Selamat datang di dunia fantasi!

87 11 4
                                    

Hari ini Kinan bangun dengan wajah lebih segar, bagaimana tidak, ia sudah terlelap dalam alam mimpi bahkan sebelum sinetron kesukaan bunda tayang. Bukan Kinan sekali, bahkan ayah mengecek kamar putri sulungnya itu lima kali untuk memastikan bahwa anak gadisnya itu sangat terlelap dan Rosa juga sesekali mengintip kamar kakaknya itu, siapa tahu kakaknya bangun dan menyuruhnya belajar bersama, kan dia bisa mempersiapkan berbagai alasan untuk tidak belajar, tapi ternyata kakaknya itu tidur pulas. Bagaimana tidak, sejak duduk di bangku sekolah, Kinan tidak pernah tidur di bawah angka sembilan malam, anak pertamanya itu pasti akan belajar entah belajar eksak maupun kesenian, maka dari itu orang rumah terkejut. Ini semua karena kelelahan yang ia rasa hari itu alias kemarin, Kinan sebenarnya jarang berbicara panjang lebar dalam satu waktu, dia lebih suka membaca atau menuliskan jawaban, bahkan ia lebih suka seharian memecahkan soal matematika dan fisika dibandingkan mengobrol yang tak ada sangkut pautnya dengan pelajaran, kecuali sedang presentasi, debat, dan mengajarkan materi pada teman-temannya. Namun karena tugasnya sebagai tour guide mau tidak mau ia harus mengoceh selama hampir satu jam, apalagi ia juga harus sering mendongak untuk berkontak mata dengan manusia tiang yang menjadi client-nya. Bersikap ramah tamah dan tersenyum lebar seperti pramugari pada penumpang airlines, seperti kasir ind*mar*t yang menyambut pelanggan detik pertama pintu kaca bening itu terbuka, "selamat datang di indomar*t, selamat berbelanja!"

Thanks to Kanda yang pendiam itu dan mengangguk-angguk tanpa protes atau pertanyaan, ia kini bisa tidur pulas dan untuk pertama kali dalam hidupnya  bisa tidur 12 jam. Bravo! Bravo!

"Tumben mata panda lo samar kak," komentar Rosa saat mereka sedang menggosok gigi di kamar mandi bersamaan membuat Kinan tersenyum senang.

"Bilas dulu tuh mulut, baru nyengir!" lanjut Rosa dan dibalas cengiran lebih lebar lagi oleh Kinan. Busa pasta gigi di mulutnya meluap membuat Rosa bergidik jijik. Kenapa kakaknya yang super gila belajar ini jadi aneh?

"Makanya tidur banyakin, pola hidup sehat tapi tidur cuma berapa jam juga ga bakal ngilangin mata panda lo, kak. Mana ada panda jadi anak UI!"

Kinan akan menyemburkan kumuran air di mulutnya namun Rosa lebih cepat menutup pintu dan lari. Ia masih bisa mendengar tawa puas adik keduanya itu. Ia mengerucutkan bibir dan menatap pantulan wajahnya dari cermin kamar mandi, sepertinya saran Rosa ada benarnya juga.

"Tapi kalau lo gak belajar maksimal, terus lo gagal, emang siapa yang salah? Ya lo lah! Salah siapa ada waktu tapi ga dimanfaatkan semaksimal mungkin!" suara pikirannya itu membuat Kinan menggeleng tak setuju.

"Kedokteran UI menunggu, masa lo leha-leha tidur? Enggak, Kinan! Ayo semangat! Lagian jadi tour guide-nya sudah selesai! Manfaatin waktu lo buat belajar! Lo lihat kan anak-anak IPA 1 waktu nungguin Kanda? Semuanya bawa tentengan buku yang bahkan beberapa belum lo punya! Lo harus berusaha lebih Kinan! I can do it! I can do it!" Kinan bermonolog sambil merapikan seragam sekolahnya, ia mengepalkan tangannya di udara menyemangati diri sendiri.

DOK DOK DOK

Ketukan pintu kamar mandi dan suara bundanya membuat Kinan menoleh, "Kak kok lama di kamar mandi! Ayah sudah nungguin di mobil sama dek Rosa, ayo!"

"Eh, iya bun! Ini sudah siap!" Kinan membuka pintu kamar mandi dan tersenyum lebar. Bundanya ikut tersenyum lalu memeluk dari samping putri sulungnya itu berjalan bersama ke luar rumah di mana mobil suaminya berada.

***

Jam kosong, Kanda memutar pandangannya ke seluruh kelas. Semua penghuni kelas XI IPA 1 ini sedang berkutat dengan buku masing-masing. Ia heran, jam kosong begini kenapa malah pada belajar? Aneh sekali. Ia masih tidak habis pikir, ada gitu anak SMA kelas dua dan bukan segelintir tapi seluruh penghuninya kecanduan belajar, apalagi dirinya dimasukkan ke dalam kelas yang julukannya kelas genius ini. Ya dia sadar sih kalau melihat nilai dan prestasinya di sekolah sebelumnya, ya dia memang pantas ada di sini, tapi hati anak begajulannya meronta. Setidaknya di sekolah lama teman-temannya doyan membolos dan tak segan mengajaknya bolos seharian, meskipun hanya mereka yang dimarahi dan bukan Kanda.

