Kanda tahu, ini baru hari pertama.

88 11 2
                                    

Kanda terkesiap dengan senyuman lebar yang membentuk lesung pipi sempurna di kedua pipi itu. Tangan mungil yang gadis itu ulurkan hanya menggantung di udara. Jemarinya kaku, dia tahu harusnya ia menjabat telapak tangan mungil itu dan berkenalan dengannya dengan baik, tapi tubuhnya tak bereaksi sama dengan pikirannya.

"Oh jadi lo yang jadi pemandu gue?" bukan itu yang ingin ia ucapkan. Sialan, kenapa suaranya terdengar sangat judes?

Mata kecil itu berkedip cepat lalu tangannya ia tarik kembali. Dia tertawa kaku, "hehe, iya, oh iya Kanda, untuk kejadian yang tadi pagi, maaf ya tapi sumpah deh gue lupa kalau deposito gue belum jatuh tempo jadi belum bisa dicairin," dia menggigit bibir bawahnya sambil menyengir. Kanda rasa ekspresi itu menggemaskan.

"Ga usah, sekarang apa yang mau lo tunjukkin?" SUMPAH YA DEMI DEWA NEPTUNUS DAN KETURUNANNYA, BUKAN ITU YANG KANDA INGIN UCAPKAN! HUHUHUHU.

"Ah begitu, ya sudah kita keliling lantai tiga dulu ya, di sana isinya kepentingan anak kelas tiga." Kinan mendongak sekilas lalu kembali menghadap depan. Dalam hati dia mengutuk kesal, dia tak menyangka kalau customer pertamanya adalah cowok super cuek, ya walaupun ganteng, tapi kan omongannya datat banget. Selama ini dia belum pernah dijutekin separah yang lelaki jangkung ini lakukan. Huft, Kinan hanya bisa meniup poninya sebal untuk mengurangi kekesalannya. Dia tak sadar jika murid baru yang berjalan di belakangnya itu bisa melihat apa yang Kinan lakukan. Dia tak sadar jika murid baru itu sedang menahan senyumnya.

Kinan terus mengoceh sepanjang perjalanan, menjelaskan setiap ruangan yang ada di lantai tiga, dan beberapa kali menyapa siswa kelas tiga yang masih ada di lantai tersebut. Kanda menaikkan alisnya dan menunduk sopan saat Kinan memperkenalkan dirinya pada mereka.

"Catur, nama saya," ujarnya memperkenalkan diri. Hal itu membuat kening Kinan mengerut tapi tak ia pedulikan. Mungkin murid baru itu tak ingin menyebutkan nama panjangnya.

"KINAN! WOY! KINAN!"

Saat mereka akan menuruni tangga, teriakan serempak yang memanggil nama gadis itu membuat keduanya berhenti. Kinan membulatkan matanya dan berlari mendekati pagar balkon lantai tiga. Ia melambaikan tangannya senang.
Kanda yang masih berdiri di anak tangga pertama hanya menatap gadis itu sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

"KINAN! LO LAMA AMAT SIH! AYO TURUN! ANDRE MAU PINGSAN NIH NUNGGUIN LO!" teriakan perempuan itu membuat Kinan tertawa dan mengangguk-angguk.

"BENTAR-BENTAR YA, GUE TURUN! BIARIN AJA ANDRE PINGSAN, NANTI TINGGAL GELINDINGIN AJA!" teriaknya. Kinan lalu berbalik dan nyengir lebar pada Kanda. Dia mendekati Kanda dan berhenti di depannya, "Kanda, maaf, tapi temen gue sudah jemput, kalau besok lagi keliling sekolahnya bagaimana? Atau mau dilanjutkan sekarang? Nanti gue bilang dulu sama mereka ke bawah, lo tunggu saja di lantai dua." tawarnya cepat.

Kanda terdiam, ia bingung harus memilih apa. Ia rasa keliling sekolah ini konyol, sepertinya tidak usah dilanjutkan saja, tapi di sisi lain ia masih ingin mendengar suara cerewet gadia berambut panjang itu.

