--Geminorum 19--

913 172 143
                                    

Dewi Athena yang bijaksana
_____

Bryan memberhentikan motornya tepat di depan rumah Aurora, tidak lagi di depan gerbang. Gadis yang kini memeluk erat perutnya, padahal tadi ia seperti macan merajuk, tapi sekarang sudah jinak lagi.

Bryan tersenyum kecil, mengelus tangan yang melingkar di perutnya. Sebisa mungkin Bryan tidak membangunkan Aurora, laki laki itu lebih memilih mengantarkan Aurora hingga ke kamarnya.

Untung nggak jatuh aja tuh anak!

Dengan pelan Bryan mengangkat tubuh Aurora yang tidak berat tapi tidak ringan juga. Pas pas lah pokoknya. Agak kesusahan memang Bryan ketika menekan bel, tapi tak apa terpenting tidak membangunkan Aurora.

Tak lama seorang gadis membukakan pintu, siapa lagi kalau bukan Blytha. Gadis itu nampak terkejut, namun sedetik kemudian ia merubah raut mukanya seperti biasa, tersenyum manis pada Bryan.

"Kamar Aurora dimana?" tanya Bryan sembari masuk rumah tersebut, padahal belum dipersilahkan.

"Sini, ikut aku!" ujar Blytha berjalan menuntun Bryan agar sampai di kamar Aurora.

Bryan naik ke lantai atas, dan menemukan sebuah pintu besar bercat putih gading, sepertinya itu kamar utama. Bryan kira itulah kamar Aurora mengingat Aurora adalah anak dari Adena dan Albert, sedangkan Blytha hanyalah anak angkat. Tapi ternyata tidak, Blytha malah melanjutkan langkahnya berbelok ke kanan dan sampai di pintu paling ujung.

Blytha membukakan pintu tersebut, memudahkan Bryan untuk meletakkan Aurora di kasurnya.

Tidak sampai disana, Bryan malah membukakan sepatu yang Aurora pakai, kemudian menyelimuti gadis itu hingga menutupi bahunya. Bryan menduduki tepi kasur, ia mengelus kepala Aurora dengan kasih sayang, tak berapa lama Bryan pun berdiri dari duduknya, ia menunduk agar bisa mencium kening Aurora lama.

Hal itu tidak luput dari penglihatan Blytha yang masih berada di ambang pintu.

Bayangin aja, lo punya tunangan dan tunangan lo peduli sama cewek lain, sedangkan sama lo dia selalu cuek. Sakit hatikan ya? Ya sakitlah! Gitu pula yang dirasain Blytha.

Bryan keluar dari kamar Aurora, melewati Blytha begitu saja. Laki laki itu terlebih dahulu melangkah menjauh. Blytha yang melihat Bryan sudah berjalan menjauhi kamar, Blytha pun segera menutup pintu kamar Aurora dan menyenyajarkan langkahnya dengan Bryan.

"Bryan!" panggil Blytha dan hanya dibalas dehaman oleh Bryan.

"Kok kamu bisa bareng Aurora?" tanyanya yang kini sudah sejajar dengan Bryan.

"Bukan urusan lo," tukas Bryan terdengar tajam. Laki laki itu sama sekali tak mengalihkan pandangannya ke arah Blytha.

"Aku tunangan kamu lho Bryan!" tekan Blytha.

"Gue tau." Bryan tetap melanjutkan langkahnya, hingga kini sudah mencapai anak tangga paling bawah.

"A-aku nggak suka liat kamu perlakuin Aurora kaya gitu," cicit Blytha tapi masih bisa di dengar oleh Bryan.

"Gue nggak butuh komentar dari lo!"

"Tapi kamu nggak pernah kaya gitu sama aku," lanjut Blytha sendu. Gadis itu berhenti beberapa langkah di belakang Bryan. "Hati aku sakit liat kamu--"

"Berapa kali gue harus bilang ke elo? Gue terpaksa terima perjodohan ini. Kalo lo nggak suka liat gue sayang sama cewek lain, mending lo batalin aja pertunangan KITA!" Bryan menghentikan langkahnya sebelum ia mencapai pintu utama. "Bukan lo doang yang tersiksa, gue juga."

Prescience (END)Where stories live. Discover now