Dia bosan, tapi dia bingung harus bagaimana. Bahkan anak yang paling tidak seambisius belajarnya itu kini sedang tertidur, mungkin lelah. Huft, apa dia tidur juga ya? Tapi dia tidak ngantuk. Sekali lagi Kanda mengedarkan pandangannya, kali ini ia berhenti saat matanya menatap jendela dan menangkap wajah yang tak asing sedang mengintip itu muncul dan hilang, artinya si pemilik wajah cantik itu sedang melompat-lompat.

Entah mengapa, meski kemarin dia hanya diam dan pura-pura memperhatikan isi ocehan gadis itu, tapi kini kaki jenjangnya yang kokoh melangkah pasti ke luar kelas. Beberapa anak menoleh tak acuh dan kembali berkutat dengan soal di buku. Pelan-pelan Kanda membuka pintu, ia melongok melihat gadis itu yang masih melompat-lompat sambil memasang wajah hm iri? Apa Kanda tidak salah lihat?

"HAYO KINAN, kan gue udah bilang kalau takdir lo tuh di IPA 4 bukan IPA 1, terima aja sih! Lagian lompat-lompat gini ga bakal bikin lo tambah tinggi dan cetak three point pas penilaian basket!" suara lelaki yang berasal dari belakang gadis itu membuat Kanda ikut terkejut. Ia refleks menutup pintu kelasnya dengan cepat dan membuat pintu berwarna abu-abu itu sukses menyundul jidatnya.

"AUCH!" serunya kesakitan. Tangan kanannya masih menggenggam engsel pintu, tangan kirinya mengusap dahinya yang memerah.

Kinan yang sudah membuka mulut untuk mengumpati Guntoro batal, mereka berdua menoleh ke arah pintu kelas XI IPA 1 yang terdengar seperti baru tertutup kencang. Keduanya saling menatap bingung dan bertanya tanpa suara "siapa tadi?" tentu saja dijawab dengan kompak yaitu gidikkan bahu tak mengerti.

"Lo ngapain di sini? Ngintipin kelas IPA 1 mulu, nanti juga bakal ketemu Catur kok, ga sabar banget lo ye," ledek Guntoro lagi.

Kinan memukul lengan lelaki itu gemas, "Catar-Catur, Catar-Catur! Gue lagi liat aja, udah lama juga gue ga kayak gini, bayangin aja gue di kelas IPA 1, bisa sepinter apa gue, kelasnya tenang, jam kosong begini sibuk belajar sendiri, mana bisa di IPA 4 begitu, mereka tidur jamaah aja gue sujud syukur!" jelas Kinan menggebu. Guntoro tertawa puas, bukan rahasia lagi kalau gadis ambisius dari IPA 4 ini sering mengintip kelas IPA 1 sejak awal kelas dibagikan. Bagaimana gadis itu protes tak terima masuk IPA 4 bukannya IPA 1 kumpulan anak jenius sampai akhirnya ia bisa sedikit legowo, malah berbaur dengan segala kalangan otak anak SMA. Kinan harus menunjukkan bahwa dirinya pintar, bukan hanya otak tapi lifestyle juga, dia harus bisa memanfaatkan keadaan, dan ya, dia menjadi salah satu siswa kecintaan se-antero sekolah.

"Ya udah ayo balik kelas, tadi pas gue lewat ruang guru kayaknya bu Maria lagi siap-siap mau ngajar di kelas lo deh, sini gue bawain bukunya!" Guntoro mengambil alih tumpukkan buku di pelukan Kinan. Gadis itu tersenyum lebar lalu menepuk-nepuk lengan lelaki itu gemas.

"Ouch, Guntoro yang baik, I have missed this side of you!" ujarnya dengan suara diimut-imutkan membuat Guntoro memasang wajah jijik.

Di balik pintu kelasnya, Kanda menyengir sebagai tanda minta maaf telah mengganggu barisan depan yang secara kompak menoleh serta menatapnya tak suka. Tentu saja karena Kanda menutup pintu cukup keras dan juga rintihannya yang mengganggu aktivitas belajar mereka. Sambil mengusap dahinya ia kini mendekatkan telinganya ke pintu kelas untuk mendengarkan obrolan dua siswa yang ia kenal tadi. Kinan si tour guide dan Guntoro si kapten sepak bola. Mengapa mereka berdua ada di depan kelasnya? Mereka terdengar sangat akrab.

Oh iya, mengapa tour guide sekolahnya tadi mengintip ke kelasnya ya? Apa yang diucapkan Guntoro samar-samar tadi benar? Kinan mencarinya? Padahal pulang sekolah nanti mereka bertemu, bersama pak Bambang sih, karena Kanda akan memberikan review kepuasaan sebagai client tour guide pertama Kinan. Apa pesonanya sudah menyihir gadis itu? Kenapa bibirnya tersenyum sekarang? Hei, Kanda, ini baru hari ketigamu di sekolah baru ya!


Lari lebih cepat Kinan, Kanda jalan santai saja kamu bisa ketangkap!Where stories live. Discover now