Eps. 9. Mencari Petunjuk

262 29 12
                                    

Di Kosan 95. Terlihat Achi dan Dadang sedang memperdebatkan tentang salah satu metode yang mereka buat untuk meningkatkan sistem keamanan di kantor JY Group.

"Tunggu, itu salah!" tunjuk Achi pada laptop Dadang.

"Apanya yang salah?! Itu sudah benar kok!" balas Dadang ketus.

"Tidak! Itu tetap salah!"

"Enggak! Itu sudah benar. Matamu rabun kali!"

"Ish, Mataku gak rabun, ya! Dibilang salah, gak ngerti-ngerti juga! Sini! Biar aku yang benerin. Kita mau menggabungkan cara kita berdua, 'kan?!"

"GAK!" Dadang menjauhkan laptopnya dari Achi. "Yang ada kau akan merusak kerja kerasku!"

Achi menghela napas keras.

Dasar bayi besar! Pikirnya.

"Tolong bersikap profesional, Dadang. Sadarilah kesalahanmu."

Di ruangan itu tidak hanya ada mereka berdua. Keributan mereka mengganggu Fani dan Siska yang sedang memakan cemilan dan menonton TV.

"Kalian ini benar-benar pasangan yang cocok," celetuk Siska.

"Iya. Semakin banyak bertemu, semakin kompak bawelnya. Kalau mau pacaran, di tempat lain aja, ya! Berisik tahu, mengganggu yang lain," ucap Fani menambahi perkataan Siska. Tidak sadar kalau dirinya sendiri terlihat mesra. Dia terlihat nyaman di sandaran pundak Budi.

"Hah?! Apa-apaan?! Aku gak suka perempuan yang aneh, dengan hutan saat malam saja takut!" ejek Dadang yang menatap Achi dengan smirk di wajahnya.

Ditatap seperti itu, wajah Achi mengeras. Dia benci akan ucapan Dadang yang meremehkannya. "Aku pun tidak suka dengan lelaki yang kemampuannya berada di bawahku," ejek balik Achi pada Dadang.

Dadang terdiam kelu. Senyum miring sudah hilang dari wajahnya. Achi tersenyum puas bisa menampar kembali Dadang dengan perkataannya.

Aku akui, kemampuannya memang berada di atasku. Cih!

Hooo ... jadi, kamu mengakui kemampuannya, Dang?^^

"Oh, tadi siapa yang takut apa?" tanya Fani yang berbalik dari film yang ditontonnya bersama Budi, Rena, dan Siska.

Tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Fani melihat semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. "Ish! Aku dikacangin!"

"Oh iya, Ren. Bagaimana masalahmu dengan Puteri? Apa sudah selesai?" tanya Faisal tiba-tiba sambil memalingkan wajah dari laptopnya dan kini menatap Rena.

"Sudah selesai kok masalahku dengan Kak Puteri, tadi dia memberiku ayam geprek sebagai permintaan maaf," jawab Rena.

"Ehh? Dia memberimu ayam geprek juga? Saya juga diberi ayam geprek olehnya," ucap Faisal.

"Aku juga," sahut Dadang tiba-tiba.

"Puteri itu Ayya?" tanya Achi.

"Ayya?" mereka semua bertanya-tanya dengan nama yang Achi sebut.

"Iya, yang ngasih ayam geprek itu Puteri Pramesti Jayashree, 'kan?" terang Achi.

"Iya," jawab Faisal, Dadang, dan Rena kompak.

"Berarti benar. Ayya itu nama panggilannya. Aku juga diberi ayam geprek oleh dia," jelas Achi pada mereka.

"Ohh ... jadi, Ayya itu nama panggilan Puteri?" tanya Fani. Achi mengangguk.

Tidak disangka. Fani, Siska, dan Budi diam-diam mendengar pembicaraan mereka berempat.

"Memangnya kau tahu siapa Puteri?" tanya Faisal pada Fani yang ikut menimbrung.

QuarrelDonde viven las historias. Descúbrelo ahora