"Eum, gue makan waktu lo banget ya? Kita lanjut saja deh, sebentar ya, gue ke bawah dulu buat ngasih tahu mereka sekalian beliin minum buat mereka sama buat kita," lanjut Kinan lagi karena merasa tak ada jawaban. Apalagi raut wajah lelaki jangkung itu yang merasa terbebani. Ia juga baru sadar kalau daritadi dia nyerocos terus, sedangkan si jangkung hanya mengangguk atau bergumam hmm hmm. Pasti pelayanan tour guide-nya kurang oke, dia lupa beli minum atau snack sebelum ke kelas IPA 1 lagi, kan bisa nambah nilai plus, mungkin. Hmm, lama ya si Kanda nih, Kinan langsung pergi saja deh.

Baru selangkah ia menuruni anak tangga, tapi sesuatu menahannya. Kinan menunduk dan melihat jemari besar itu menahan pergelangan tangannya. Ia menoleh dan mendongak melihat Kanda.

"Hm?" gumam Kinan.

"Lanjut besok saja, gue juga harus balik," ujarnya datar lalu melepas pergelangan tangan Kinan dan turun lebih dahulu.

Kinan mengerutkan keningnya dan mengangkat bahunya bingung. Ia hanya menatap kepergian Kanda dan menyusul turun. Tak ingin membuat Lula dan Andre menunggu di pos satpam dengan seragam sekolah SMA Dirgantara Merdeka mereka.
"Lula! Andre! Sorry-sorry bikin kalian nunggu lama, princess ada tugas kerajaan dulu tadi hehehe!" seru Kinan berlari mendekati kedua temannya yang sedang duduk di pos satpam. Mereka langsung berdiri dan menyambut Kinan dengan pelukan hangat.

"Ayo cepet, gue laper!" Andre mengusap puncak kepala Kinan dan merangkulnya untuk berjalan bersama ke arah mobil yang terparkir di dekat pos satpam.

"Pak, kita balik dulu ya," ujar Kinan berpamitan pada dua satpam yang ada di pos jaga sambil ditarik Andre.

"Bapak, kita balik!" seru Andre diikuti Lula yang berpamitan pula, "bapak makasih ya, selamat siang!" pamitnya lalu menyusul Andre dan Kinan yang sedang adu mulut karena rambut Kinan berantakan oleh Andre. Kini Kinan di antara dua sahabatnya, mereka tertawa bersama sambil membicarakan hal konyol yang dilakukan Andre di sekolah.

"Loh mas Catur yang anak baru kan? Masih di sekolah? Kinannya mana? Bukannya lagi diantar keliling sekolah?" suara bapak-bapak itu membuat si lelaki jangkung yang sedang bersandar di dinding lorong menoleh. Ternyata guru olahraga yang saat jam pelajaran meminta Kinan sebagai tour guide sekolahnya. Kanda tersenyum dan mengangguk, "sudah pak, dilanjut besok lagi karena saya harus pulang."

"Terus ngapain masih di sini?"

Kanda menaikkan satu alisnya, menyadari bahwa ia ternyata sudah cukup lama bersandar di sana, setelah memperhatikan gadis bernama Kinan tadi turun dari tangga dan berlari melewati halaman depan sekolah dan tertawa renyah bersama kedua kawannya.

"Eumㅡ"

TIN TIN

Jawaban Kanda terputus dengan suara klakson mobil yang terdengar dari luar gerbang. Ia tahu persis suara klakson mobil tersebut, mobil milik mamah yang digunakan kakak keduanya, Krystal.

"Pak, saya pamit pulang dulu ya, itu suara mobil kakak saya, permisi, selamat siang!" pamit Kanda lalu bersalaman dengan guru olahraga tersebut.

Pak Bambang hanya mengangguk dan melihat murid baru yang super tinggi itu berlari ke luar gerbang sekolah dan memasuki mobil hitam tersebut. Ia memicingkan matanya lalu mengeluarkan ponselnya untuk mencatat nama Catur XI IPA 1 di dalam daftar pemain baru sepak bola, basket, dan tenis.

***

Chakra Dinata Putra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Chakra Dinata Putra

Chakra Dinata Putra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalula Argantera

Lari lebih cepat Kinan, Kanda jalan santai saja kamu bisa ketangkap!Where stories live. Discover now