51. Masih berjuang

5.5K 225 67
                                    


Happy Reading ❤️

Panas...

Hal itu yang Davian rasakan ketika menggenggam tangan Livia. Wanita yang sedang duduk di sampingnya juga terlihat berkeringat dingin, wajah putihnya juga pucat tidak seperti biasanya. Sekali lagi Davian menoleh pada Livia, tangan kirinya sibuk memegang kemudi sedangkan tangan kanannya menggenggam tangan Livia. Livia nampak lesu menyenderkan kepalanya pada sandaran mobilnya, tatapannya kosong menatap keluar jendela.

Tangan kanan Davian terulur menyentuh kening Livia dan benar, wanita itu demam tinggi. "Kau demam,"

"Aku baik-baik saja, aku hanya ingin pulang." jawab Livia tanpa mau menoleh.

"Tidak, aku akan membawamu ke dokter."

"Terserah kau saja." jawab Livia beberapa kali mengatur nafasnya, kepalanya sangat pening saat ini. Dia memang harus menemui Rose untuk konsultasi mengenai kehamilannya yang sudah menginjak usia tujuh bulan. Hari ini memang jadwalnya, tapi haruskah dia pergi bersama Davian? Livia menggelengkan kepalanya, lebih baik dia menjadwalkan ulang saja daripada harus berlama-lama dengan pria di sampingnya ini.

Davian hanya mengangguk dan tersenyum hangat pada Livia. Dia melajukan mobilnya menembus padatnya lalu lintas kota, berbeda dengan Livia yang melamun tanpa mau berbicara. Dirinya benar-benar lemas dan ingin merebahkan tubuhnya di ranjangnya yang nyaman saat ini juga. Mobil terus melaju hingga berhenti tepat di sebuah gedung yang sangat Livia kenal dengan baik. Rose Gold Hospital, mengapa Davian membawanya kesini.

"Kau bilang terserah aku saja," celetuk Davian seolah tau apa yang Livia pikirkan, karena sejak dia menghentikan mobilnya Livia terus menatapnya.

"Kau bilang terserah aku saja," celetuk Davian seolah tau apa yang Livia pikirkan, karena sejak dia menghentikan mobilnya Livia terus menatapnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku hanya ingin pulang dan beristirahat, apa itu tidak boleh?" tanya Livia menghela nafasnya kesal.

"Kau demam, dan aku tidak ingin kau bertambah sakit. Sekarang turunlah jika tidak ingin aku gendong."

Livia membuang mukanya dan segera turun dari mobil, ucapan Davian hanya mengingatkannya pada kenangan buruknya. Kenangan ketika Davian menggendongnya melewati koridor rumah sakit dulu, Ya Tuhan mengingatnya membuat hati Livia seperti tertancap duri. Livia merindukannya.

Secara kebetulan pula Rose adalah dokter spesialis kandungan di sini. Sehingga tanpa menunggu Davian, Livia langsung saja menuju ke ruangan Rose karena sebelumnya hari ini memang jadwalnya. Livia mengetuk pintu dan sedetik kemudian di persilahkan masuk. "Apa kau sedang sibuk?"

"Tentu saja tidak jika untuk sahabat baikku, masuklah." balas Rose tersenyum manis mengajak Livia duduk.

"Kau datang lebih awal, dan dimana bibi Shopia? Tumben sekali kau kemari sendiri," sambung Rose tidak melihat siapa pun bersama Livia.

"Ya, dia sedang sibuk jadi sepulang kerja aku langsung kemari."

"Baiklah aku akan memulai pemeriksaannya." ucap Rose dan langsung memulai beberapa pemeriksaan pada Livia.

Love Is You 21+ [Fast Update]Where stories live. Discover now