Eps. 2. Penawaran

553 71 11
                                    

Achi memandang gedung di hadapannya, JY Group. Rasanya agak aneh. Dirinya yang dulu bersusah payah untuk membobol sistem keamanan perusahaan itu—yang merupakan saingan dari Earnest Company—sekarang dia akan memasuki gedung dan bertemu dengan pemiliknya secara langsung. Itu semua karena sebuah amplop kuning yang dia dapat beberapa hari yang lalu.

Saat itu, Achi mengecek tasnya dan dia menemukan sebuah amplop kuning. Padahal sebelum keluar dari kantor, dia tidak melihat ada amplop itu. Kalau diingat kembali, setelah keluar dari kantor, dirinya bertemu dengan seorang laki-laki berkacamata dan memakai topi di taman.

Mungkin dari dia.

Tidak salah lagi. Karena tidak ada lagi orang yang dia temui sebelum pulang ke kosannya selain laki-laki itu. Dan perkataan terakhir lelaki itu sangat terasa aneh bagi Achi,

"Jika Anda diberi kesempatan akan suatu hal, apa Anda akan menerimanya?"

Achi pun membuka amplop itu, dan di dalamnya tidak terdapat apa-apa.

Kosong.

Dia sempat berpikir orang itu hanya berbuat iseng padanya, tapi dia masih berpikir positif dengannya. Ketika dia membolak-balikkan amplop tersebut, tekstur kertas bagian dalamnya terasa sangat tidak asing baginya. Dia ingat teksturnya mirip sekali dengan kertas gambar gosok yang pernah dia mainkan dulu. Benar. Setelah dia mencoba untuk menggosoknya, dia mendapati tulisan di sana. Kemudian dia memastikan kalau surat yang sedang dipegangnya saat ini benar dari lelaki tadi. Itulah mengapa dia bisa berakhir di sini.

Setelah Achi bertanya pada resepsionis, dia diminta untuk menunggu di lobi. Katanya akan ada yang menjemputnya. Dia pun mengingat kembali penggalan isi surat itu.

...Aku akan memberikan informasi penting khusus untukmu. Sebuah ingatan yang hilang karena kejadian malam itu di hutan. Tapi, ada yang harus kamu lakukan sebagai bayarannya. Jika kamu menyetujuinya, datanglah ke JY Group dan temui Presiden Direkturnya.

Seperti kata pepatah, "Tidak ada yang gratis di dunia ini". Rasanya seperti keluar dari lubang buaya dan masuk ke kandang harimau. Entah masalah apa yang akan dihadapinya nanti, tapi akan dia tanggung karena orang itu memiliki apa yang Ia cari.

"Putri Arasy, benar?" Suara itu membuyarkan lamunannya. Achi harus menengadah untuk melihatnya. Dia Faisal.

"Ya," Achi pun bangun dari duduknya.

"Mari ikut saya!" ucap Faisal sambil melemparkan senyumnya yang manis.

"Kamu laki-laki bertopi dan berkacamata itu, 'kan? Suaramu mirip dengannya," ucap Achi di sela mereka berjalan menghampiri lift.

"Oh! Haha... benar. Tidak kusangka identitasku akan terbongkar secepat ini," Faisal menyentuh tengkuk lehernya. Dia menekan salah satu tombolnya.

"Anda cukup berpartisipasi, ya," Achi menyindir secara halus.

Lift pun tiba. Tanpa diduga, orang yang berada di dalam lift terkejut melihat mereka. Terutama pada Achi. Achi hanya melihatnya sekilas, seolah menghindari tatapannya yang intens.

Kenapa dia bisa ada di sini? Pikir orang itu.

"Dadang, kamu mau ke mana?" tanya Faisal. Suara Faisal menyadarkannya.

"Ke kantin," jawab lelaki itu singkat.

"Bukannya jam makan siang sudah selesai setengah jam yang lalu?"

Dadang menghentikan lift yang akan tertutup dengan tangannya, "Timku ingin menyelesaikan dulu kerjaan yang sedikit lagi. 'Kagok', katanya."

"Oh, ya sudah kalau begitu."

QuarrelOnde histórias criam vida. Descubra agora