Empat Belas

145 33 24
                                    

Zakia’s pov
18:00 WIB

Motor yang dikendarai Hawai terhenti tepat di depan rumah. Setelah bersenang-senang di Mall kami memutuskan pulang. “Terimakasih sudah mengantarku pulang Wai, maaf merepotkanmu dengan ini.” Aku menangkat satu kantung plastik besar berisi 3 pizza dengan ukuran besar. Sejujurnya aku merasa tidak enak dengannya, dia sudah mengeluarkan banyak uang untukku.

“Tidak masalah. Kau tahu uang bukan masalah untukku.” Aku menatap wajah songongnya dengan wajah datarku.

“Untuk membalas kebaikanmu hari ini, bagaimana jika kau ikut makan malam bersama kami?”

“Boleh?”

Aku mengangguk, “Tentu saja boleh. Hari ini Kyky dan Mirza sudah di rumah.” Aku melangkah masuk ke dalam rumah dan Hawai mengekoriku.

“Eh tapi dimana semua orang ya? Biasanya suara dua bocah itu memenuhi rumah hingga tetangga sebelah kanan kami protes.” Kami melewati ruang tamu yang sangat sepi menuju ruang keluarga.

Aku tertawa mengingat Pak Basir, tetangga sebelah kanan yang datang malam-malam protes karena Kyky dan Mirza ditambah Salman berteriak.

“Kalian sudah pulang?” aku tersenyum dan menyalami Mama dan Papa yang berada di ruang keluarga sedang menonton TV. Hawai tersenyum dan menyalami kedua orangtuaku membuat mereka tersenyum senang.

“Sudah, Ma. Eh, Hawai membeli ini untuk kita.” Aku menyerahkan kantung plastik ke arah Mama.

“Tidak perlu repot-repot, Nak Hawai. Terimakasih ya, tapi lain kali jangan membawa makanan seperti ini.” keningku mengkerut saat melihat Hawai hanya mengangguk.

Hey, kemana wajah songong itu?

Papa menepuk bahu Hawai, “Kau sudah makan malam, Nak? Ayo ikut makan malam bersama kami.” Sekali lagi, Hawai hanya tersenyum dan mengangguk.

“Yaya, panggil Kyky dan Mirza di kamar Mirza.”

“Ya Ma.” Aku berbalik dan berjalan menuju tangga.

Senyumku mengembang saat kembali mengingat setiap kejadian yang ku alami seharian ini bersama Hawai. Ku akui, aku sangat bahagia saat bersamanya. Rasanya ingin sekali aku berteriak mengekspresikan kebahagiaanku ini.

Apa seperti ini ya rasanya jatuh cinta?

“Duh, senang sekali yang baru pulang berkencan.” Langkahku terhenti saat melihat dua manusia berusia 12 dan 10 tahun ini. Senyuman dan wajah tengil mereka membuat senyumanku luntur seketika.

“Ayo turun, Mirza dan kita periksa siapa sih laki-laki yang disukai kepala suku kita.” Kyky berjalan ke arah tangga dan mengerdipkan sebelah matanya saat melewatiku.

Mirza memejamkan matanya dan menghirup oksigen banyak-banyak, “Hmm, aku mencium aroma daging dan bumbu pizza.” Mereka berdua menuruni tangga dengan semangat yang membara. Aku yakin mereka akan menghabiskan tiga porsi besar pizza dan itu sangat memalukan untukku.

Mirza memang memiliki indra penciuman yang tajam, terutama yang menyangkut tentang makanan.  Jadi sebenarnya perintah Mama untuk memanggil dua makhluk itu sia-sia saja. Dengan penciuman tajam Mirza, mereka bisa tahu kapan makanan sudah siap.

Aku melemparkan tas ku ke dalam kamarku dan bergegas turun menuju meja makan. “Wah, benarkah? Keren sekali!!!” suara antusias Kyky yang ku dengar begitu duduk di sebelah Mama.

“Kau menyukai game seperti ini juga?”

“Iya. Setiap hari aku pergi ke Gamefun hanya untuk bermain basket arcade. Lebih menantang daripada basket di lapangan.”  Mirza ikut buka suara, padahal makanan di mulutnya masih penuh. Mereka bertiga asyik mengobrol dengan pembahasan yang tidak ku mengerti sama sekali.

DispenserWhere stories live. Discover now