Chapter 3-Rapat Meja Panjang 1.1

3.2K 718 79
                                    


"Kemarin anak-anak yang lain pada nge-read grup enggak, sih?" tanya Johnatan.

"Iya seharusnya," ucap Tama. Diam-diam melirik Theo yang tampak lesu duduk di kursi paling ujung.

Yudha dan Juan yang biasanya berisik juga mendadak berubah tenang. Keduanya sesekali melirik ke arah Dominic dan Johnatan. Berharap mereka dapat mengubah suasana canggung itu.

Jarum jam sudah menunjukan pukul dua belas siang, seharusnya meja ini sudah dipenuhi oleh teman-temannya. Padahal Theo sudah sampai memesan dua meja untuk dijadikan satu. Berharap teman-temannya bersedia datang dan ikut serta mendukung project-nya.

"Gue enggak nyangka mereka bakalan setega ini," ucap Dominic dijawab anggukan kompak oleh Johnatan, Yudha, dan Juan.

Theo menggeleng. "Lo enggak boleh ngomong gitu, Do. Inget, project ini bukan paksaan. Jangan hubungin ikatan pertemanan di sini. Hak mereka untuk dateng atau enggak."

Dominic langsung merapatkan bibir diam. Sementara Johnatan, Yudha, dan Juan hanya bisa menunduk, tidak tahu harus berkomentar apa.

Suasana semakin bertambah canggung.

"Gue ke toilet dulu," kata Theo seraya bangkit berdiri, berjalan meninggalkan meja.

Juan yang semula menunduk langsung menegakkan kepalanya, mengawasi Theo sampai benar-benar masuk ke toilet. "Oke, udah aman!"

Yudha dan Johnatan menghela napas lega.

Dominic dengan cekatan mengetik pesan kepada teman-temannya yang lain untuk segera masuk ke restoran.

Jadi sebenarnya mereka sengaja membuat rencana kejutan untuk Theo. Ide ini muncul dari otak Dominic. Saat dia hendak membuat grup, tiba-tiba muncul ide untuk memberi sedikit kejutan dengan cara membuat dua grup terpisah. Di salah satu grup itu tidak ada Theo. Dominic juga memberi tahu semua member untuk tidak membalas pesan di grup yang ada Theo di dalamnya. Sengaja agar rencananya semakin terlihat meyakinkan.

Alhasil, Theo pasti berpikir teman-temannya tidak mendukung project-nya, padahal di belakang mereka sangat excited. Sama seperti reaksi Dominic saat pertama kali mendengar ide cemerlang itu.

Tak berapa lama setelah Dominic mengirip pesan, sosok Jaeffry langsung muncul dari pintu masuk restoran. Di susul oleh Markus, Jeno, Rendi, Leo, Jisabian, dan Najendra.

"Gimana-gimana?" tanya Jaeffry dengan mata berbinar-binar. Sepertinya Jaffry sangat menikmati suasana canggung buatan itu.

Dominic mengusap rambutnya. "Berdosa banget gue udah bohongin anak orang."

Yudha tertawa. "Gue makanya dari tadi nunduk doang. Enggak tega lihat muka Theo."

"Masa gue terharu?" Tama mengusap wajahnya pelan. "Gue tertohok banget waktu dia bilang project ini bukan paksaan, jangan bawa hubungan pertemanan."

Markus membelalakkan mata. "Bang Theo bilang gitu?"

"Iya," Johnatan mengangguk. "Kalau gue yang digituin kayaknya gue bakalan ngamuk sama kalian, sih. Enggak pandang bulu lagi lo kawan atau lawan lagi."

"Lah, sekarang Bang Theo di mana?" Tanya Rendi.

"Di toilet," jawab Juan.

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang