30. NamJin: Rumah

318 54 19
                                    

Dua bulan kemudian

Seokjin dan keluarganya beserta orang tua Namjoon tengah berada di sebuah cafe di dekat pintu keberangkatan internasional Bandara Incheon. Mereka mengantar Namjoon yang akan berangkat ke London sesaat lagi. Namjoon memutuskan berkuliah di London sebab ia telah berjanji pada Seokjin untuk berdiri sendiri tanpa orang tuanya.

"Jadi kau akan tinggal di asrama, kan?" tanya Seokjin.

"Iya. Aku juga akan mencari pekerjaan paruh waktu supaya bisa bertahan."

Seokjin tersenyum tulus.

"Aku bangga padamu, Namjoon. Meskipun kau belum memulainya tapi semangat dan pemikiranmu yang jauh ke depan sudah membuatku bangga."

Namjoon mengaitkan jemari mereka.

"Demi janjiku padamu, Jinseok."

Namjoon mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Ini cincin murah tapi aku beli dengan uangku sendiri. Aku harap kau akan memakainya sampai aku bisa menggantinya dengan cincin emas. Tapi, kalau kau sudah merasa cukup, kembalikan padaku dan aku akan melepasmu."

Seokjin mengusap kepala Namjoon dengan tangannya yang bebas.

"Bukan hanya dirimu yang mencoba membuktikan janji. Aku juga. Aku berjanji tidak akan memiliki kekasih selama tiga tahun sampai kau kembali," janji Seokjin kala Namjoon menyematkan cincin di jari manisnya.

---

Satu tahun kemudian

Namjoon melangkah hati-hati dengan sekotak fish and chips di tangan kiri sementara telapak tangannya menopang karton berisi empat gelas kopi panas untuk seniornya. Namjoon tengah menjadi karyawan magang di firma hukum Henderson & Associates. Beban kerjanya bukan main banyaknya namun firma tersebut berani membayar mahal sebagai konsekuensinya. Meskipun Namjoon harus mengambil kelas akhir pekan sejak ia memulai magang.

"Here you go, Sir."

"Thanks, Joon. Come sit down."

"Thank you, Sir."

Namjoon dan tiga pengacara senior lainnya tengah mendengarkan putusan hakim mengenai kasus dugaan malpraktik seorang dokter di rumah sakit swasta yang mengakibatkan kecacatan wajah klien mereka.

"Yes! We won! I knew it!" teriak Rick. "Wohoo!"

Namjoon mengepalkan tangannya ke udara. Ia turut larut dalam euforia kemenangan tim firma hukum mereka. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan tersenyum ke arah foto Seokjin yang menjadi penghias layarnya dan mengirim pesan pada seseorang yang kemungkinan besar tengah tertidur pulas.

To : Jinseok

Kami menang! Aku senang sekali. Seandainya kau ada di sini, Jinseok!

Namjoon mengantongi ponselnya dan ber-high five dengan Rick yang tampak paling bersemangat. Namjoon merasa tak sabar untuk menangani kasus pertamanya. Suatu saat nanti.

Sementara itu, di belahan bumi yang lain, Seokjin tersenyum kala menerima pesan singkat Namjoon. Ia membalasnya walaupun ia yakin Namjoon akan mengomel sebab ia belum tidur. Seokjin masih sibuk dengan rancangannya yang akan dipamerkan di toko perhiasan Sang Ibu minggu depan.

From : Joonie

Jinseok, tidur atau kuculik kau dari sana?

Seokjin terkikik membaca pesan dari Namjoon. Dilihatnya lagi dua pasang perhiasan lengkap hasil karya tangannya. Satu dengan batu kalimaya dan satu lagi dengan zamrud.

Monkey BusinessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora