FOLLOW SEBELUM MEMBACA BIAR GAK ADA PART YANG ERROR PAS BACA‼️
[ Genre : Humor-fiksiremaja ]
Plagiat saja, jika otakmu sudah tidak bisa berpikir 🤭
Di awal part masih berantakan. Tapi baca aja, ntar juga kecanduan 📍
#6-Humor, 17/04/2021
___________...
FOLLOW sebelum membaca biar gak ada part error nantinya-!
Kalau masih error, caranya : - Hapus cerita ini dari perpustakaan kamu terlebih dahulu. - Cari akun authornya lalu follow. - Setelah follow baru tambahkan kembali cerita My Best Enemy ke perpustakaan kalian-!
اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Happy Reading 👀❤️
***
"Telat lagi?" Pak Supri memainkan penggaris di tangannya. Setelah insiden ciduk menciduk di belakang sekolah, Pak Supri tidak segan-segan menyeret Zidan dan Zeva ke ruang BK.
Brak!
Bunyi penggaris yang dipukulkan ke meja tepat di depan mereka.
"Kan bapak udah tau jawabannya, kenapa masih nanya," ujar Zeva.
"Alasan kalian telat kali ini, apa?"
Zeva tersenyum, "Mau tau aja atau mau tau bgt."
"Zeva ...." Pak Supri melototkan matanya.
"Iya pak, iya. Jangan marah-marah dong, masih pagi loh. Kumis bapak rontok ntar gara-gara mulutnya digerakin mulu," ucap Zeva berusaha menenangkan Pak Supri. Namun sia-sia, gurunya itu sedang tidak mau diajak bercanda.
Berbeda dengan Zidan yang malah bersenandung kecil di samping Zeva.
"Kalian ini!" geram Pak Supri.
"Aduh pak. Bapak ga takut darah tinggi? Atau tiba-tiba kena stroke? Jangan esmosi mulu, pak. Awali pagi mu dengan bahagia." Zeva tersenyum Pepsodent.
"Sekali lagi saya tanya. Kalian telat gara-gara apa?"
Zidan dan Zeva saling mengode melalui pandangan.
"Lo aja yang ngasih alasan," bisik Zeva.
"Lo kan raja nya ngeles, pinter bohong. Kenapa ga lo aja yang jawab."
Zeva berfikir sejenak. Kira-kira alasan apa yah, pikirnya.
"Sebenarnya tadi ada yang kecelakaan, pak. Dia korban tabrak lari, trus gaada yang mau bawa ke rumah sakit. Jadi, saya ama Jidan berinisiatif untuk menolong sesama makhluk hidup, dibawah deh ke RS terdekat."
"Pintar sekali diriku," batin Zeva bangga.
Zidan memandang Zeva takjub, bisa-bisanya Zeva memikirkan alasan yang sama sekali tidak terlintas di otaknya.
