Tujuh Belas

135 30 15
                                    

Temen-temen,  Dispenser akan tamat di chapter 25.

ⓓⓘⓢⓟⓔⓝⓢⓔ®

Hawai’s pov

“Pak Indra?!” Aku yang sedang mengandeng Fita keluar dari kamar dan melangkah menuju ruang tamu terhenti. Salsa tersenyum lebar dan berlari naik ke atas, ia langsung menyalami Kakek dan Nenek bergantian.

“Pak Indra apa kabar? Akhirnya kita bertemu lagi, saya masih penasaran dengan lanjutan dari cerita itu. Ah, Pak Indra pasti tidak mengingatnya ya? Tidak masalah, saya akan ingatkan.” Kekehan terdengar dari Kakek dan Nenek.

“Ini Zakia, kan? Putrinya Fahri.”

“Iya, saya Zakia. Alhamdulillah Bapak masih mengingat saya. Eh kenapa jadi mengobrol di tangga, mari Pak, Bu.” Salsa membantu memapah Nenek.

“Mas Wai bawa es krimnya kan?”

“Ya, Mas bawa. Satu untuk Fita dan satu untuk Tara.”

“Tapi Mas Tara tidak mau makan es krim, Mas Tara maunya main game. Lihat Mas Tara langsung duduk dan lanjut main.” Aku tersenyum menatap Tara yang sudah duduk manis di ruang tamu, kedua tangannya memegang gamebot yang ku berikan padanya tadi.

“Es krimnya untuk Fita saja ya Mas?” Lihatlah,  betapa menggemaskannya bocah berusia 5 tahun ini.

“Hmm, tidak. Fita tidak boleh makan es krim terlalu banyak. Nanti dimarahi Bunda.” Fita mengerucutkan bibirnya, sangat menggemaskan.

“Ayo makan es krimnya.” Aku dan Fita berjalan menuju ruang tamu. Sebelum duduk di sebelah Tara, aku memeluk Kakek dan Nenekku lebih dulu.

“Akhirnya kamu datang juga. Kakek sangat merindukanmu.”

“Hawai juga, Kek. Seharusnya Kakek telepon saja, kapanpun Kakek minta Hawai datang pasti datang. Oh ya, Wai membawa flack forest untuk Kakek. Oma bilang kakek hanya akan-” perkataanku terhenti saat melihat perubahan ekspresi Nenek.

Kenapa kebodohanku datang disaat yang tidak tepat?

“Hawai potong kuenya dulu.” aku segera membawa kue ke dapur untuk memotongnya dan meletakkannya di piring-piring kecil.

“Perlu bantuan?”

“Iya, Tante. Minumnya.”

“Oke.” Tante Fira mengambil beberapa gelas dan mengisinya dengan jus apel.

“Tante hanya punya jus apel. Sekarang Kakek dan Nenek tidak bisa makan-makanan lain selain makanan organik.”

“Tidak masalah, Tante.” Tante Fira tersenyum.

“Maaf, tadi aku keterlaluan. Sekarang pasti suasana hati Nenek tidak baik.”

“Bukan begitu, Nenek baik-baik saja Wai. Lihatlah, ia sudah bercanda dengan Zakia. Ah, bisa-bisanya Tante lupa padanya. Sudah lama sekali tidak bertemu, Tante tidak tahu kalian satu sekolah. Dan ternyata kalian pacaran.” Aku tersenyum melihat Zakia yang sedang bercerita dan didengarkan Nenek, Kakek, juga Fita yang bergelayut manja di lengan Kakek.

“Bagaimana kalian saling mengenal?”

“Dulu Zakia sering datang kemari dengan Papanya. Ada perlu masalah kampus.” Aku mengangguk saja. “Dia memang anak yang baik dan ceria, dia mudah akrab dengan siapa saja. Cocok sekali untukmu.” Aku menatap Tante Fira yang tersenyum lebar.

DispenserWhere stories live. Discover now