Chapter 1-Perubahan

10K 1.1K 106
                                    


"You have slain an enemy!"

"Nyampah terus aja, Ju!" gerutu Yudha tanpa menoleh. Tatapannya fokus pada layar ponsel.

Juan terkekeh. "Sorry, gue khilaf."

"Bantu gue hancurin turet atas dong, Bang!" sahut Chandra.

"Bentar otw, mana gue habis."

Johnatan yang duduk di antara Juan dan Chandra hanya bisa menghela napas sabar. "Main game doang berasa nonton bola hebohnya."

"Lo wasitnya," goda Dominic membuat Johnatan tertawa.

Posisi Johnatan memang terlihat sangat tidak nyaman. Diapit oleh dua orang manusia super heboh bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Dominic merasa beruntung memilih duduk di kursi gazebo yang terpisah dengan Juan dan Chandra. Setidaknya ia bisa menikmati ketenangan meski hanya sebentar sebelum kelas berikutnya.

"Lo enggak ada kelas lagi, Chan?" tanya Johnatan.

"Enggak ada, Bang." jawab Chandra.

"Nikmatnya mahasiswa semester satu," seru Yudha. Nada iri terdengar jelas dari pita suaranya.

"Jangan sirik, Bang. Udah kelewat masanya. Sekarang Bang Yudha juga udah tua," celetuk Chandra membuat Johnatan, Juan, dan Dominic tertawa.

Di antara mereka berempat, Chandra memang yang paling muda. Saat Yudha, Dominic, Johnatan, dan Juan sudah menginjak semester lima tahun ini, Chandra justru baru saja resmi menjadi mahasiswa di kampus. Karakternya yang santai dan sedikit kurangajar malah membuat Chandra cepat akrab dengan para seniornya.

Termasuk Yudha. Padahal seharusnya Chandra segan pada Yudha karena dia adalah salah satu panitia inisiasi tahun ini. Yudha juga yang memperkenalkan Chandra pada teman-teman angkatannya karena merasa cocok dan satu frekuensi meski terkadang anak itu sering membuatnya darah tinggi.

Saat awal pertemuan, Yudha sempat berpikir Chandra akan segan dan malu-malu bertemu dengan circle pertemanannya. Tapi dugaan Yudha langsung sirna saat melihat Chandra datang bersama dengan teman-temannya yang lain. Untungnya teman-teman Chandra mudah berbaur. Alhasil circle pertemanan mereka semakin ramai. Yang semula hanya ada delapan orang, sekarang bertambah jadi empat belas orang.

"Chandra memang enggak ada matinya, ya?" Dominic melirik Theo yang duduk di sampingnya.

Kening Dominic berkerut dalam mengamati ekspresi kelam yang tercetak jelas di wajah Theo. Sejak tadi cowok itu memang lebih banyak diam dan tidak ikut bercanda bersama teman-temannya yang lain.

"Theo?"

Panggilan Dominic membuat Theo tersentak kaget. "Iya?"

"Kenapa lo?" Dominic menaikkan sebelah alis. "Lagi ada masalah?"

Theo menggeleng. "Enggak ada, gue cuma lagi mikirin sesuatu."

"Mikirin apa?" tanya Johnatan yang entah sejak kapan sudah berpindah ke meja gazebonya.

"Mikirin kuliah," Theo tersenyum masam. "Gue lagi di titik merasa sia-sia masuk jurusan hukum."

Mendengar ucapan Theo, Dominic dan Johnatan sontak bertukar pandang. Terkejut dengan ungkapan Theo. Jika mendengarnya dari orang yang terlihat malas-malasan kuliah, mungkin ucapan Theo akan lebih masuk akal. Masalahnya orang yang mengaku sia-sia masuk jurusan hukum adalah mahasiswa dengan nilai sempurna dan tertinggi di angkatannya.

StuckWhere stories live. Discover now