Manisnya fruktosa dan senyuman Kinan membuat Kandaㅡ

96 14 3
                                    

Krystal menaikkan satu alisnya dengan seringai tipis untuk menyapa sang adik yang duduk di sampingnya. Tanpa menunggu Kanda menutup pintu mobil dan memakai seatbelt, jemari lentiknya memindahkan gigi mobil dan tancap gas cukup dalam hingga si jangkung itu hampir terjungkal dengan tangan yang langsung menarik pintu mobil. Kanda menoleh pada kakak keduanya itu dengan kesal dan tak percaya. Dari ketiga kakaknya itu, mengapa Krystal lah yang harus mengantar a jemputnya ke sekolah?

"Gimana? Cewek pagi tadi udah lo kasih norek?" tanya Krystal tanpa menoleh dan memastikan kondisi jantung adik bungsunya itu.

Tak mendengar jawaban Kanda, perempuan berhidung mancung itu menoleh dan menoyor pelan dahi sang adik. "Gak usah belagak kayak orang mau mati lo, biasanya juga kejengkang sampe kursi belakang," ujar Krystal tanpa rasa bersalah.

"Lo ga bisa ya bawa mobil biasa aja?" Kanda bersungut pelan dan dijawab decihan mengejek kakaknya.

"Gak bisa, ini udah paling kalem."

Kanda balas berdecih dan merapikan seragamnya yang kucel karena insiden terjengkang tadi.

"Heh, gimana? Sudah ngasih norek lo belum?" tanya Krystal lagi.

"Belum, udah potong aja duit bulanan gue, mbak, ribet amat nungguin duit orang," ujarnya kesal. Kalau masalah duit, kakak keduanya ini akan kejar sampai dapat. Heran sekali, dari keempat anak Wibisiono, Krystal lah yang paling doyan foya-foya, apalagi barang-barang branded. Dia rela diet ketat demi menghemat uang untuk beli tas, sepatu, baju buatan Eropa. Padahal dia belum berpenghasilan sendiri, alhasil tak jarang si bungsu alias Kanda menjadi sumber keuangan cadangan untuk Krystal.

"Oke, 80% gue ambil ya," Krystal menyunggingkan senyum miringnya senang.

"Mbak?!" Kanda membulatkan matanya.

"90%?" tawar Krystal lagi, semakin mengembangkan senyumnya.

"80ㅡ"

"Call 80% selama setahun!"

"Nguaco mbak! 80% sampai tas lo bersih, wangi, kinclong! Enak aja setahun!" seru Kanda tak terima.

Krystal tertawa senang, "iye iye bontot, mana tega gue biarin lo miskin di sekolah. Udah ada cewek yang mau lo gebet kan? Siapa cewek yang mau lo deketin sih? Sini cerita sama gue."

"Mbak, astaga, baru sehari gue sekolah loh," Kanda mengacak rambutnya frustasi. Dia tak mungkin mengacak rambut Krystal kan, bisa-bisa mereka berujung antara kuburan atau rumah sakit jika Kanda melakukan hal itu.

Krystal tertawa renyah dan menoleh pada adiknya, ia ikut mengacak rambut Kanda gemas. Senang sekali menggoda si bungsu apalagi jika hanya berdua begini.

***

Kinan melambaikan tangannya pada mobil hitam yang membawa Andre dan Lula menjauh dari pagar rumahnya. Dua jam penuh ia mengajari kedua sahabatnya itu beberapa bab di matematika lanjut yang tak mereka pahami. Meski berbeda sekolah, Kinan dengan senang hati mengajari sahabatnya atau belajar bersama. Hal itu membuatnya semakin mudah menjawab soal-soal ujian ataupun praktik lisan.

Kinan meregangkan otot tubuhnya yang cukup pegal, bagaimana tidak, di sela-sela belajar tadi, ia tetap berantem kecil dengan Andre yang selalu mengganggunya. Apalagi setelah sesi belajar, mereka bermain basket di taman kompleks perumahan Kinan, lebih tepatnya, Andre dan Lula mengajari Kinan bermain basket. Bersekolah di SMA Dirgantara Nusantara yang basic-nya taruna membuat fisik kedua sahabatnya jauh lebih fit dari Kinan. Hal itu membuat Kinan senang, karena ia bisa belajar olahraga dari mereka tanpa harus ikut les olahraga tambahan, menghemat waktu, pikiran, dan uang.

Lari lebih cepat Kinan, Kanda jalan santai saja kamu bisa ketangkap!Where stories live. Discover now