Part 16 | Broken Heart

302 86 2
                                    

Semakin kesini semakin dibuat tegang, greget, pengen ngacak-ngacak rambut orang rasanya, haha. Canda deh :):)

Jangan kebawa baper, ini cuma cerita. Baper itu nggak enak, yang itu cuma ngeliat senyuman kamu sambil ngopi..

 Baper itu nggak enak, yang itu cuma ngeliat senyuman kamu sambil ngopi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

(Misi.. Abang ganteng mau lewat dulu)

 Abang ganteng mau lewat dulu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

"Bang JUNAAA!!"

Teriakkan itu membuat Freya dan Erlan kaget, mereka melirik ke arah gerbang dan melihat seseorang sedang berdiri sambil merangkul tas dibahunya. Matanya menyoroti Juna dengan serius, ia juga mengepalkan tangannya menahan amarah. Dia berjalan perlahan mendekati Freya dan Erlan.

"Apa Abang pantes disebut sebagai seorang, Kakak? Selama ini kita selalu menganggap kalau Abang yang paling bijaksana, karena Abang anak pertama, dan juga kepala keluarga dirumah ini. Tapi sekarang apa yang udah Abang lakuin sama Freya?!"

"Bang Pin.." Lirih Freya.

"Ravin, udah deh kamu itu nggak usah campur. Kamu nggak liat Adik kamu habis berduaan sama laki-laki dan pulang larut malam begini?" Kilah Juna.

Ravin baru saja pulang dari rumah sakit setelah berganti shift. Wajahnya terlihat kelelahan setelah tiga malam suntuk ia bekerja dan hanya tidur beberapa jam saja. Padatnya jadwal operasi pasien, membuat seluruh tubuh Ravin terasa lemas.

Sampai dirumah bukannya langsung beristirahat, ia malah mendapati situasi yang kacau seperti itu. Jelas ia pun tidak terima melihat Juna membentak Freya, bagaimana pun juga Freya adalah Adik perempuan satu-satunya. Ravin juga mengakui kalau Freya bersalah, tapi nggak seharusnya Juna berkata kasar padanya.

.

.

"Freya memang salah, tapi nggak seharusnya Abang bentak-bentak dia kayak gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Freya memang salah, tapi nggak seharusnya Abang bentak-bentak dia kayak gini. Bisa kan kita bicarakan masalah ini baik-baik?" Decit Ravin.

"Ravin, Adik kamu itu nggak bisa dibilangin baik-baik." Desis Juna, "Dan gara-gara laki-laki ini, nilai Ujian Freya di semester ini anjlok!"

Erlan kembali tersentak mendengar hal itu. Pasalnya dia juga nggak tahu tentang hal itu. Dan, kenapa Juna malah menyalahkan Erlan? Seolah-olah Erlan adalah alasan dibalik buruknya nilau UAS Freya.

"Tapi apa Abang langsung percaya gitu aja? Malah Ravin berfikir, pasti ada kekeliruan dibalik nilai UAS Freya." Sanggah Ravin.

Suasana malam yang dingin membuat seluruh tubuh Freya menggigil. Situasinya menjadi semakin rumit saat Ravin datang. Freya nggak bisa berkata-kata kalau sudah melihat mereka berdua saling adu mulut seperti ini.

JLAAARRRR!!!

Awan mendung lagi-lagi hadir mengitari langit malam bersamaan dengan gemuruh petir yang membuat gendang telinga hampir mau pecah. Semakin malam suasananya menjadi semakin mencekam, melihat ketegangan antara Juna dan Ravin seperti sedang menyaksikan film horor secara live.

"Cukup, cukup, cukup!! Iya, emang benar Freya salah, Freya udah ngecewain semua orang terutama Bang Jun. Tapi please, jangan bawa-bawa nama Erlan ke dalam masalah Freya, dia itu nggak tau apa-apa. Dan harusnya Abang sadar, kenapa Freya mau jalan sama Erlan, bahkan sampai larut malam? Freya ingin mencari ketenangan, Bang. Erlan udah kasih Freya kebahagiaan yang nggak pernah Freya dapetin dirumah ini!!" Gertak Freya diiringi derai air mata.

"Fey, kamu.." Lirih Juna.

.

.

Setelah mengungkap perasaannya, Freya berlari masuk ke dalam rumah menuju kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengungkap perasaannya, Freya berlari masuk ke dalam rumah menuju kamarnya. Freya membanting tubuhnya ke ranjang dan memeluk bantal. Hatinya sudah tercabik-cabik oleh perlakuan Juna yang membuat Freya kecewa. Kepedihan yang sudah lama ia pendam sendiri, akhirnya Freya utarakan semua yang ia rasakan selama ini.

Freya merasa kesepian dan sering termenung sendiri menjalani hari-hari yang terasa sunyi, ditengarahi kerinduan akan canda tawa keempat abangnya yang selalu ia dengar saat mereka berkumpul. Bertengkar memperebutkan mainan yang dibelikan Papa, atau makanan buatan Mama, yang nggak mungkin lagi bisa Freya rasain.

Freya nggak pernah minta dibeliin barang-barang yang mewah, yang bisa Juna, Ravin, Denish, bahkan Chandra berikan kapan pun buat Freya. Hanya satu hal yang Freya inginkan dari mereka, perhatian. Freya ingin bisa kembali menikmati moment saat mereka saling berbagi kasih sayang sebagai satu keluarga.

=================

Mau nangis dong jadinya :(:(

Kuat kuat ya Fey, cewek super strong :):)

Next nggak nih??

Sampai sini dulu yaa,, ditunggu kelanjutannya..

FREYA [Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang