이십사

1.6K 207 7
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[301220]

Present...
.
.
.
.
.

🐥🐰
.
.
.
.
.

Rabu.

Sejak kepergian Jungkook beberapa malam lalu, Jimin jadi lebih banyak diam. Pemuda mungil itu lebih suka menghabiskan sepanjang harinya merenung. Dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya duduk di sofa yang letaknya menyatu dengan balkon kamarnya. Duduk disana sejak matahari terbit hingga tenggelam. Kelukannya seperti orang kurang kerjaan, hanya menatap langit dengan pandangan kosong sesekali menatap jalanan di depan rumahnya berharap Jungkook muncul darisana.

Jimin jadi membenci pagi karena kesendiriannya dimulai setiap hari. Hari yang panjang tapi tak berguna terulang setiap pagi. Dia merasa menajdi orang yang tidak diharapkan. Orang yang terbuang.

Pemuda mungil itu tidak tahu pasti mengapa dia bersikap seperti orang patah hati begini. Dia bisa mengerti saat sakit menderanya seiring Kim Taehyung meninggalkannya pada masa lalu. Tapi kali ini dia sama sekali tidak mengerti. Jungkook bukan siapa-siapa baginya, lalu mengapa dia tenggelam dalam kekosongan yang dalam saat lelaki kelinci itu meninggalkannya? Bukankah seharusnya dia bisa bersikap biasa saja?

Jimin mendekap kedua kakinya lalu menempelkan dagunya diatas lutut. Ada lubang besar menganga di dadanya dan dia tidak tahu mengapa lubang itu harus ada.

🐥

Kamis.

Jimin menyeka air mata dengan punggung tangannya. Dia benar-benar tak paham mengapa air mata itu harus memaksa keluar dari matanya. Untuk apa? Untuk siapa?

Dia tidak ingin menangis hari ini. Tidak malam ini.

🐥

Jum'at.

Jimin membenturkan kepalanya pelan ke permukaan tembok kamarnya. Dia merasa amat bodoh dan konyol. Kenapa dia harus bersikap seperti mayat hidup begini?

Pemuda mungil itu memutar tubuhnya lalu bersandar di dinding. Dipeluknya tubuhnya erat seolah jika tak dipegangi seperti itu tubuhnya akan jatuh dan hancur berkeping-keping. Sekarang ototnya sudah mati rasa. Rasanya dia sudah tidak bisa menggerakkan tangannya sekedar untuk menyeka air mata yang membasahi pipinya.

Punggung Jimin merosot. Kini dia terduduk lunglai di sudut kamarnya. Dia membiarkan dirinya terisak menangis entah untuk alasan apa. Sejak kemarin dia melarang tubuhnya menyerah tidak mengizinkan air matanhya tumpah. Tapi hari ini dia sudah terlalu lelah. Mungkin dengan menangis dia bisa menemukan dirinya kembali. Mungkin jika dia membiarkan seluruh air matanya jatuh semua akan menjadi lebih baik. Dengan demikian besok dia tidak perlu menangis lagi. Cukup hari ini saja menangisnya.

🐥

Sabtu.

Hujan turun. Sejak sore langit memang sudah mendung. Kilat berkejaran di langit disusul oleh petir yang menggetarkan seisi kamar Jimin. Dia tidak peduli lagi pada hujan, petir, atau apapun itu. Dia lupa akan ketakutannya pada suara langit yang menggelegar itu. Ada satu hal yang lebih dia takuti dari apapun di dunia. Dia takut Jungkook benar-benar tidak akan kembali lagi.

Jimin menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya. Wajahnya memandang ke arah jendela, memperhatikan hujan yang turun dengan deras. Lampu kamarnya sudah dimatikan dan diantara berisiknya petir dan desah nafasnya yang tak beraturan, Jimin tahu dia sangat merindukan Jungkook.

Because It's You [KM] ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant