7. Dalam Satu Waktu

2.2K 354 31
                                    


Naina mengerjapkan mata ketika mendengar suara sang mama memanggil namanya. Rasa kantuk dan lelah menguasai sehingga membuatnya enggan untuk bangun. Semalaman dia harus berjaga untuk menemani Asih karena tak ada yang berjaga jika Naina pulang. Suami Kinara sibuk lembur pekerjaan, sedangkan Kinara sedang hamil, tak mungkin ikut berjaga menunggui Asih. Bram pun belum kembali ke Jakarta, sedangkan Farha sibuk urus anaknya. Hanya Naina yang bisa diandalkan untuk saat ini. Alhasil dia harus jaga 24 jam.

"Nai ... ini ada Nak Adit."

Adit?

Adit?

Mata Naina mengerjap ketika memori alam nyatanya berkumpul. Ia beranjak dari posisinya, menegakkan tubuh, lalu menatap sosok yang sedang berdiri di sisi kiri brangkar. Lebih tepatnya di depan Naina dan hanya terhalang tempat tidur. Adit terlihat rapi mengenakan kemeja warna hitam garis kotak putih dan bawahan celana levis warna abu.

"Mas Adit," sapanya dengan senyum kikuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mas Adit," sapanya dengan senyum kikuk.

"Maaf kalau kedatanganku ganggu tidur kamu." Adit membalas.

"Nggak apa-apa, Mas." Naina terlihat kikuk. "Aku ke kamar mandi dulu." Naina pamit.

Adit menggangguk. Naina bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Kenapa Adit nggak WA dulu mau ke sini pagi ini? Kalau tau dia mau ke sini, aku nggak tidur lagi habis subuh. Kan aku jadi malu kayak gini dia lihat ekspresi aku bangun tidur. Ah, bikin aku salting. Naina ngedumel dalam hati.

Ya. Adit serius datang ke rumah sakit untuk menjenguk Asih setelah tahu dari postingan Naina di WhatsApp kemarin malam. Adit langsung konfirmasi pada Naina dan meminta izin padanya untuk menjenguk. Naina pun mengizinkan setelah mempertimbangkan.

Naina keluar dari kamar mandi setelah memastikan penampilannya tidak memalukan. Ia bergegas menghampiri Asih dan Adit.

"Mas Adit kok nggak bilang mau ke sini pagi ini?" tanya Naina ketika tiba di dekat Adit.

Adit moleh ke arah Naina. "Oh, iya. Khawatir kalau nanti nggak sempat karena ada janji dadakan sama teman nanti siang," balasnya.

"Kamu nggak sarapan dulu, Nai? Dari semalam kamu belum makan." Asih mengingatkan Naina.

"Nanti, Ma." Naina menatap sang mama.

"Jangan nanti, Nai. Mama nggak mau kamu kenapa-napa. Atau ajak Nak Adit sekalian." Asih mengerti kondisi putrinya, sekaligus mengerti akan kehadiran Adit di tempat itu.

"Tapi nanti Tante nggak ada yang jagain." Adit menyambar.

"Nggak apa-apa kalau saya sendirian di sini. Saya justru khawatir kalau Naina nggak makan." Asih menimpali.

Naina pun menuruti permintaan sang mama. Ia pamit pada Asih untuk menuju kantin. Adit pun pamit untuk ikut Naina ke kantin. Asih mengangguk. Ia menatap Naina dan Adit yang mulai meninggalkan ruang itu. Asih tak percaya jika laki-laki dalam aplikasi itu ganteng. Perasaan ragu yang awalnya sempat diseterukan dengan Farha pun mereda.

NervousWhere stories live. Discover now