44. Sebuah Tragedi

6.3K 505 45
                                    

-Flashback On-

Delisa, wanita cantik itu terlihat sedang menyusun berkas-berkas untuk meeting yang akan mereka lakukan siang ini. Sekilas ia melirik bingkai foto yang sudah berdiri apik dimeja nya. Bibir tipis nya langsung tertarik ketika ia mengingat suaminya Danu Adiandra.

"Maaf Buk, diluar ada Nyonya Rina ingin bertemu anda, dia seperti nya begitu marah sekali," ucap sekertaris Delisa yang baru saja masuk kedalam ruangannya.

"Biarkan dia masuk,"

"Baik Buk."

Delisa terdiam sebentar, ada keperluan apa Nyonya Rina ke kantornya. Bukankah kantor Delisa hanya bekerja sama dengan Pak Bima suami Nyonya Rina, lalu kenapa Rina datang kemari?

Brakkk!!

Rina memukul meja begitu kuat didepan Delisa, ia menunjukkan raut marah nya pada wanita berumur 25 tahun yang ada dihadapannya ini.

"Heh wanita sialan! Kau apakan suami saya!" teriak Rina seraya menunjuk wajah Delisa.

"Maaf Buk, apa yang Ibu katakan? Saya tidak mengerti."

"Alah nggak usah ngeles! Sudah seenaknya menggoda, malah nggak mau ngaku!"

"Ibuk, saya dan Pak Bima tidak punya hubungan apa-apa, kami hanya melakukan kerja sama antar kantor dan nggak ada yang lain," tekan Delisa secara rinci, kalau bukan ia begitu menghormati wanita yang lebih tua, sudah diyakini kalau Delisa akan memaki-maki Rina.

"Udah saya nggak mau dengerin omongan kamu, pelakor mana mau ngaku!"

"Ya Allah Buk, saya berani bersumpah. Saya nggak punya hubungan apa-apa sama suami Ibu." Delisa berusaha menjelaskan tapi nihil Rina masih tak percaya.

"Lagian saya sudah punya suami, mana mungkin saya merebut suami Ibu,"

"Saya tidak percaya, saya punya buktinya. Kalian jalan berdua, liat saja saya akan membuat kantor kecil milik mu ini hancur dan saya juga akan menyebarkan bahwa kamu itu seorang pelakor!"

-Flashback Of-

"Hahahaa, kamu liatkan, setelah Tujuh tahun saya mencari kamu, akhirnya saya bisa membalaskan dendam saya." Danu dan beberapa anak buah nya kini sudah berada di  sebuah gedung dengan ketinggian 50 meter. Apa lagi yang akan dilakukan pria itu kalau bukan menjatuhkan wanita licik itu.

"Kau mau tahu wanita sialan, karena kau istriku mati! Dia bunuh diri karena tidak tahan dengan fitnah yang kau buat dengan seenaknya!" jelas Danu sambil menyeringai.

"Fitnah? Hey ... istrimu itu memang pelakor. Lalu buat apa kau rela-rela membela nya dan berbuat seperti ini," tanya Rina dengan sedikit takut.

"Masih mau ngeles kau wanita sialan!" Danu dengan beringas menarik Rina mendekat ke pinggir gedung, entah apa yang akan dilakukan nya. Mungkin saja dia akan menjatuhkan wanita itu supaya wanita itu jera.

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Kau sudah gila!" marah Rina sambil berusaha memberontak, ia mengedarkan pandangannya ke bawah gedung. Raut wajahnya langsung ketakutan kala melihat ketinggian gedung itu.

Danu menyeringai seram. "Ucapkan selamat tinggal pada dunia wanita sialan!" dengan sekali hentakan Danu mendorong tubuh Rina.

"NENEK!"

Brukk!!

---------

Seluruh bodyguard Zein sudah terkapar tak berdaya akibat ulah Brata. Pria itu sudah terlihat seperti banteng ngamuk, apalagi dengan seenak jidatnya merusuh ditempat orang.

"Apa-apaan kau, ini?!" Zein yang baru saja datang langsung marah.

"Kembalikan Leon, padaku!" teriak Brata frustasi.

Zein hanya melongo, apa yang Brata bilang tadi? Kembalikan Leon padanya? Zein tersenyum kecut.

"Oh, jadi selama ini dia sama kamu?"

"Iya dan sekarang kembalikan dia padaku, karena kau tidak berhak lagi memiliki nya." Brata menarik keras baju Zein, dalam hati Brata sekarang ia harus benar-benar mendapatkan anak itu, Leon yang nantinya akan segera menjadi anak nya calon penerusnya.

"Enak saja! Dia anakku. Dan satu lagi dia tidak ada disini, aku sudah mencarinya tapi karena kau aku sampai saat ini tidak pernah bertemu dengannya!" Zein melepas secara kasar cekalan Brata, mendorong pria itu kuat hingga terjengkang kebelakang.

"Pah, Om. Nggak ada gunanya kita debat. Sekarang kita cari Leon." ucapan Bryan diangguki oleh Radit, mereka benar untuk apa dua pria yang sama-sama berotot itu saling berkelahi lebih baik mencari Leon yang entah kemana dari pada buang-buang waktu.

"Kau lihat saja, kalau terjadi apa-apa sama Anak ku, aku tidak akan segan-segan melenyapkan kalian semua!" ancam Brata.

Zein geram dan tak terima jika Brata menyebut Leon adalah anaknya. "Sialan! Sudah aku bilang bahwa Leon adalah putraku, kenapa kau tetap keras kepala!"

"Liat berkas ini, Leon adalah anakku sejak kau mengusirnya." Brata mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya lalu melempar nya kemuka Zein.

"Mana mungkin!" Zein termangu dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan.

"Apa yang tidak bisa aku lakukan, demi mendapatkan anak itu akupun rela melakukan hal apapun termasuk menyogok pengadilan untuk memindahkan hak asuh anakmu!"

"Sialan bangsat!"

Bughh!!

Brata terhuyung kebelakang saat Zein dengan brutal memukul pipi nya.

"MAS, LEON DI RUMAH SAKIT MAS! BARUSAN MAMA TELEPON!" teriak Winda histeris

L E O N ZAKA DIJAYA (PROSES REVISI) Where stories live. Discover now