pucat nya.

"Dek, kamu kenapa?"

"Pah! Mah! Bryan! Devan!" Radit dengan keras memanggil semua orang yang berada dirumah termasuk Devan, karena Devan katanya mau menginap.

"Pah! Mah! Sialan kalian! Hey orang di rumah ada nggak sih?!" teriak Radit sekali saat melihat wajah Leon yang sudah memucat.

Brak!

"Ada apa sih Radit kok ter— Leon!" Zein yang baru saja datang diiringi Winda dan yang lainnya langsung bergegas menghampiri Leon.

"Nak, kamu kenapa, Nak? Hey Leon." Zein menepuk pelan kedua pipi Leon, meskipun sulit Leon masih bisa membuka kedua matanya.

"Se-sesak Pa-Oah, shhh sa-sakit," Leon memegang erat dadanya yang memang terasa sesak seperti dihimpit oleh batu besar.

"Kita ke rumah sakit ya?"

Mata Leon langsung membulat dengan cepat ia menggeleng tidak setuju, "Nggak mau."

"Tapi Leon, ka—" ucapan Zein langsung terpotong.

"Pah sa-sakit! A-aku ... nggak bi-bisa nafas, hah ... hah!" lemah Leon lagi. Dadanya benar-benar terasa sesak sekarang, apalagi tubuhnya terasa gatal dan perih, jujur Leon sangat tidak suka situasi seperti ini.

"Kamu tenang Leon, bernafas pelan-pelan aja," ujar Radit sembari melepaskan jas yang Leon pakai, dia melonggarkan kancing kemeja dalam yang Leon pakai guna membuat Leon bisa bernafas lega.

"Kok bisa gini, sih?"

"Devan kamu tahu nggak, Leon kenapa bisa gini?" tanya Zein pada Devan, dirinya begitu panik melihat kondisi Leon seperti sekarang.

Devan langsung menggeleng. "Nggak tahu Om, tapi tadi Leon makan banyak rendang sama katanya makanan pesenan Bryan,"

"Bryan, emang makanan kamu tadi apa?"

"Sea food Pah," jawabnya santai.

"Gawat! Leon nggak bisa makan makanan yang mengandung seafood, dia punya alergi."

Semua orang terkejut dengan penuturan Zein barusan, kenapa mereka harus tahu sekarang. Dan Bryan, dirinya sangat menyesal telah memesan makanan yang mengandung seafood kalau tahu Leon punya alergi. Tapi jangan salahkan Bryan sepenuhnya karena dirinya hanya memesan untuk dirinya sendiri tapi malah Leon yang memakannya.

bandel sih----------Maaf kalau pendek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

bandel sih
----------
Maaf kalau pendek.

L E O N ZAKA DIJAYA (PROSES REVISI) Where stories live. Discover now