Chapter 3

1.6K 159 1
                                    

Pagi harinya, mereka semua sudah siap, dan katanya akan dijemput oleh kementrian menuju ke King's Cross. Saat tiba, mereka dengan segera pergi ke peron 9¾.

Ada sedikit perpisahan yang menyebabkan mereka kehabisan kompartemen, satu-satunya yang mereka temui yaitu kompartemen dengan seorang pria asing di dalamnya.

Kompartemen ini hanya berisi satu orang laki-iaki yang tidur nyenyak di sisi jendela, Harry, Ron, dan Hermione ragu-ragu di ambang pintu.

"ayo, semuanya sudah penuh." ajak Anvayz meyakinkan sahabatnya.

"Menurutmu siapa dia?" desis Ron, ketika mereka duduk dan menutup kembali pintu.

"Professor R.J. Lupin," bisik Hermione segera.

"Dari mana kau tahu?"

"Ada di kopernya." jawab Hermione, menunjuk rak barang di atas kepala si laki-laki.

"Ngajar apa, ya?" tanya Ron, mengernyit memandang profil Professor Lupin yang pucat.

"Jelas, kan." bisik Hermione. "Cuma ada satu lowongan, Pertahanan terhadap Ilmu Hitam."

*#*#*#

Harry menjelaskan tentang pertengkaran Mr dan Mrs Weasley dan peringatan yang baru saja diberikan Mr Weasley kepadanya. Setelah Harry selesai bercerita, Ron termangu-mangu, Hermione menekap mulut dengan kedua tangannya, sedangkan Anvayz sudah masuk ke alam mimpi dengan damai -pelor, nempel dikit molor.

Akhirnya Hermione menurunkan tangannya untuk berkata, "Sirius Black kabur dari penjara untuk
menangkapmu? Oh, Harry... kau harus sangat, sangat hati-hati. Jangan cari masalah, Harry."

"Aku tak pernah cari masalah," kata Harry sakit hati. "Masalah-lah yang biasanya menemukan aku."

"Memangnya Harry begitu tolol, mencari orang gila yang mau membunuhnya?" kata Ron gemetar.

Mereka menerima berita ini dengan lebih terpukul daripada dugaan Harry. Baik Ron maupun Hermione kelihatannya jauh lebih takut pada Black dibanding Harry sendiri.

"Tak ada yang tahu bagaimana dia bisa lolos dari Azkaban," kata Ron gelisah. "Tak ada yang pernah kabur sebelumnya. Dan dia juga napi kelas top."

"Tapi mereka akan bisa menangkapnya, kan?" kata Hermione penasaran. "Maksudku, mereka juga meminta semua Muggle ikut mencarinya—"

"Bunyi apa itu?" kata Ron tiba-tiba. Terdengar suitan samar entah dari mana. Mereka mencari-cari di seluruh kompartemen.

"Datangnya dari dalam kopermu, Harry," kata Ron, berdiri dan menjulurkan tangan ke atas rak barang.

Sesaat kemudian dia telah menarik Teropong-Curiga saku di antara jubah-jubah Harry. Teropong-Curiga itu berputar sangat cepat di atas telapak tangan Ron, dan berpendar-pendar terang.

"Apakah itu Teropong-Curiga?" tanya Hermione ingin tahu, berdiri agar bisa melihat lebih jelas.

"Yeah... tapi, ini yang murah sekali," kata Ron. "Dia langsung berbunyi waktu aku mengikatkannya ke kaki Errol untuk dikirimkan pada Harry. Mungkin rusak."

"Apa waktu itu kau melakukan sesuatu yang mencurigakan?" tanya Hermione galak.

"Tidak! Yah... aku sebetulnya tidak boleh menggunakan Errol. Kau tahu, kan, dia tidak kuat lagi menempuh perjalanan panjang... tapi bagaimana lagi aku bisa mengirimkan hadiah Harry kepadanya?"

"Masukkan lagi ke koper," Hermione menyarankan, ketika si Teropong-Curiga bersuit melengking. "Kalau tidak nanti mereka bangun."

Harry mengangguk ke arah Professor Lupin, lalu beralih ke Anvayz yang tengah bersandar di bahu Harry. "kalau Anvayz aku meragukannya bisa bangun hanya karena suara Teropong-Curiga, kalian pun tahu itu"

Ron menjejalkan Teropong-Curiga itu ke dalam sepasang kaus kaki jelek dan usang bekas Paman Vernon untuk meredam bunyinya, lalu menutup koper. "Kita bisa memeriksanya di Hogsmeade," kata Ron, seraya duduk lagi. "Toko Dervish and Banges menjual barangbarang seperti itu, peralatan-peralatan dan barang-barang gaib. Fred yang cerita padaku."

"Apakah kau tahu banyak tentang Hogsmeade?" tanya Hermione penuh minat. "Menurut yang kubaca itu satu-satunya permukiman non-Muggle di seluruh Inggris..."

"Iya sih, kelihatannya begitu," kata Ron. "Tetapi bukan itu yang membuatku ingin ke sana. Aku cuma ingin ke Honeydukes!"

"Apa itu?" tanya Hermione.

"Toko permen," jawab Ron, menerawang. Bla bla bla, Ron dan Hermione meributkan tentang Hogsmeade.

Hermione berpaling pada Harry. "Asyik ya, kita boleh keluar dari sekolah dan jalan-jalan di Hogsmeade."

"Mestinya," kata Harry muram. "Kau harus cerita padaku kalau sudah
ke sana nanti."

"Apa maksudmu?" kata Ron.

"Aku tak bisa pergi. Paman dan bibiku tidak menandatangani formulir perizinanku dan Fudge juga tak mau."

Ron tampak ngeri. "Kau tak boleh pergi? Tapi—no way—McGonagall atau entah siapa akan memberimu
izin..." Harry tertawa hampa. Profesor McGonagall, kepala asrama Gryffindor, orangnya sangat disiplin. "...atau kita bisa tanya Fred dan George, mereka tahu semua lorong rahasia di kastil..."

"Ron!" kata Hermione tajam. "Kurasa Harry tak boleh sembunyi-sembunyi meninggalkan kastil selama Black masih berkeliaran..."

"tak apa Rry, aku akan menemanimu di kastil. Aku sudah ke Hogsmeade beberapa kali bersama Dad, tidak ada yang menarik disana." sahut Anvayz yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.

"oh kau sudah bangun, tetapi kamu tidak sedang berbohong kan?" tanya Harry terdengar harapan kecil.

"tidak Rry, yah walaupun aku sudah mendapat izin Dad. Tetapi aku akan kesana jika kau kesana saja" jawab Anvayz seraya menguap.

"yah setidaknya kamu tidak akan sendirian Harry, kami akan membawa oleh-oleh yang banyak untukmu." Hermione memberi jeda, "dan juga untukmu Vay" lanjut Hermione mengalihkan pandangannya ke Anvayz.

"terimakasih Mione, kau tak perlu repot-repot" Anvayz tersenyum, tidak ingin merepotkan sahabatnya.

"tentu saja tidak repot Vay, jangan khawatir" Ron ikut menanggapi.

.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.

Vote dan komen jika menarik! <3

- §ΔΦ

Love but PrestigeOnde histórias criam vida. Descubra agora